LPS: Vaksin Jadi Harapan Perbaikan Kredit Perbankan

Jumlah simpanan di perbankan tumbuh 10 persen pada Januari 2021.

Tim Infografis Republika
Kredit bank (ilustrasi)
Rep: Novita Intan Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) sebagai salah anggota KSSK bersama dengan Kementerian Keuangan, Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan bersinergi  untuk mendorong penurunan suku bunga kredit. Kepala Eksekutif LPS, Lana Soelistianingsih mengatakan pihaknya memonitor suku bunga kredit dengan menurunkan suku bunga pinjaman atau suku bunga penjaminan.

Baca Juga

“Kami selalu berkomunikasi dan terus berkoordinasi, membahas kondisi makro dan mikro sektor keuangan. Kami juga melihat kemungkinan apakah ada ruang untuk turun, sebagai kelanjutan dari suku bunga yang lain,” ujarnya dalam keterangan resmi, Rabu (3/2).

Menurutnya ada beberapa faktor yang memengaruhi suku bunga kredit antara lain belum stabilnya kredit atas permintaan karena kegiatan usaha yang belum menunjukan konsistensi. Diharapkan adanya program vaksinasi mampu mendorong kegiatan usaha kembali normal seiring meningkatnya permintaan atas kredit pada bank. 

“Jika dilihat dari simpanan yang berbasis giro memang ada penurunan karena tiga bulan lagi kita akan menghadapi bulan puasa dan lebaran, ini nampaknya beberapa kegiatan usaha mulai menggunakan giro. Artinya masih menggunakan uang sendiri bukan kredit yang dikeluarkan oleh bank,” ucapnya.

“Hal inilah yang belum bisa mentransmisikan ke suku bunga kredit karena para pelaku usaha masih menggunakan lebih banyak giro yang dimilikinya untuk kegiatan usaha yang mulai membaik seperti saat ini. Saya kira, vaksin memang menjadi harapan bagi kegiatan usaha,” ungkapnya.

Baca juga : Virus Corona Mutasi Inggris Bikin IHSG Rentan Koreksi

Ke depan menurutnya efektifitas vaksin ini bisa menjadi faktor positif yang dapat membuat kegiatan usaha semakin pulih. “Tentunya para pelaku usaha tidak bisa terus menerus menggunakan uangnya sendiri atau giro, pasti mereka akan meminta kredit pada bank, di saat kredit mulai membaik, disitu mungkin perbankan juga akan mulai memberikan relaksasi terhadap suku bunga kreditnya,” ucapnya.

 

Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh LPS  efektifitas penurunan suku bunga simpanan ke suku bunga kredit, dalam keadaaan normal, ada selang waktu antara satu triwulan sampai dua triwulan. Namun kondisi pandemi seperti sekarang, mungkin perlu waktu lebih lama lagi atau sekitar tiga triwulan. 

“Namun cepat atau lambat, saya kira suku bunga kredit akan turun seiring dengan kegiatan usaha yang semakin membaik, terlebih program vaksinasi berjalan dengan masif, seperti terlihat di sentra perekonomian semisal di Pasar Tanah Abang. Saya kira juga akan dilaksanakan berbagai tempat sejenis, sehingga akan membangun kepercayaan masyarakat pandemi ini sudah mulai terkendali dan membangun keyakinan akan konsumsi, dan jika konsumsi mulai membaik, disinilah kegiatan usaha akan pulih dan bahkan meningkat,” ungkapnya.

Jika melihat kondisi simpanan yang masih tumbuh sekitar 10 persen pada Januari dan Desember 2020 tumbuh sekitar 11 persen year on year. Hal ini menunjukkan simpanan itu masih terus meningkat.

“Kalau likuiditas ini masih cukup banyak di perbankan, maka mau tidak mau  tren penurunan suku bunga pasar itu masih berlanjut. Disini LPS akan melihat bagaimana penurunan suku bunga pada bulan Februari akan direspon oleh pasar. Kalau memang dimungkinkan turun, nanti akan ada ruang untuk turun,” katanya.

Menurutnya jika permintaan kredit mulai membaik dapat mendorong bank untuk menurunkan suku bunga kredit. Secara historis jika melihat PDB, konsumsi rumah tangga berkontribusi sekitar 55 persen. 

“Dulu sebelum pandemi, masyarakat kita itu konsumtif, dan itu benar adanya jika melihat kontribusi dari konsumsi rumah tangga itu, jadi kekuatan ekonomi kita itu sebetulnya di konsumsi rumah tangga. Oleh karenanya ke depan sinergi kebijakan itu ialah bagaimana mendongkrak konsumsi rumah tangga tersebut,” ucapnya.

 
Berita Terpopuler