Memastikan Lansia Bisa Ikut Divaksin Covid-19

Lansia dengan komorbid dianjurkan berkonsultasi dokter dulu sebelum divaksin.

Antara Foto/M Risyal Hidayar
Petugas kesehatan menyuntikkan vaksinasi COVID-19 pada warga lanjut usia (lansia) di RSUD Tanjung Priok, Jakarta Utara, Sabtu (20/2).
Red: Indira Rezkisari

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Antara

Vaksinasi bagi kelompok masyarakat lanjut usia (lansia) sudah dimulai di sejumlah ibu kota provinsi. Lansia merupakan bagian dari komunitas yang sangat penting untuk divaksin karena merupakan kelompok yang paling berisiko bila sampai terinfeksi Covid-19.

Pengamat kesehatan lulusan Universitas Gadjah Mada sekaligus relawan Covid-19, dr. Muhamad Fajri, mengingatkan pentingnya bagi para lansia, terutama yang memiliki penyakit komorbid atau penyerta untuk berkonsultasi diri dulu ke dokter sebelum divaksin. "Kita menghindari reaksi yang kita tidak tahu. Pada orang-orang di Norwegia, lansia yang rapuh meninggal. (Terkait ini) Pemerintah (Indonesia) sudah berhati-hati betul. (Lansia) kalau kena komorbid, konsultasikan dulu ke dokter," kata dia melalui laman Instagramnya, dikutip Senin (22/2).

Sebelumnya, pada pertengahan Januari lalu, pejabat di Norwegia melaporkan 33 orang berusia 75 tahun ke atas meninggal dalam waktu singkat setelah menerima vaksin Covid-19 dari Pfizer Inc. dan BioNTech SE. Setelah peninjauan, komite Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan kematian ini terjadi pada sub-populasi lansia yang lemah.

Walau begitu, mempertimbangkan risiko-manfaat, vaksin tetap menguntungkan bagi orang lanjut usia. Otoritas pengawas vaksin di Jerman, Paul Ehrlich Institute seperti dikutip dari The Washington Post, Senin menyatakan, penyelidikan kematian tujuh orang lanjut usia di wilayahnya tak lama setelah divaksin Pfizer-BioNTech mungkin karena penyakit yang mendasari pasien.

Lebih lanjut terkait pelaksanaan vaksinasi, Kementerian Kesehatan menyediakan dua pilihan mekanisme pendaftaran yakni di fasilitas kesehatan masyarakat baik di Puskesmas maupun rumah sakit milik pemerintah dan swasta. Lansia dapat mendaftar dengan mengunjungi website Kementerian Kesehatan yaitu www.kemkes.go.id dan website Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) di covid19.go.id.

Di kedua website tersebut akan tersedia link atau tautan yang dapat diklik oleh sasaran vaksinasi masyarakat lanjut usia. Di dalamnya terdapat sejumlah pertanyaan yang harus diisi.

Dalam mengisi data tersebut peserta lanjut usia dapat meminta bantuan anggota keluarga lain atau melalui kepala RT atau RW setempat. "Jadi proses pendaftaran ini sasaran vaksinasi bisa dibantu oleh keluarga ataupun RT atau RW setempat," ujar Juru bicara Vaksinasi Covid-19, dr. Siti Nadia Tarmizi.

Selanjutnya Dinas Kesehatan akan menentukan jadwal dan termasuk hari, waktu, serta lokasi pelaksanaan vaksinasi kepada masyarakat lanjut usia. Pilihan kedua, mekanisme melalui vaksinasi massal yang dapat diselenggarakan oleh organisasi atau institusi yang bekerjasama dengan Kementerian Kesehatan atau Dinas Kesehatan seperti organisasi untuk para pensiunan ASN, Pepabri atau Veteran Republik Indonesia.

Fajri mengatakan, vaksin Sinovac atau vaksin Covid-19 lainnya tidak akan menyebabkan sakit Covid-19. Kalaupun seseorang dinyatakan positif pascavaksinasi, maka bisa jadi ada penularan di wilayah orang itu tinggal atau berdiam atau sebelumnya dia sudah terkena Covid-19.

"Ketika kuman masuk ke dalam tubuh tidak langsung membuat sakit tetapi butuh waktu 2-14 hari. Misalnya saya 10 Februari disuntik, seminggu kemudian saya sakit Covid-19, apa karena vaksin? Tidak. Dia sudah tertular sakit Covid-19 akhir Januari sampai awal Februari," kata dia.

Para penyintas Covid-19 bisa divaksin karena sejauh ini belum ada bukti penyakitnya menjadi lebih berat setelah vaksinasi. Kementerian Kesehatan menyatakan penyintas Covid-19 yang sudah melewati tiga bulan pasca penyakitnya boleh divaksin.

Setelah vaksinasi, bukan berarti kebal Covid-19 karena vaksin belum dirancang mencegah penularan penyakit yang menjadi pandemi sejak tahun lalu itu. Penerima vaksin masih bisa terkena Covid-19 pascavaksinasi, tetapi gejalanya tidak berat.

"Anda jika terinfeksi harus diisolasi dan mampu menularkan," tutur Fajri.

Sejauh ini, kontraindikasi orang divaksin Covid-19 yakni orang yang memiliki alergi terhadap bahan-bahan tertentu di dalam vaksin dan punya penyakit autoimun.

Pakar kesehatan dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Junior Doctor Network (JDN) Indonesia, dr. Vito Anggarino Damay mengingatkan mereka yang sudah divaksin Covid-19 tetap harus menjaga diri agar tak berkontak dengan mereka yang positif Covid-19. "Orang yang divaksinasi masih ada risiko menyebarkan virus," ujar dia, kepada Antara saat dihubungi beberapa waktu lalu.

Vito mengatakan, anjuran sejauh ini masih sama usai divaksin. Yakni tetap menerapkan protokol kesehatan antara lain mencuci tangan, mengenakan masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan dan mengurangi mobilitas agar tak terkena Covid-19 atau menularkan penyakit akibat virus SARS-CoV-2 itu pada orang lain.

Apabila setelah divaksin berkontak dengan orang yang ternyata positif Covid-19, prosedur yang perlu dilakukan sama seperti sebelum divaksin yakni PCR tes atau minimal antigen swab. "(Prosedur setelah tes) saat ini masih sama, tapi tentunya setelah menerima vaksinasi diharapkan setidaknya tidak perlu (masuk) ICU atau tidak perlu rawat inap, cukup isolasi mandiri saja," kata dia.

Panduan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) belum lama ini menyatakan, orang yang telah divaksinasi Covid-19 tidak perlu melakukan isolasi mandiri apabila terpapar seseorang yang terinfeksi virus SARS-CoV-2. Walau begitu, menurut CDC, mereka yang telah divaksinasi tetap harus memperhatikan gejala Covid-19 selama 14 hari setelah terpapar.

Apabila mengalami gejala, mereka harus dievaluasi dan dites Covid-19. CDC juga mengingatkan, orang-orang perlu tetap mematuhi semua protokol kesehatan termasuk memakai masker, menjaga jarak sosial, menghindari kerumunan dan ruang berventilasi buruk.

"Vaksinasi akan membuat seseorang reaktif ketika diperiksa rapid test antibodi ketika kekebalannya muncul. Namun ini tidak berarti positif swab antigen apalagi positif pada tes swab PCR," kata Vito.

Baca Juga



Tip vaksinasi
Vito kembali mengingatkan agar mempersiapkan diri sebaik-baiknya sebelum divaksinasi, pasalnya kondisi tekanan darah tinggi atau bahkan masalah kesehatan lainnya. Dia menyarankan agar tidak begadang menjelang vaksinasi, menahan diri dari konsumsi makanan yang membuat tubuh tak fit.

Vito tak menyebut secara spesifik makanan pedas, asam dan sebagainya. Tetapi menurut dia, apabila memaksakan menyantap rujak pedas lalu esoknya diare, maka sudah pasti batal divaksin.

"Kalau begadang, terlalu lelah, maka besoknya tiba-tiba demam, tidak bisa divaksin juga," tutur dia.

Ketika hari vaksinasi tiba, sebaiknya tenangkan diri, jangan merokok, minum kopi atau hidangan yang menstimulasi organ tertentu misalnya suplemen, obat pilek. Obat batuk yang tidak tahu kandungannya apakah ada efedrin sebaiknya jangan dikonsumsi.

Saat tiba di lokasi, jangan berlari, terburu-buru. Setidaknya selama 30 menit pastikan dalam kondisi tenang, tidak melakukan olahraga yang berat karena tekanan darah akan diperiksa.

Ketika duduk, usahakan kedua telapak kaki menyentuh lantai, siku setinggi jantung (di tengah agak ke kiri). Jawab pertanyaan petugas kesehatan terkait kesehatan Anda dengan jujur, misalnya pernah terkena serangan jantung, lemah jantung, naik tangga 10 lantai cepat lelah atau tidak, jawab dengan jujur.

"Anda tidak perlu takut batal divaksin karena tidak bisa menjawab salah satu pertanyaan. Ini skrining menjamin kita semua berusaha seaman mungkin. Efek samping mungkin muncul, tetapi ini risiko yang Anda ambil kalau mau divaksin. Tentu saja, Anda tahu vaksin ini aman," kata Vito.

Kalaupun batal divaksin, tidak perlu khawatir karena akan tiba waktu berikutnya. Setelah divaksin, akan diobservasi apakah ada kejadian ikutan pasca imunisas (KIPI).
Jangan terlalu gelisah karena sakit disuntik relatif bisa ditoleransi. Ingatlah membawa pulang kartu atau bukti tanda vaksinasi pertama, dan bawa kembali kartu saat vaksinasi kedua.

Terakhir, Vito menyarankan meluangkan waktu khusus untuk vaksinasi dan beberapa jam setelahnya jangan mengisi hari tersebut dengan jadwal yang padat. Terkadang ada efek samping lapar dan mengantuk setelah vaksinasi.

Sejumlah daerah mulai bersiap melakukan vaksinasi ke lansia. Pemerintah Kota Bandung meminta warga lansia segera mengisi formulirregistrasi peserta vaksinasi Covid-19 tahap kedua.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung Ahyani Raksanagara, mengatakan, warga berusia 60 tahun ke atas bisa mengisi formulir registrasi vaksinasi di laman bandung.kemkes.go.id. Anggota keluarga, kerabat, atau aparat pemerintah, ia melanjutkan, bisa membantu warga lansia mengisi formulir pendataan secara daring.

Pengisian formulir pendaftaran vaksinasi dibutuhkan untuk verifikasi peserta vaksinasi. "Dari pusat sebenarnya sudah menarik data dari kependudukan, KPU, dan berbagai sumber. Tapi perlu data dari bawah untuk melengkapi yang nanti untuk dilakukan verifikasi," katanya.

Ahyani berharap registrasi peserta vaksinasi bisa selesai dalam waktu satu pekan ini meski pendataan masih bisa dilakukan selama pelaksanaan vaksinasi. "Kalau bisa sampai minggu ini sudah selesai. Karena kita harus menghitung alokasi vaksin yang dibagikan ke fasilitas kesehatan," kata dia.

Ia menjelaskan pula bahwa pada tahap kedua pelaksanaan vaksinasi Covid-19, pemerintah memprioritaskan warga lansia di ibu kota negara dan ibu kota provinsi. "Makanya untuk Kota Bandung kita bersiap melaksanakan vaksinasi (bagi) lansia domisili Kota Bandung," kata Ahyani

Sementara Satgas Covid-19 Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, menyatakan jumlah kalangan lansia yang akan menjadi sasaran vaksinasi tercatat sebanyak 16.964 orang. "Rencananya, vaksinasi Covid-19 lansia akan dilaksanakan mulai bulan Maret 2021," kata Juru Bicara Satgas Covid-19 Kota Mataram I Nyoman Swandiasa, Senin (22/2).

"Untuk melaksanakan vaksinasi Covid-19 bagi lansia, saat ini masih menunggu pengiriman dosis vaksin dari pemerintah pusat," katanya. Namun demikian, lanjutnya, seperti halnya pemberian vaksin terhadap nakes, tidak semua lansia bisa divaksin.

Bagi lansia yang menderita komorbid seperti diabetes dan hipertensi mereka dikecualikan."Untuk lokasi pelaksananya, kemungkinan sama yakni di fasilitas kesehatan se-Kota Mataram. Yakni di 11 puskesmas dan rumah sakit," katanya.

Indonesia mengimpor vaksin Covid-19 dari berbagai produsen vaksin dunia. - (Tim Infografis Republika.co.id)

 
Berita Terpopuler