Malaysia Diskusi dengan Ulama Dunia Soal Kehalalan Vaksin

Fatwa kehalalan vaksin Covid-19 merujuk kepada ahli kesehatan.

EPA-EFE/MAST IRHAM
Malaysia Diskusi dengan Ulama Dunia Soal Kehalalan Halal.
Rep: Mabruroh Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Menteri Urusan Islam Malaysia berkonsultasi dengan ulama muslim terkemuka dunia tentang kehalalan vaksin. Malaysia telah memperoleh pandangan dan penjelasan tentang fatwa penerima vaksin Covid-19.

Baca Juga

Menteri di Departemen Perdana Menteri (Urusan Agama) Senator Datuk Zulkifli Mohamad Al-Bakri mengatakan dia telah mengirim surat kepada beberapa ulama mengenai masalah ini. Di antaranya Imam Besar Al-Azhar Sheikh Ahmed el-Tayeb, Mufti Shawki Allam Mesir, dan Ketua dari Dewan Fatwa Uni Emirat Arab Sheikh Abdullah Ben Bayyah.

Jawaban dari mereka dalam mengeluarkan fatwa adalah merujuk kepada ahlinya di bidang kesehatan untuk memastikan vaksin Covid-19 ini aman dan halal digunakan. "Salah satu syarat fatwa itu juga harus merujuk ke ahli (di bidangnya khusus)," katanya saat tampil dalam forum urusan Islam yang disiarkan langsung di TV 1, dilansir dari Malay Mail, Jumat (26/2).

Forum tersebut menghadirkan sembilan panelis yang terdiri dari para mufti, dosen universitas, pengkhutbah, dan dokter. Menurut Dosen Senior Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM) Assoc Prof Datuk Mohd Izhar Ariff Mohd Kashim mengatakan, ada tiga aspek penting untuk menentukan apakah sesuatu itu dapat dihukumi halal (diperbolehkan) atau haram (ilegal).

Baca juga : Majelis Papua Tolak Investor Miras

 

 

Ini merujuk pada ahli di bidang terkait apabila tidak ada bukti yang jelas dalam Alquran dan hadits. “Selain itu perlu juga dikaji apakah vaksin tersebut mengandung sumber dari hewan yang tidak disembelih, atau beberapa zat lain yang dapat menimbulkan kerugian," kata Kashim.

“Berkaitan dengan itu, kajian dan pakar di bidang kesehatan yakni Kementerian Kesehatan Malaysia (Kemenkes) membantah (vaksin) mengandung salah satunya,” ujarnya.

 

Perlis Mufti Datuk Mohd Asri Zainul Abidin mengatakan, Nabi Muhammad SAW selama ini juga merujuk beberapa sahabatnya ke dokter untuk berobat. "Nabi Muhammad akan merujuk (para sahabat) kepada tabib Al-Harith ibn Kaladah, meskipun dia bukan seorang Muslim," katanya.

 
Berita Terpopuler