Pemilik Pabrik Antre Beli GeNose

Menristek minta GeNose bisa segera diproduksi massal.

Andreas Fitri Atmoko/Antara
Pelajar menata alat pendeteksi COVID-19 karya Universitas Gadjah Mada GeNose C19 yang telah dirakit di SMK SMTI Yogyakarta, Rabu (3/3/2021). Perakitan GeNose C19 yang dilakukan oleh pelajar kelas XII jurusan Kimia Industri dan Teknik Mekantronika SMK SMTI Yogyakarta itu berlangsung sejak Februari 2021 dengan kapasitas produksi sekitar 300 unit per hari.
Red: Indira Rezkisari

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro mengemukakan kalangan pemilik pabrik di Indonesia mengantre untuk membeli alat deteksi cepat Covid-19, GeNose, karya Universitas Gadjah Mada (UGM). Bambang pun berharap UGM bisa memenuhi permintaan tersebut.

"Banyak yang menghubungi saya, bahkan dari level-level pabrik yang membutuhkan GeNose untuk memastikan karyawannya bisa bekerja dengan tenang," ucap dia dalam webinar bertajuk "Pandemi Covid-19 ubah arah sains Indonesia?" diikuti di Jakarta, Kamis (4/3)siang.

Hal ini harus disikapi serius, sebab pemenuhan GeNose untuk kebutuhan pabrik ini berkaitan dengan bagian dari upaya pemulihan ekonomi. Bambang meminta alat tersebut bisa segera diproduksi secara massal untuk memenuhi kebutuhan industri di Tanah Air.

"Kami sangat mengapresiasi UGM yang tidak berhenti melakukan riset dan inovasi terkait Covid-19. Selain produksi massal GeNose, ICU ventilatornya juga kami nantikan karena jika berhasil direalisasi maka merupakan capaian maju dan juga luar biasa," katanya.

Menjawab permintaan tersebut, Rektor Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Panut Mulyono, mengemukakan pihaknya saat ini masih mendiskusikan perihal pendanaan produk kepada Majelis Wali Amanat (MWA). Dana dibutuhkan untuk program percepatan produksi massal GeNose maupun Ventilator ICU.

"Kami bicara dengan ketua MWA untuk mencari modal bekerja sama dengan investor untuk percepatan produksi massal. Mudah-mudahan bisa kita segerakan," katanya.

Ia mengungkapkan persoalan inovasi dari sumber daya peneliti berada pada tahap hirilisasi atau industri yang berniat memproduksi hasil temuan baru menjadi produk yang dimanfaatkan masyarakat. Panut berharap, intervensi pemerintah terhadap hasil penemuan ilmiah tidak bergulir hanya saat pandemi Covid-19.

"Dengan pengalaman Covid-19 ini, ke depan momentum pandemi ini terus kita bangun dan kerja samakan bersama agar kita bisa kejar ketertinggalan dari bangsa lain," katanya.



Baca Juga

 
Berita Terpopuler