Kemendag Pastikan Harga Kedelai Maret 2021 Rp 9.500 per Kg

Kemendag menamin stok kedelai untuk Maret cukup memenuhi kebutuhan industri.

ANTARA/Reno Esnir
Pedagang menyortir kedelai di Pasar Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, Rabu (17/2/2021). Kementerian Perdagangan (Kemendag) memastikan harga kedelai impor tingkat pengrajin tahu dan tempe pada Maret 2021 tetap stabil pada kisaran Rp 9.500 per kilogram (kg).
Rep: Dedy Darmawan Nasution Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perdagangan (Kemendag) memastikan harga kedelai impor tingkat pengrajin tahu dan tempe pada Maret 2021 tetap stabil pada kisaran Rp 9.500 per kilogram (kg). Dengan level harga tersebut, harga produk tahu masih bisa dikisaran Rp 650 per potong dan tempe sekitar Rp 16 ribu per kilogram kg.

Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Kementerian Perdagangan, Syailendra mengatakan, pemerintah bekerja sama dengan semua pemangku kepentingan tetap berkomitmen untuk menjaga harga kedelai impor tetap sama seperti bulan lalu.

Ia menambahkan, meskipun saat ini terjadi sedikit kenaikan harga kedelai dunia, Kemendag tetap menjamin stok kedelai untuk penyediaan bulan Maret 2021 masih cukup untuk memenuhi kebutuhan industri pengrajin tahu dan tempe dengan harga yang stabil dan tetap terjangkau.

Sumber data Chicago Board of Trade (CBOT), mencatat, harga kedelai dunia untuk penyediaan Februari 2021 berada di kisaran 13,71 dolar AS per gantang dan naik 0,8 persen menjadi 13,82 dolar AS per gantang untuk penyediaan Maret.

"Tingginya harga kedelai di tingkat pengrajin tahu dan tempe tersebut merupakan dampak pergerakan harga kedelai dunia sejak pertengahan tahun lalu hingga sekarang," kata Syailendra dalam pernyataan resminya, Selasa (2/3).

 

Sebagaimana diketahui, harga normal kedelai impor di tingkat pengrajin tahu dan tempe berkisar antara Rp 6.000 per sampai Rp 7.000 per kg. Karena itu, pihaknya berharap agar harga kedelai dunia dapat segera terkoreksi menurun pada bulan selanjutnya.

Syailendra menyampaikan, sejak semester kedua tahun lalu harga kedelai dunia mulai merangkak naik hingga hampir 30 persen. Hal tersebut berdampak pada penyesuaian harga tahu dan tempe di pasar yang naik menjadi rata-rata 20 persen.

“Penyesuaian harga tahu dan tempe di pasar merupakan dampak dari adanya kenaikan harga kedelai dunia karena mayoritas kebutuhan kedelai di Indonesia masih dipenuhi oleh impor," katanya.

Oleh sebab itu, fluktuasi perkembangan harga komoditi kedelai dunia akan berdampak secara langsung pada harga bahan baku kedelai untuk tahu dan tempe di Indonesia.

Syailendera memastikan, Kemendag akan terus memantau dan mengevaluasi pergerakan harga kedelai dunia baik ketika terjadi penurunan ataupun kenaikan harga. Itu demi memastikan harga kedelai di tingkat pengrajin tahu dan tempe serta harga tahu dan tempe di pasar berada di tingkat yang wajar.

Ia menambahkan, pemerintah turut mengimbau para importir yang memiliki stok kedelai untuk terus memasok kedelai secara rutin kepada seluruh pengrajin tahu dan tempe termasuk anggota Gabungan Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Gakoptindo). Baik di Pusat Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Puskopti) provinsi maupun di Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Kopti) kabupaten dan Kota seluruh Indonesia.

 

“Kami berharap produksi tahu dan tempe dapat terus berjalan dan masyarakat masih tetap mendapatkan tahu dan tempe dengan harga terjangkau,” katanya.

 
Berita Terpopuler