Hal yang Perlu Diketahui Soal 'Tsunami Himalaya'

Ilmuwan mengindentidikasi kemungkinan-kemungkinan penyebab banjir bandang di India.

AP
Personel National Disaster Response Force (NDRF) membersihkan puing-puing setelah sebagian dari gletser Nanda Devi lepas pada Minggu pagi, melepaskan air yang terperangkap di belakangnya di Tapovan, negara bagian utara Uttarakhand, India, Selasa, 9 Februari 2021. Setelah memeriksa citra satelit , para ilmuwan percaya bahwa banjir Himalaya di India utara terkait dengan tanah longsor dan longsoran salju. Masih belum jelas apa penyebab pastinya, tetapi perubahan iklim kemungkinan merupakan faktor, kata para ahli.
Rep: zainur mahsir ramadhan Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, UTTARAKHAND — Para peneliti mulai mencari penyebab banjir bandang mendadak di negara bagian Himalaya Uttarakhand, India, Ahad (7/2) lalu. Upaya itu, memang memunculkan banyak pertanyaan untuk diungkap. Namun, berikut adalah beberapa hal yang perlu diketahui tentang penyebab bencana tersebut.

Kemungkinan Gletser Pecah Tiba-tiba
Ada kabar pasca bencana, jika banjir disebabkan oleh luapan tiba-tiba dari danau glasial yang tinggi di pegunungan. Peristiwa itu disebut para ahli sebagai banjir semburan danau glasial.

“Sepertinya terlalu dini untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi,” kata direktur penelitian Institut Kebijakan Publik Bharti, Anjal Prakash dikutip dari science news Rabu (10/2).

Menurutnya, citra satelit menunjukkan jika bagian bawah dari gletser terputus, namun kaitan dengan banjir setelahnya ia klaim masih belum diketahui.

Ada satu kemungkinan, yaitu, gletser menahan danau air yang mencair dan hujan salju lebat di wilayah tersebut dua hari sebelumnya yang bisa menambah volume cukup ke danau. Sehingga air memaksa keluar, memecahkan gletser dan beralih ke sungai terdekat.

Baca Juga


Kemungkinan Tanah Longsor
Ahli geomorfologi di Universitas Calgary di Kanada, Daniel Shugar berpendapat, bencana tersebut bukan disebabkan oleh semburan danau glasial. Sebaliknya, berdasarkan gambar satelit yang diambil selama bencana, kata dia, malah menunjukkan tanda-tanda tanah longsor.

"Anda bisa melihat kumpulan debu ini di lembah, dan itu biasa terjadi pada tanah longsor yang sangat besar," kata Shugar.

Tanah longsor dan kerusakan lereng tiba-tiba bisa menyebabkan aliran batu sedimen menuruni bukit. Hal itu, memang bisa dipicu apa saja, seperti gempa bumi maupun hujan deras.

Dia menambahkan, di pegunungan bersalju yang tinggi, siklus pembekuan dan pencairan serta pembekuan kembali juga dapat menghancurkan tanah. Bahkan, retakan yang berisi es perlahan-lahan dapat melebar seiring waktu, menyebabkan kegagalan mendadak, dan kemudian, bencana.
"Gambar satelit tampaknya menunjukkan dengan jelas ke tanah longsor seperti itu, daripada luapan danau glasial yang khas,’’ kata Shugar.

Namun, pertanyaan penting untuk hipotesis tersebut adalah dari mana air banjir berasal.


Perubahan Iklim
Ada penjelasan lain, perubahan iklim. Namun penjelasan itu diakui Anjal Prakash masih belum jelas. ‘’Sekilas, itu adalah peristiwa iklim tapi datanya masih belum lengkap," kata Prakash.

Dia melanjutkan, wilayah tersebut memang menjadi titik panas perubahan iklim untuk waktu yang lama. Bahkan, wilayah itu juga kerap disebut sebagai kutub ketiga Bumi, karena simpanan es dan salju di DAS Himalaya merupakan cadangan air tawar terbesar di luar kutub.

Dalam laporan khusus Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim 2019 menyoal lautan dan kriosfer, para ilmuwan mencatat bahwa penyusutan gletser, mencairnya salju, dan mencairnya lapisan es membuat lereng gunung lebih tidak stabil. Bahkan cenderung meningkatkan jumlah volume danau glasial, dan meningkatkan kemungkinan terjadinya bencana alam yang tiba-tiba.

Kendati demikian, Shugar menambahkan, dalam kasus ini akan sulit untuk mengatakan secara gamblang jika bencana itu diakibatkan oleh perubahan iklim. Termasuk, peristiwa spesifik apa yang mungkin memicu tanah longsor.

“Terkadang tidak ada pemicu; terkadang itu hanya waktu. Atau karena kami hanya tidak memahami pemicunya, "kata Shugar.

 
Berita Terpopuler