Penderita Gangguan Jiwa Luput dari Vaksinasi Covid di Eropa

Peneliti meminta penderita gangguan jiwa masuk prioritas penerima vaksin.

AP/Danny Lawson/PA
Penderita Gangguan Jiwa Luput dari Vaksinasi Covid di Eropa. Seorang karyawan NHS memeriksa ruang vaksinasi di pusat vaksinasi massal Elland Road di Leeds, Inggris, Senin 8 Februari 2021. Vaksin AstraZeneca digunakan di Leeds dan secara luas di Inggris meskipun Afrika Selatan telah menangguhkan rencana untuk menggunakannya untuk Petugas kesehatan garis depan setelah uji klinis kecil menunjukkan bahwa itu mungkin tidak efektif melawan varian virus korona Afrika Selatan.
Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Sebagian besar negara di Eropa tidak memasukkan para penderita gangguan mental ke dalam daftar penerima vaksin Covid-19 padahal mereka rentan kena Covid-19, demikian temuan sebuah riset yang diumumkan, Rabu (17/2).

Baca Juga

Dari 20 negara yang disurvei, hanya Belanda, Inggris, Jerman, dan Denmark yang mengakui gangguan mental sebagai penyakit. Empat negara itu juga membuat ketentuan khusus terkait vaksinasi terhadap para penderita gangguan jiwa.

"Pasien-pasien ini banyak dilupakan dalam sebagian besar rencana vaksinasi, dan ini harus berubah," kata salah satu peneliti dan profesor University Psychiatric Hospital Campus Duffel Belgia, Livia De Picker.

"Hasil penelitian terbaru menunjukkan jika Anda memiliki penyakit mental, maka risiko tertular Covid-19 naik 65 persen, dan tingkat kematian penderita gangguan jiwa parah 1,5 hingga dua kali lebih tinggi (daripada pasien biasa)," kata dia.

 

Temuan itu telah diterbitkan dalam jurnal Lancet Psychiatry, Rabu. Para peneliti yang terlibat survei itu bersama organisasi kesehatan mental di Eropa mendesak Uni Eropa menetapkan standar bagi kalangan pasien kesehatan mental yang rentan tertular Covid-19. Mereka juga meminta kalangan itu diprioritaskan sebagai penerima vaksin Covid-19.

"Negara-negara sering melihat apa yang terjadi di tempat lain saat menetapkan prioritas vaksin, dan mengingat betapa sedikit negara yang memprioritaskan kesehatan mental, risiko ini menyebabkan isu kesehatan mental terabaikan," kata Marion Leboyer, profesor University Paris Est Créteilyang turut terlibat sebagai peneliti.

"Ini adalah problem yang besar di Eropa, dan masalah ini akan terus ada sampai ada kebijakan yang dibuat," kata dia.

 
Berita Terpopuler