35 Pekerja Hilang, Tim Pencari Himalaya Gunakan Drone

Banjir bandang menyapu lembah pegunungan Himalaya.

AP/Maxar Technologies
Foto yang disediakan oleh Maxar Technologies ini menunjukkan proyek pembangkit listrik tenaga air Tapovan Vishnugad yang sedang dibangun di Tapovan, negara bagian utara Uttarakhand, India, Selasa, 9 Februari 2021. Ratusan pekerja penyelamat sedang menjelajahi jurang dan lembah yang dipenuhi kotoran di utara India pada Selasa mencari korban selamat setelah bagian dari gletser Himalaya terputus, menimbulkan banjir dahsyat yang menewaskan sedikitnya 31 orang dan 165 hilang.
Rep: Dwina Agustin Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, TAPOVAN -- Tim penyelamat di India utara menggunakan pesawat nirawak atau drone untuk mencari 35 pekerja konstruksi yang hilang di dalam terowongan pada Rabu (10/2). Mereka menghilang setelah banjir bandang menyapu lembah gunung yang menghancurkan bendungan dan jembatan.

Baca Juga

Sebuah pesawat nirawak dengan lima kamera dikirim ke dalam terowongan untuk hari kedua pada. Namun, pencarian itu tidak menemukan siapa pun, baik hidup atau mati.

Sekitar 204 orang masih belum ditemukan sejak bencana di negara bagian Uttarakhand pada akhir pekan. Kebanyakan dari mereka adalah pekerja di proyek pembangkit listrik tenaga air Tapovan Vishnugad dan di bendungan Rishiganga yang lebih kecil.

Ekskavator telah membersihkan lumpur lebih dari 80 meter yang menghalangi pintu masuk terowongan. Hanya saja, perlu setidaknya 80 meter lagi untuk mencapai tempat sebagian besar pekerja diyakini terjebak, terlebih lagi batu-batu besar menghalangi kemajuan.

"Sedimen dan air telah memasuki terowongan dan kami tidak dapat membersihkannya," kata seorang pejabat pemerintah yang memantau situasi dari New Delhi.

 

Di pintu masuk terowongan Tapovan, kerabat yang cemas menunggu di tengah hujan lebat, merasa putus asa untuk mengetahui kabar dari pencarian. “Kami tidak tahu harus berbuat apa lagi,” kata Deepa Chauhan, saudara perempuan dari Patminder Bisht, seorang supervisor di antara para pekerja di lokasi tersebut.

Sejauh ini, laporan polisi, menyatakan 32 jenazah telah diambil dari lereng gunung Himalaya atau ditarik keluar dari sungai Dhauliganga lebih jauh ke hilir.

Di tempat lain di lembah, helikopter menjatuhkan parsel makanan. Penduduk desa memasang kawat pengantar di seberang sungai untuk mengirimkan pasokan ke beberapa dari 13 desa pegunungan yang terputus akibat bencana.

Sebuah tim ilmuwan telah mencapai situs gletser untuk menentukan asal-usul pemicu bencana. Banyak yang menduga, kondisi tersebut akibat pembangunan proyek pembangkit listrik tenaga air di pegunungan yang sensitif secara ekologis.

Banjir bandang pada awalnya diperkirakan disebabkan oleh gletser yang pecah dan menabrak sungai. Namun, beberapa ilmuwan sekarang mengatakan itu lebih mungkin disebabkan oleh longsoran salju.

 
Berita Terpopuler