Zaim Saidi: Pasar Dinar Muamalah, Pasar Bambu Papringan

Pasar dinar Muamalah ternyata mirip jual beli pasar bilah bambu Papringan Temanggung

google.com
Pasar Papringan kini lokasinya berada di Desa Ngadiprono, Kecamatan Kedu, Kabupatenetika bertransaski pengunjung harus menukarkan uangnya dengan kerajinan yang terbuat dari bilah bambu Temanggung. Pasar ini unik karena k
Red: Muhammad Subarkah

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Moh As'adi, Jurnalis Senior Republika.

Masih saja banyak teman dan kolega menanyakan soal adik saya, Zaim Saidi, yang ditangkap polisi karena membuka Pasar Muamalah di Depok, yang sebenarnya sudah berlangsung bertahun-tahun secara terbuka.
 
Saya hanya cengengesan saja, semua orang menganggap saya tahu semua atas yang terjadi. Apalagi, semua orang di dearah saya tahu bertahun-tahun saya bekerja sebagai wartawan di Koran Nasional 'Republika, yang acapkali ‘nggendengi’ dengan menulis berita yang membuat pejabat ‘kebakaran jenggot’.
 
Bahkan, karena pemberitaan saya, dua menteri pernah mengancam bakal memejahijaukan saya jika tidak ada revisi berita dan menuntut saya membuat iklan permintaan maaf satu halaman penuh.
 
Namun, atas dukungan pimred dan kepala Biro Jateng –Diy, dengan memuat berita-berita pendukung disertai data-data yang membenarkan pemberitaan saya, akhirnya, kedua menteri tadi hanya bisa garuk-garuk kepala. Saya pun cengengesan.
 
Nah barangkali, karena itulah, meskipun telah pensiun dari tempat saya bekerja, orang tetap menganggap saya wartawan yang tahu segalanya.
Keterangan foto: Moh As'adi dan putrinya yang tengah menggelar pameran lukisan di Yogyakarta.
 
 

Ketika teman, kolega serta tetangga bertanya soal Pasar Muamalah yang dinyinyiri sebagai upaya menebar virus khilafah serta transaksi menggunakan uang asing. Sekali lagi yang hanya bisa cengengesan. Mau jawab apa ya?
Mendadak saya ingat Pasar Papringan di Kedu Temanggung, yang dijadikan salah satu destinasi wisata (sekarang vakum karena korona). Transaksi di pasar itu tidak menerima rupiah. Tetapi harus menukarkan rupiah dengan bilah bambu. Artinya, bilah bambu yang didesain sedemikian rupa menjadi alat tukar di pasar yang luar biasa uniknya itu.
Nah….ingat Pasar Papringan, setiap ada pertanyaan saya jadi menemukan jawaban. ‘’Pasar Muamalah yang digagas Zaim Saidi itu, tidak ada bedanya dengan Pasar Papringan, hanya saja bedanya di Pasar Papringan alat tukarnya menggunakan bilah bambu, kalau di Pasar Muamalah menggunakan dinar dan dirham, ada wakaf dan sedekah....’’
Rupanya jawaban itu membuat teman, kolega, dan tetangga yang bertanya bilang ‘’Oooooooooo…’’. Tapi selalu ditambahi, "Kok ditangkap polisi?’’
Waduh kalau soal ini saya kurang tahu. Tapi yang jelas, adik saya itu tidak melakukan penipuan atau tindak kriminal.
Keterangan foto: Alat transaksi di Pasar Papringan. Pembeli menukar uang rupiah supaya bisa melakukan jual beli di pasar Papringan. Alat tukar ini terbuat dari bilahan bambu dalam bentuk empat persegi panjang. Sebelumnya, alat tukar ini berbentuk bulat.
 
Saya beserta keluarga dan Zaim Saidi hanya berpegang teguh pada kebenaran, dan saya hakkul yakin, di balik setiap peristiwa ada hikmah. Dan saya, adik, serta kakak-kakak meyakini, inilah salah satu cara Allah mengangkat derajat seseorang atas kebaikan serta ilmu dan harta yang bermanfaat bagi semua orang.
Makanya, setiap ada orang bertanya, saya mengatakan, kami semua bangga, kami semua memberi dukungan penuh bagi keluarga adik saya.
Dukungan juga datang dari banyak kalangan yang mengatakan: tidak ada yang salah pada Pasar Muamalah yang digagas Zaim.
Apalagi dinar dan dirham yang digunakan adalah buatan PT Antam, sebuah BUMN. Sebagaimana di tulis dalam editorial Koran Tempo (Senin, 15/2/2021) dinar dan dirham yang dijadikan alat tukar di pasar itu bukan uang dari negara lain, melainkan satuan emas dan perak yang dijual bebas oleh PT Aneka Tambang. Semua orang bebas membeli dinar dan dirham dengan berbagai berat dan varian.
Sistem barter yang digagas Zaim, selain tidak beda dengan di Pasar Papringan, tidak jauh berbeda dengan penggunaan uang digital, seperti GoPay, OVO, dan Dana. Semuanya dibeli dengan alat tukar rupiah lalu digunakan untuk bertransaksi.
Keterangan foto: Pasar Papringan beserta tempat penukaran uangnya yang menggunakan alat tukar bilah bambu. (foto: GuideKu.com).
 
 

Lalu, makhluk apakah dinar dan dirham itu?
Britanica.com menulis, dua koin emas dan perak tadi berasal dari Zaman Romawi kuno, ketika itu dinar dikenal sebagai Denarius bentuknya seperti kepingan emas.
Kemudian dijadikan satuan moneter yang digunakan beberapa negara Timur Tengah. Di antaranya, Aljazair, Bahrain, Irak, Yordania, Kuwait, Libya, dan Tunisia.
Pada abad ke-7 M, Abdul al-Malik memperkenalkan dinar sebagai ‘koin Islam’
Berdasarkan hukum syariah Islam, dinar merupakan uang emas murni yang memiliki berat 1 mitsqal atau setara dengan 1/7 troy ounce.
Saat ini, ada sejumlah negara yang menerbitkan dinar. Antara lain Libya, Malaysia, termasuk Indonesia. Di Indonesia, koin dinar diproduksi PT Aneka Tambang Tbk.
 
Temanggung 16022021

 
Berita Terpopuler