Survei: 1 dari 4 Orang Eropa tak Suka Orang Islam

Survei menyebutkan, 1 dari 4 orang Eropa tak menyukai orang Islam.

Christophe Petit/EPA
Survei menyebutkan 1 dari 4 orang Eropa tak suka orang Islam. Unjuk rasa anti-Islam
Rep: Zahrotul Oktaviani Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON – Pandangan negatif terhadap Muslim dan warga imigran terjadi secara luas di seluruh daratan Eropa. Hal ini diketahui berdasarkan survei yang dilakukan di delapan negara Eropa. 

Baca Juga

Survei terhadap 12 ribu orang dari Swedia, Prancis, Jerman, Inggris, Hongaria, Polandia, Belanda, dan Italia ini juga menemukan ketidakpercayaan yang meluas terhadap otoritas dan kekecewaan atas politik tingkat tinggi. 

Dilansir di Vice, Selasa (16/2), penelitian ini dilakukan sebagai bagian dari kelanjutan laporan tentang penyebaran pandangan antiminoritas dan ekstremisme sayap kanan selama pandemi.  

Para peneliti menemukan berbagai tingkat dukungan untuk sebuah konspirasi yang lantas dibantah secara luas yang disebut "Great Replacement Theory". Teori konspirasi ini menyebut, para elite mendorong adanya imigrasi untuk melemahkan Eropa. 

Menurut survei, hanya 16 persen warga di Inggris yang menyatakan mendukung teori konspirasi ini, sedangkan di Italia 39 persen menyetujui teori itu bahkan menganggap itu benar. Di Hongaria, 40 persen dari mereka yang disurvei mengatakan, konspirasi itu pasti atau mungkin benar terjadi. 

"Ketika pandemi Covid-19 telah melanda seluruh Eropa, kami melihat beberapa kelompok radikal dan sayap kanan menjadi lebih makmur dan beberapa lainnya menjadi kacau,” kata CEO Hope not Hate, Nick Lowles. 

Di Eropa, dia menyebut, teori konspirasi banyak yang berakar dari antisemit dan akan makin populer. Nasionalisme rasial yang meningkat seakan menyertai peningkatan teror sayap kanan. "Ideologi kebencian diinternasionalkan tidak seperti sebelumnya, sehingga perlawanan harus selalu dilakukan," kata dia. 

Hongaria secara konsisten memegang posisi negara dengan pandangan paling bermusuhan terhadap minoritas dari negara-negara yang disurvei. Laporan tersebut menemukan, 60 persen warganya memiliki pandangan yang sangat atau cukup negatif terhadap imigran. 

Sebanyak 54 persen merasakan hal serupa... 

 

Sebanyak 54 persen merasakan hal serupa terhadap Muslim. Pandangan negatif ini terjaga, meski populasi Muslim di negara itu kecil, hanya sekitar 0,4 persen dari total populasi. 

Dipimpin partai sayap kanan Fidesz, negara ini menjadi berita utama karena pandangan sayap kanannya. Pada Desember tahun lalu pemerintah Hongaria memberikan suara melalui undang-undang anti-LGBTQ yang melarang pasangan gay untuk mengadopsi. Tindakan keras juga dilakukan baru-baru ini terhadap organisasi media independen yang menimbulkan kekhawatiran bagi para ahli kebebasan pers. 

Inggris memiliki sentimen antiimigran dan Muslim terendah dari negara-negara yang disurvei menurut laporan tersebut. Meski demikian, proporsi orang dengan perasaan negatif terhadap migran, 30 persen, dan Muslim, 26 persen, terbilang masih cukup besar.  Imigrasi dianggap sebagai salah satu dari empat perhatian utama orang-orang dari Prancis, Jerman, Italia, Belanda, dan Swedia. 

Italia memiliki tingkat kekecewaan politik tertinggi, yaitu 79 persen. Kemungkinan besar hasil ini dipengaruhi oleh kekacauan politik baru-baru ini setelah jatuhnya pemerintah. Di posisi kedua, Prancis dengan 67 persen merasa sistemnya rusak sebagian atau seluruhnya. 

Sebanyak 58 persen dari mereka yang disurvei di Inggris merasa sistem politik mereka rusak sebagian atau seluruhnya.  Hanya enam persen orang Inggris yang merasa sistem politik bekerja dengan sangat baik. 

CEO Sweden's Expo Daniel Poohl mengatakan, laporan ini menunjukkan ancaman terhadap demokrasi yang sedang berubah bentuk dan strategi. Saat ini, sayap kanan menjadi gerakan transnasional yang mengorganisasi pendukung melalui jaringan daripada organisasi kuno. 

"Jika kami ingin memahaminya, kami harus berpikir di luar batas partai politik, organisasi formal, dan bahkan batas negara. Laporan ini adalah langkah pertama untuk melakukan itu," kata Daniel Poohl. 

Meski demikian, laporan tersebut juha menemukan bahwa orang-orang di beberapa negara yang disurvei merasa positif terhadap protes Black Lives Matter. Mayoritas di Jerman (52 persen), Swedia (51 persen), dan Inggris (51 persen) mengatakan, mereka bersimpati dengan gerakan tersebut. 

Sumber: vice  

 
Berita Terpopuler