Bencana Banjir Kerek Harga Cabai Naik

Produksi dan distribusi cabai terhambat karena banjir

ANTARA/Ahmad Subaidi
Pedagang membungkus cabai rawit yang dijualnya di pasar trasidional (ilustrasi). Harga cabai mengalami kenaikan karena bencana banjir mengakibatkan produksi dan distribusi cabai terhambat.
Rep: Dedy Darmawan Nasution Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Harga cabai yang diprediksi akan mengalami penurunan pada bulan Februari kembali mengalami kenaikan signifikan. Bencana banjir disebut menjadi kendala sehingga menurunkan tingkat produksi dan gangguan terhadap distribusi.

Baca Juga

"Banyak lahan cabai mengalami kebanjiran. Sekarang sedang didorong agar bantuan benih dan kawasan cabai yang ada di daerah segera dieksekusi," kata Direktur Jenderal Hortikultura, Kementerian Pertanian, Prihasto Setyanto, kepada Republika.co.id, Ahad (21/2).

Direktur Sayuran dan Tanaman Obat, Kementan, Tommy Nugraha, menambahkan, berdasarkan informasi dari para petani cabai, sejumlah sentra memang mengalami kebanjiran akibat curah hujan tinggi beberapa hari terakhir.

Bencana banjir secara langsung menganggu kegiatan produksi cabai. "Kendala banjir terjadi hampir merata di sentra-sentra cabai. Rata-rata sentra kebanyakan di Jawa. Otomatis sedikit menganggu harga," kata Tommy.

Mengutip statistik Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS), harga cabai rawit per Jumat (19/2) dihargai Rp 81 ribu per kilogram (kg). Harga itu jauh di atas harga normal sekitar Rp 30 ribu-Rp 40 ribu per kg.

Adapun harga cabai merah keriting sebesar Rp 48.750 per kg dan cabai merah besar Rp 47.350 per kg.

 

Ia mengatakan, cabai termasuk tanaman yang terus berproduksi sepanjang tahun. Tommy menjelaskan, beberapa lokasi bencana banjir saat ini diketahui melanda kawasan sentra cabai yang siap melakukan panen.

Meski demikian, pihaknya belum dapat menjelaskan lebih detail mengenai dampak penurunan produksi cabai akibat banjir yang terjadi. Ia mengatakan, para petugas lapangan masih fokus menangani banjir sembari melakukan pencatatan dan penghitungan kawasan cabai yang terendam.

Selain menganggu produksi, kegiatan transportasi cabai dari sentra ke pusat-pusat kota juga mengalami gangguan. Alhasil, alur distribusi barang mengalami gangguan dan keterlambatan. Hal itu tentunya berdampak pada minimnya pasokan yang masuk ke pasar ritel.

"Hujan dan banjir tidak hanya mempengaruhi produksi, bahkan juga transportasi yang mengalami kendala," kata dia.

Adapun untuk langkah jangka pendek, Tommya mengatakan, Kementan segera melakukan gerakan tanam cabai di sejumlah daerah yang tidak mengalami kebanjiran. Kementan akan memberikan bantuan bagi para petani agar segera terealisasi.

Namun, ia juga belum bisa memastikan seberapa luas kawasan yang bisa digunakan dan target produksi untuk menggantikan potensi panen yang hilang akibat banjir. "Kami belum bisa sampaikan detailnya karena kita masih mengolah datanya. Yang penting kami lakukan langkah solusi dari pada tidak sama sekali," katanya.

 
Berita Terpopuler