Sejarah Penamaan dan Penomoran Kalender Hijriyah

Nama bulan pada kalender Hijriyah bukanlah wahyu yang runtun kepada umat Muslim.

Republika
Sejarah Penamaan dan Penomoran Kalender Hijriyah
Rep: Dea Alvi Soraya Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam bukunya berjudul Rajab, Keutamaan dan Hukumnya, Ahmad Zarkasih menjelaskan nama bulan pada kalender Hijriyah bukanlah wahyu yang runtun kepada umat Muslim. Justru nama-nama itu telah ada sebelumnya, dan telah digunakan selama berabad-abad oleh bangsa Arab.

Baca Juga

“Mereka terbiasa menggunakan bulan sebagai media untuk menentukan waktu, karena itu penanggalan mereka disebut dengan al-Taqwim al-Qamari (kalender bulan). Meski begitu ada beberapa suku di selatan Jazirah Arab (Yaman) yang menggunakan matahari sebagai media untuk menentukan waktu,” ujarnya yang dikutip Republika.co.id, Jumat (19/2). 

Adapun bulan-bulan itu dinamai sesuai dengan keadaan alam atau sosiologi dan budaya yang mereka lakukan pada bulan tersebut. Karena banyaknya jumlah suku bangsa Arab, dengan kebiasaan dan kultural yang berbeda, maka nama bulan yang mereka gunakan juga berbeda-beda. 

Namun, pada 412 Masehi, terjadi konvensi para petinggi lintas suku dan kabilah bangsa Arab di Makkah pada masa kepemimpinan Kilab bin Marrah (kakek keenam Nabi Muhammad). Mereka menentukan dan menyamakan nama-nama bulan agar memudahkan dalam transaksi perdagangan.

Baca juga: Nama-Nama Bulan Hijriyah dan Artinya

 

Bukan hanya nama, penomoran dalam bulan qamari juga baru ditetapkan setelah adanya kebijakan politik Umar bin Khattab yang mengeluarkan perintah untuk membentuk kalender Islam. Sejak saat itu, Muharram ditetapkan sebagai bulan pertama kalender Islam yang kini dikenal dengan kalender Hijriyah. 

Mengacu pada budaya orang Arab, sebelum Islam, yang menamakan bulan sesuai kejadian atau peristiwa khas yang terjadi pada waktu tersebut, Rajab sudah menjadi bulan yang dimuliakan. Orang-orang Arab sepakat mengharamkan terjadinya pertumpahan darah dalam bulan tersebut mengingat orang-orang Arab sangat gemar berperang.

Ketika Islam datang, kemuliaan itu dipertegas dengan banyaknya wahyu dan sabda Rasulullah SAW yang menguatkan kemuliaan Rajab. Abu Nashr al-Farabi menjelaskan dalam kitabnya Al-Shihah Taaj al-Lughah, “Rajab artinya mulia. Aku merajabkan sesuatu yakni memuliakannya dan mengagungkannya dan sesuatu itu mulia. Dan karena itulah rajab dinamakan rajab, karena memang orang-orang terdahulu di zaman jahiliyah memuliakan bulan tersebut dan tidak menghalalkan peperangan.”

 
Berita Terpopuler