Buruli Ulcer, Penyakit yang Bisa Berujung Cacat Permanen

Kasus 'Buruli Ulcer' kian meningkat di Australia.

Reuters
Kasus 'Buruli Ulcer' kian meningkat di Australia (Foto: ilustrasi)
Rep: Adysha Citra Ramadani Red: Nora Azizah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Adam Noel awalnya menilai benjolan merah di belakang pergelangan kakinya sebagai bentol akibat gigitan nyamuk biasa. Namun, seiring waktu berlalu, benjolan tersebut tidak membaik dan malah diikuti lubang di tumitnya.

Baca Juga

"Sesuatu yang aneh sedang terjadi," pikir Noel, seperti dilansir BBC, Senin (15/2).

Merasa ada yang tidak beres, Noel segera memeriksakan diri ke Austin Hospital di Melbourne. Namun, saat itu April 2020 dan petugas-petugas medis di rumah sakit masih kewalahan menghadapi Covid-19.

Para dokter mengatakan, luka yang dialami Noel akan membaik dalam waktu dekat. Namun, setelah beberapa hari, tendon achilles Noel memiliki lubang seukuran bola tenis meja. Kondisi tersebut mendorong Noel untuk kembali memeriksakan diri ke dokter. Kali ini, dia memilih rumah sakit St Vincent's.

Selama sekitar satu pekan di rumah sakit, Noel menjalani beberapa pemeriksaan biopsi. Dari pemeriksaan-pemeriksaan itu, dokter mengonfirmasi bahwa yang dialami Noel adalah buruli ulcer.

Buruli ulcer merupakan penyakit akibat bakteri yang dapat menyebabkan luka terbuka lebar. Bila tak ditangani, kondisi tersebut dapat menyebabkan kecacatan permanen.

Diagnosis ini baru berhasil ditegakkan enam pekan setelah kemunculan benjolan merah di pergelangan kaki Noel. Bila terus dibiarkan, pria yang tinggal di Melbourne, Australia, ini bisa kehilangan kakinya.

Sebelum mengalami buruli ulcer, Noel melakukan banyak pekerjaan di kebun. Dia menebang beberapa pohon yang sudah berdiri kokoh selama 20 tahun. Noel merasa, kondisi yang dia alami saat ini berkaitan dengan hal tersebut.

"Saya cukup yakin bahwa kondisi ini berkaitan dengan dirusaknya pohon dan habitat posum," tukas Noel.

 

Banyak ilmuwan yang meyakini, hewan berbulu ini memainkan peran dalam transmisi buruli ulcer pada manusia. Hewan ini pun juga bisa terkena buruli ulcer. Selain itu, bakteri penyebab buruli ulcer, yaitu Mycobacterium ulcerans juga sangat banyak ditemukan pada feses posum.

Kasus buruli ulcer saat ini tampak mengalami peningkatan yang cukup signifikan di Australia dibandingkan beberapa tahun lalu. Pada 2014 dokter menemukan sebanyak 65 kasus buruli ulcer, namun pada 2019 terdapat 299 kasus dan 2020 terdapat 218 kasus.

Buruli ulcer bisa dengan cepat merusak kulit dan jaringan halus bila tak dirawat. Kondisi ini perlu diterapi dengan kombinasi steroid dan antibiotik spesifik selama beberapa pekan dan bahkan bulan untuk banyak kasus.

Baik lesi berukuran kecil maupun besar, dampak yang ditimbulkan pada orang yang terkena bisa sangat signifikan. Ulcer agresif dapat menyebabkan kecacatan dan perlu ditangani dengan operasi serius serta berujung pada disabilitas jangka panjang.

"Bakteri itu benar-benar bisa memakan seluruh tungkai," jelas dokter spesialis penyakit menular dan ahli buruli ulcer Daniel O'Brien.

Pasien yang terkena buruli ulcer bisa membutuhkan lebih dari satu kali operasi. Daniel memiliki daftar pasien yang bahkan membutuhkan hingga 20 kali operasi untuk menangani buruli ulcer ini.

Hingga saat ini, tak ada banyak hal yang diketahui mengenai buruli ulcer. Masih ada beberapa pertanyaan yang belum terjawab terkait penyakit ini, seperti di mana bakteri ini berada di lingkungan, hewan apa saja yang menjadi reservoir-nya, serta bagaimana manusia bisa tertular penyakit ini.

"Sebelum kita mendapatkan jawaban terhadap pertanyaan penting tersebut, akan sulit bagi kita untuk mengontrol penyakitnya," papar Daniel.

Sejauh ini, para ahli hanya bisa berteori bahwa bakteri tersebut berkaitan dengan posum dan feses mereka. Nyamuk dan serangga penggigit lain juga diyakini berperan dalam membawa bakteri dari posum atua lingkungan ke manusia dan menyebabkan buruli ulcer.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan buruli ulcer sebagai penyakit yang terabaikan. Tak ada cukup uang, waktu, dan tenaga yang ditujukan pada penelitian terkait buruli ulcer, menurut Daniel. Padahal, penyakit ini sudah ditemukan sejak 1897.

 
Berita Terpopuler