Snugg, Label Pakaian Lokal dengan Teknologi Anti Bakteri

Snugg diproduksi secara khusus sehingga anti bakteri, bau, dan air.

dok Snugg
Pakaian hangat Snugg
Red: Nora Azizah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masalah klasik negara tropis, termasuk Indonesi, adalah suhu udara dan tingkat kelembaban udara yang tinggi. Kondisi ini membuat bakteri akan lebih mudah berkembang pada kisaran suhu 4°C - 60°C, dan tumbuh dua kali lipat lebih banyak setiap 20 menit.

Baca Juga

Berkaca dari fakta tersebut, produsen pakaian lokal Snugg, mencoba memberikan solusi dengan pakaian anti bakteri. Pakaian diproduksi dengan teknologi khusus sehingga tiap helai menjadi anti bau, anti bakteri, dan anti air.

"Kami ingin menciptakan sebuah pakaian yang tak hanya nyaman, tetapi juga aman, sebab, pakaian hangat seringkali memicu keringat berlebih, yang ketika berpadu dengan bakteri pada kulit bisa menimbulkan bau badan," ujar Founder Snugg Elisabeth Kurniawan, dalam keterangannya dikutip republika.co.id, Senin (1/3).

Elisabeth mengatakan, Snugg menggunakan material jersey tech  yang terbuat dari 100 persen katun. Pakaian mengadopsi teknologi khusus sehingga anti bau.

Snugg dipadukan dengan teknologi anti air yang mencegah percikan air menempel pada pakaian. Kemudian juga anti bakteri sehingga menurunkan risiko penularan penyakit di masa pandemi.

"Ketika perlu keluar untuk berbelanja keperluan rumah tangga, teknologi anti bakteri dan anti air akan melindungi sang pemakai secara lebih baik," kata Elisabeth.

 
Berita Terpopuler