Alasan Perusahaan Lebih Pilih Vaksin Mandiri

Kadin melihat antusiasme perusahaan ikut program vaksin mandiri tinggi.

ANTARA/Muhammad Adimaja
Petugas kesehatan menyuntikan vaksin COVID-19 Sinovac ke seorang warga di kawasan Masjid Istiqlal, Jakarta, Selasa (23/2/2021). Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan pemerintah tengah mengupayakan pengadaan 20 juta dosis vaksin COVID-19 kategori mandiri, di mana vaksin tersebut akan diberikan pengusaha bagi para karyawan di perusahaannya masing-masing.
Red: Indira Rezkisari

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Muhammad Nursyamsi, Antara

Upaya vaksinasi bagi masyarakat terus bergulir. Setelah berpolemik dengan vaksinasi mandiri, Pemerintah pun sudah menyambut baik keinginan perusahaan menanggung biaya vaksin para karyawan.

Wakil Ketua Umum bidang Hubungan Internasional Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin), Shinta Widjaja Kamdani, mengatakan vaksin mandiri atau diberi nama program vaksin gotong royong akan membantu percepatan pemulihan ekonomi nasional. Shinta menyebut pemulihan ekonomi tidak akan tercipta tanpa adanya upaya pengendalian Covid-19 melalui program vaksinasi.

Shinta mengatakan antusiasme perusahaan terhadap program vaksin gotong royong sangat tinggi dengan jumlah 6.689 perusahaan yang telah mendaftar kepada Kadin. Menurut Shinta, perusahaan memilih membiayai vaksinasi karyawan ketimbang harus terus menerus melakukan tes Covid-19.

"Bagi perusahaan daripada ini tidak bisa terselesaikan memutus rantainya, ya harus ada vaksinasi. Jadi biaya yang dikeluarkan lebih baik untuk vaksinasi daripada terus-menerus (tes Covid)," ujar Shinta saat webinar bertajuk "Menyongsong Vaksin Gotong Royong" di Jakarta, Selasa (23/2).

Shinta menyebut vaksin gotong royong merupakan program sukarela yang bisa diikuti perusahaan untuk membiayai vaksin terhadap karyawan. Shinta menegaskan program vaksin gotong royong menggunakan dana dari masing-masing perusahaan yang tidak akan membebani karyawan.

"Untuk pembiayaan itu bagian dari cost perusahaan, sama saja seperti dana CSR, dana sosial yang harus dikeluarkan saat bencana. Jangan khawatir akan dibebani ke karyawan. Ada juga perusahaan yang mau membiayai vaksin karyawan dan keluarganya, semua atas biaya perusahaan," ucap Shinta.

Shinta mengatakan Kadin saat ini masih menunggu peraturan pelaksanaan dari pemerintah terkait program vaksin gotong royong. Shinta menyampaikan vaksin gotong royong tidak akan mengganggu jalannya vaksinasi pemerintah, termasuk penggunaan fasilitas kesehatan maupun tenaga kesehatan.

"Untuk fasilitas kesehatan, termasuk tenaga kesehatan itu bisa kami lakukan secara mandiri, kami harus menunggu aturan mainnya dulu, kalau aturannya sudah keluar maka lebih jelas," kata Shinta.

Koordinator PMO Komunikasi Publik Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Arya Sinulingga, mengatakan program vaksin gotong royong merupakan bentuk komitmen pengusaha melindungi para karyawan. Pemerintah, ucap Arya, menyambut baik keinginan perusahaan menanggung biaya vaksin para karyawan. Saat ini pemerintah sedang menggodok aturan main pelaksanaan vaksin gotong royong.

"Yang utama itu karyawan dikasih gratis. Soal pengadaan dari KPK mereka minta supaya tidak banyak pihak, sampai hari ini informasi masih dari Bio Farma grup yang menjadi pengadaan (vaksin gotong royong)," ujar Arya.

Arya mengatakan pemerintah juga masih menunggu data perusahaan dan karyawan yang akan mengikuti program vaksin gotong royong. Pemerintah, ucap Arya, telah melakukan pembicaraan dengan produsen vaksin seperti Sinopharm.

"Ada beberapa pembicaraan, misalnya dengan Sinopharm, belum deal, jumlahnya kan kita belum tahu, kita masih tunggu data, tapi perhitungan kita sekitar lima juta sampai 10 juta (karyawan)," ucap Arya.

Arya menambahkan, program vaksin gotong royong tidak akan mengganggu jalannya program vaksinasi gratis yang saat ini sedang berjalan. Arya mengatakan jenis vaksin gotong royong akan menggunakan produsen vaksin yang berbeda dengan vaksinasi pemerintah.

Arya menilai upaya program vaksin gotong royong memiliki sejumlah tantangan, salah satunya terkait ketersediaan pasokan vaksin. Pemerintah, ucap Arya, berusaha mendapatkan vaksin dengan harga yang terjangkau agar tidak terlalu membebani perusahaan.

"Ada juga yang bilang nanti dikomersialkan padahal sudah dikatakan gratis untuk buruh, tidak diperjualbelikan," lanjut Arya.

Arya berharap dukungan perusahaan yang menanggung biaya vaksinasi karyawan dapat membantu pemerintah dalam percepatan vaksinasi dan menciptakan target kekebalan kelompok.







Baca Juga

Kadin di sejumlah daerah pun bersiap melakukan pendataan perusahaan yang akan berpartisipasi dalam vaksinasi mandiri. Salah satunya adalah Kadin Provinsi Lampung.

"Saat ini kita dalam proses pendaftaran bagi perusahaan yang ingin ikut serta dalam program vaksinasi mandiri, namun Kamar Dagang dan Industri Provinsi Lampung hanya bersifat mengkoordinasikan saja," ujar Wakil Ketua Kadin Provinsi Lampung, Yuria Putra Tubarat.

Ia mengatakan telah ada ratusan perusahaan di Provinsi Lampung yang mendaftarkan diri untuk bekerja sama dengan pemerintah melaksanakan vaksinasi mandiri. "Sudah cukup banyak yang mendaftarkan, dan telah kita berikan link pendaftaran agar dapat mendaftarkan langsung ke pusat, sebab semua satu pintu," katanya.

Menurutnya, pelaksanaan pendaftaran vaksinasi mandiri bagi karyawan perusahaan dilakukan secara terpusat. Sehingga tidak akan dilaksanakan di daerah.

"Karena cukup banyak perusahaan yang memiliki kantor pusat di Jakarta, sehingga tidak ada pendataan ataupun pendaftaran di daerah, dan vaksinasi akan dilakukan secara massal di perusahaan masing-masing untuk menjaga kesehatan para karyawan," ucapnya.

Ia menjelaskan antusiasme perusahaan dalam berpartisipasi melaksanakan vaksinasi mandiri terlihat dari aktifnya perusahaan bertanya serta berkoordinasi dalam pelaksanaan pendaftaran. "Antusiasme perusahaan sangat tinggi, sebab vaksin menjadi salah satu upaya untuk kembali memulihkan ekonomi, dan kita harapkan ini dapat membantu pemerintah menyukseskan program vaksinasi Covid-19," ujarnya lagi.

Program vaksinasi mandiri ini akan dilakukan setelah vaksinasi terhadap sektor prioritas yang sudah ditetapkan pemerintah, yakni tenaga kesehatan dan petugas pelayanan publik terlaksana. Diperkirakan pelaksanaan program vaksinasi gotong royong bisa mulai dilaksanakan dalam rentang kuartal I tahun 2021 hingga memasuki awal kuartal II tahun 2021.

Peneliti lembaga kajian ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Rusli Abdullah, menilai vaksin mandiri oleh perusahaan dapat mempercepat program vaksinasi pemerintah. Hal itu juga dapat mendorong produksi yang selama ini terhambat oleh pandemi.

"Vaksin mandiri itu mempercepat vaksinasi sehingga dapat mendorong produksi terutama di industri padat karya," ujar Rusli. Melalui vaksin mandiri, lanjut dia, masyarakat akan lebih percaya diri untuk kembali beraktivitas normal sehingga dapat menggerakkan aktivitas perekonomian nasional.

Ia berharap program vaksinasi mandiri oleh perusahaan mengutamakan perusahaan-perusahaan padat karya seperti tekstil, elektronik, otomotif, manufaktur, dan logistik. "Sebab sektor-sektor itu cukup besar kontribusinya terhadap ekonomi nasional," ucapnya.

Selain itu, lanjut dia, vaksin mandiri juga mengutamakan perusahaan-perusahaan yang berada di zona merah. "Perlu dipertimbangkan aspek regionalnya, terutama epinsentrum pandemi seperti Jabodetabek," ucapnya.

Di samping itu, kata Rusli, vaksin mandiri oleh perusahaan juga dapat mempercepat tercapainya target kekebalan kelompok (herd immunity) setidaknya mencapai 70 persen dari total penduduk Indonesia.

Kendati demikian, Rusli mengatakan bahwa program vaksinasi mandiri oleh perusahaan tidak boleh dibebankan kepada karyawan, melainkan ditanggung oleh masing-masing perusahaannya. Maka itu, ia menyarankan agar pemerintah memberikan insentif fiskal bagi perusahaan-perusahaan yang melaksanakan vaksin mandiri.

"Insentif itu sebagai kompensasi pemerintah kepada perusahaan yang melaksanakan vaksin mandiri, karena pada dasarnya vaksin harus dapat diakses secara cuma-cuma atau gratis bagi masyarakat," ucapnya.

Rusli menilai vaksin gotong royong akan menguntungkan perusahaan untuk dapat kembali beroperasi normal. "Saya kira perusahaan akan lebih menguntungkan kalau beroperasi secara maksimal. Dari sisi ekonomi para pekerja bisa bekerja secara konsisten kembali, tadinya 20 hari misalnya jadi 30 hari. Upah penuh dalam sebulan, ini sisi positif vaksin," ujar Rusli.

Ia kembali mengingatkan jangan sampai biaya program vaksin gotong royong justru dibebani kepada karyawan melalui pemotongan upah atau tidak adanya kenaikan gaji pada tahun depan. "Jangan sampai ini dibebani perusahaan, lalu dibebani ke pekerja lewat pemotongan upah," ucap Rusli.

Pemerintah berencana memberikan biaya makan ke pasien isolasi mandiri di rumah. - (Republika)

 
Berita Terpopuler