Produsen Daging Halal Meksiko Bidik Pasar Indonesia

Produsen daging halal Meksiko sudah mengajukan izin kerja sama dengan BPJPH.

britannica.com
Daging sapi (ilustrasi)
Rep: Lida Puspaningtyas Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, MEXICO CITY -- Lembaga sertifikasi halal baru di Meksiko menyasar ekspor daging halal ke Indonesia. Halal Quality Mexico yang baru berdiri pada Juli 2019 akan menyasar negara Muslim seiring dengan perkembangan pasar yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir.

Baca Juga

Pendiri Halal Quality Meksiko, Fitra Ismu Kusumo berasal dari Indonesia. Ia mendirikan lembaga sertifikasi halal tersebut setelah bekerja di Kedutaan Besar Indonesia di Meksiko selama sembilan tahun dan mendapat pengalaman terkait industri.

Ia bergabung dengan Organización Mexicana de Certificación Ganadera y Alimentaria A.C. (OMECEGA) dan juga membuka kantor Regulatory Affairs Conformity Services (RACS) yang berbasis di Uni Emirate Arab. "Kami sudah mengajukan izin kerja sama dengan lembaga halal negara-negara Muslim seperti BPJPH di Indonesia, JAKIM di Malaysia, dan MUIS di Singapura," katanya pada Salaam Gateway, Senin (22/2).

Menurutnya, izin di negara-negara Muslim Asia Tenggara jauh lebih murah daripada di negara-negara Teluk. Saat ini, tidak ada lembaga sertifikasi halal yang berbasis di Meksiko dan terakreditasi oleh otoritas halal utama seperti JAKIM, GAC di negara Teluk atau ESMA di Uni Emirate Arab.

Setelah mendapatkan izin, Halal Quality Mexico akan mencari sponsorship untuk kemudian mulai rencana perdagangan daging halal. Ia mengatakan potensi Meksiko sangat besar karena produksi daging yang tinggi.

Sementara negara produsen utama daging lainnya mengalami penurunan produksi karena berbagai hal. Pada 2017, pemerintah Meksiko meningkatkan produksi dan ekspor produk halal menargetkan negara Muslim karena ingin lepas dari perdagangan dengan Amerika Serikat.

Pemerintah Meksiko menganggarkan dana untuk subsidi sertifikasi halal. Namun pada 2018, subsidi dihapus seiring dengan pergantian pemimpin. Pemerintahan baru Presiden Andres Manuel Lopez Obrador juga menutup lembaga ProMexico yang punya strategi nasional peningkatan ekspor halal Mexico ke pasar global.

Dalam lima tahun, ekspor daging dan hewan hidup Meksiko ke negara Muslim turun meluncur secara drastis. Pada 2015 nilainya 1,3 miliar dolar AS menjadi hanya 394 ribu dolar AS pada 2018 dan nol pada 2019. Padahal pada saat bersamaan, produksinya tinggi.

Meksiko adalah eksportir keempat terbesar untuk hewan bovine (keluarga sapi) hidup pada 2019, keenam terbesar untuk daging segar, dan ke-18 besar beragam daging beku. Amerika Serikat dan Kanada adalah pembeli utama dengan porsi masing-masing sekitar 39 persen. Sisanya sekitar 27 persen berakhir di Jepang.

 

Fitra mengatakan, sektor swasta dari Indonesia setidaknya mencari sekitar 60 ribu hingga 180 ribu ton daging halal asal Meksiko per tahun. Pengiriman pertama sekitar 18 ribu ternak sapi sedang dalam pembahasan, sebagai bagian dari perjanjian potensial sekitar 500 ribu ternak dalam setahun.

"Singapura sendiri sudah tertarik sekitar 46-50 kontainer daging Meksiko per bulan, sebagian besar adalah daging sapi dan kambing halal," katanya.

Meksiko mencari celah dari pasar yang sedang volatil. Sebagian besar negara produsen utama pengimpor daging ke negara-negara Muslim sedang mengalami penurunan produksi. Sementara produksi daging Meksiko sendiri diperkirakan naik dari 2,09 juta metrik ton pada 2020 menjadi 2,15 juta metrik ton tahun ini.

Bulan lalu, US Department of Agriculture (USDA) memperkirakan, produksi daging global akan turun menjadi 60,1 juta metrik ton dan ekspor daging turun 2,8 persen menjadi 10,5 juta metrik ton. USDA memprediksi kenaikan tipis pada 2021 menjadi 61,1 juta metrik ton.

Menurut Food and Agriculture Organization (FAO), produksi hewan ternak dan daging utama dunia dari Australia, Brazil, dan India sedang mengalami kontraksi. Australia, dan India mendominasi impor daging Indonesia dalam nilai dolar pada 2019.

Menurut ITC Trade Map PBB, lima besar negara eksportir daging ke Indonesia menurut nilainya yakni Australia, India, Amerika Serikat, Selandia Baru, dan Brazil. Sementara menurut volume atau jumlah dagingnya, India mencatat volume tertinggi yakni 48,7 persen dan Australia sebesar 39,3 persen.

Australia kini mengalami penurunan produksi ternak yang signifikan karena kebakaran hutan di awal 2020 lalu. Produksinya turun sekitar 14 persen menjadi hanya 2,1 juta ton.

Australia punya akses bebas sekitar 575 ribu ternak hidup ke Indonesia di bawah kerja sama Indonesia–Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA–CEPA). Namun dengan kondisi sulitnya pemulihan, Fitra mengatakan sepertinya jumlah tersebut masih akan sulit dicapai.

Di India, produksi daging dan hewan ternak diperkirakan turun sekitar 15 persen menjadi dua juta ton. FAO juga memperkirakan penurunan produksi bovine Brazil sekitar 1,3 persen. Fitra mengatakan Brazil menyasar pasar global dalam jumlah besar dan harga murah.

"Kami tidak ingin bersaing di harga, kami bersaing di kualitas," katanya.

 

 
Berita Terpopuler