Aktivitas Literasi Jabar Layak Jadi Percontohan Nasional

Literasi di Indonesia hingga saat ini masih rendah bila dibandingkan negara lain.

republika
Online talkshow dengan tema Mendorong Literasi Kala Pandemi yang digelar secara online atas kerja sama Republika dengan Satgas Covid-19 dan Dispusinda Jabar, Kamis (18/2).
Rep: Arie Lukihardianti Red: Gita Amanda

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Literasi di Indonesia hingga saat ini masih rendah bila dibandingkan negara lain. Dari 62 negara yang disurvei literasinya, Indonesia berada di posisi ke 60.

"Kita urutan kedua dibelakang untuk literasi. Ada beberapa patokan yang membuat indeks literasi kita rendah," ujar Ketum IKAPI Pusat, Arys Hilman di acara online talkshow dengan tema Mendorong Literasi Kala Pandemi yang digelar secara online atas kerja sama Republika dengan Satgas Covid-19 dan Dispusinda Jabar, Kamis (18/2).

Arys menjelaskan, literasi Indonesia rendah di antaranya dilihat dari oplah koran, jumlah perpustakaan umum, jumlah buku yang ada diperpustakan dan lainnya. "Salah satu yang menyebabkan literasi rendah, minat baca di kita sangat kurang. Maka sulit mengharapkan bangsa cerdas literasi," katanya.

Arys menilai, Jabar punya aktivitas literasi yang kuat. Karena, berbagai program dibuat untuk meningkatkan literasi masyarakatnya. "Jabar ini harus jadi contoh nasional. Saya harap, perpustakan di Jabar juga membeli buku yang bermutu dan di sukai masyarakat bukan hanya buku yang murah," katanya.

Menurut Arys, dampak pandemi Covid-19 di Indonesia terhadap literasi berbeda dengan negara lain. Di negara lain, masyarakat memborong buku untuk bekal selama di rumah saja. "Kalau di Indonesia yang naik itu internet. Itu juga untuk nonton," katanya.

Pandemi Covid-19 ini, kata dia, bukan hanya menyebabkan masyarakat saja yang tak bisa membeli buku tapi perpustakaan juga tak membeli buku. "Perpus dan dinas menghentikan belanja bukunya. Itu hasil survei ke penerbit. Padahal saat seperti ini masyarakat perlu buku," katanya.

Arys mengatakan, dalam rentang 10 tahun ini penjualan buku terus turun. Bahkan, pada 2017 sangat turun sekali baik penjualan buku fisik maupun digital. "Kalau Eropa penjualan bukunya masih tinggi. Di Eropa, semua orang membaca  buku," katanya.

Saat ini, kata dia, konsumsi buku digital di Indonesia terus mengalami kenaikan. Tapi tetap, tak bisa menyaingi buku fisik. Penerbit yang mulai mengubah buku ke digital saat ini ada 40, 8 persen dari penerbit yang ada. Angka ini, cukup meningkat karena awalnya yang membuat buku digital hanya 10 persen saja.

"Untuk penjualan, hampir 62 persen penerbit awalnya membuat lewat toko buku yang memiliki jaringan. Sekarang berubah sudah banyak yang ke marketplace," paparnya.

Menurut Bunda Literasi Jabar, Atalia Praratya Kamil, literasi di Indonesia termasuk di Jabar memang masih rendah. Terutama, di wilayah-wilayah pedalaman Jabar yang sulit menjangkau dan membudayakan baca.

"Apalagi, di masa pandemi ini menggiatkan literasi sangat jadi pekerjaan rumah (PR) buat kita," katanya.

Atalia mengatakan, berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan literasi di Jabar. Salah satunya dengan meluncurkan Kolecer (Kotak Literasi Cerdas) dan Candil (Maca Dina Digital Library).

"Kolecer disimpan di trotoar di ruang publik, dan generasi milenial sekarang hasil surveinya lebih senang menghabiskan waktunya dengan memakai gawai, maka kita juga buat Candil," katanya.

Selain itu, kata dia, disetiap kabupaten/kota ada bunda literasi untuk mendorong minat baca masyarakat di lingkunnnya. Ada juga, duta baca tapi baru sampai tingkat keluruhan. "Duta baca ini sukses mendorong masyarakat untuk meningkat baca. Ada juta gerobak baca. Walau pandemi mereka bisa saling membantu tingkatkan minat baca," paparnya.

Atalia menilai, kemampuan litarasi penting sekali di masa pandemi saat ini. Bahkan, akses literasi sumbernya tak harus dari buku. Tapi bisa lewat media apa pun.

Atalia mencontohkan, di masa pandemi sekarang tanaman jadi hit karena masyarakat mulai terbuka wawasannya. Kalau orang yang literasinya bagus, mereka tak akan terlalu reaktif dengan bebagai permasalahan yang ada.

"Dan jangan lupa, membaca akan memperkuat daya ingat. Akibat kita kurang literasi akan mengalami banyak hal. Salah satunya, muncul hoaks. Bahkan Covid-19 sampai hari ini ada yang tak percaya ini akibat kurang literasi," kata Atalia.

Sementara menurut Kepala Dipusipda Jabar, Ahmad Hadadi, berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan literasi di Jabar. Misalnya, ada gerakan literasi sekolah, literasi keluarga yang bekerja sama dengan PKK. Jadi, kader PKK yang berjumlah 50 ribu ini aktif menyosialiasasikan literasi di daerahnya.

Hadadi mengakui, anggaran pengadaan buku menurun karena memang alokasi dinasnya menurun. Tapi, di Provinsi Jabar sendiri pengadaan buku masih ada walaipun nilainya turun.  

"Tahun ini ada pengadaan buku. Kami survei dulu bersama pustakawan buku apa yang harus dibeli," katanya.

Menurut Wapemred Republika Nur Hasan Murtiaji, tema yang diangkat dalam talkshow ini sangat menarik karena mendorong literasi di masa pandemi. Membaca sendiri, kata dia, merupakan salah satu aktivitas yang bisa menghilangkan kejenuhan.

"Dulu literasi diartikan kemampuan mengolah membaca dan menulis. Tapi sekarang ada literasi baca, menulis, literasi science macam-macam," katanya.

 
Berita Terpopuler