Puluhan Santri di Tasikmalaya Masih Bergejala Covid-19

Masih terdapat puluhan santri di Tasikmalaya yang bergejala Covid-19

Prayogi/Republika
Masih terdapat puluhan santri di Tasikmalaya yang bergejala Covid-19. Ilustrasi Santri
Rep: Bayu Adji P Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA – Sebanyak 30 santri salah satu pesantren di wilayah Kelurahan Nagarasari, Kecamatan Cipedes, Kota Tasikmalaya, mengalami gejala kehilangan indra penciuman. Puluhan santri itu bergejala setelah terdapat tiga santri yang terkonfirmasi positif di pesantren tersebut. 

Baca Juga

 

Kepala Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Uus Supangat, mengatakan, ada klaster penyebaran Covid-19 baru di lingkungan pesantren. Kasus di pesantren itu bermula ketika satu santri dinyatakan terkonfirmasi positif Covid-19.   

 

"Akhirnya kita periksa beberapa orang kontak erat, ditemukan lagi yang positif. Total ada tiga sekarang yang terkonfirmasi," kata dia saat dihubungi Republika.co.id, Jumat (12/2) 

 

Selain tiga santri yang positif Covid-19, terdapat 30 santri lainnya yang mengalami gejala kehilangan indra penciuman. Untuk mengetahui kejelasannya, Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya melakukan tes swab kepada seluruh penghuni pesantren tersebut, yang seluruhnya berjumlah sekira 1.000 orang. 

 

Sampel swab para santri termasuk pengajar di lingkungan pesantren itu dikirimkan ke Labkesda Provinsi Jawa Barat untuk diperiksa. Hingga saat ini, belum diketahui hasil tes swab para santri dan pengajar tersebut.  

 

Dia menjelaskan, pemeriksaan sampel swab sengaja dilakukan di Bandung. Sebab, kapasitas pemeriksaan di laboratorium di Kota Tasikmalaya sangat terbatas. Dengan dibawa ke Bandung, diharapkan hasil pemeriksaan sampel swab itu bisa diketahui dengan cepat. "Hasilnya belum dapat. Mudah-mudahan secepatnya dapat hasil," kata Uus.

 

Meski demikian, dia menambahkan, tiga santri yang sudah terkonfirmasi positif Covid-19 telah menjalani isolasi di lingkungan pesantren. Begitu juga dengan puluhan santri yang bergejala.

Para santri itu sudah dipisahkan satu sama lain. Sedangkan kegiatan belajar mengajar di lingkungan pesantren juga telah dihentikan untuk sementara waktu. "Itu semua isolasi dipisah. Pesantren juga sangat kooperatif," kata dia. 

Uus mengatakan, kasus di klaster pesantren itu...

 

 

Uus mengatakan, kasus di klaster pesantren itu sudah menjadi yang keempat kalinya di Kota Tasikmalaya. Sebagai langkah antisipaso kemunculan klaster pesantren lainnya, dinas kesehatan sudah berkoordinasi dengan Forum Pondok Pesantren (FPP) Kota Tasikmalaya. "Kita minta pengurus pesantren mempertimbangkan kembali kegiatan tatap muka," kata dia. 

Sebelumnya, Pelaksana Tugas Wali Kota Tasikmalaya, Muhammad Yusuf, mengatakan kemunculan klaster pesantren sulit untuk diantisipasi. Sebab, Pemerintah Kota (Pemkot) Tasikmalaya tak memiliki wewenang untuk menghentikan kegiatan di lingkungan pesantren. 

Dia mengatakan, antisipasi penyebaran Covid-19 di lingkungan pesantren seharusnya dapat dilakukan Kementerian Agama (Kemenag). "Kita sudah tugaskan Kemenag untuk terus memonitor kegiatan yang bersifat keagamaan, termasuk di dalamnya pesantren," ujar dia. 

Sementara di Kabupaten Tasikmalaya, ratusan santri Pesantren Al Kautsar di Kecamatan Cineam, yang sempat dinyatakan positif Covid-19, sudah selesai menjalani isolasi. Pimpinan pesantren itu, Ustadz Rifqi Fauzi mengatakan, karantina para santri sudah lebih dari dua pekan. "Sekarang sudah beres karantinanya. Hampir semua santri sudah pulang," kata dia saat dikonfirmasi Republika.co.id. 

Menurut dia, santri yang telah selesai menjalani isolasi di lingkungan sudah dipulangkan secara bertahap sejak Rabu (10/2). Para santri dipulangkan dengan dijemput keluarganya masing-masing.  

Namun, Rufqi menambahkan, masih ada beberapa santri yang tinggal di lingkungan pesantren. Para santri itu memilih tetap tinggal lantaran rumahnya berada di luar Pulau Jawa. "Aktivitas semua kita lakukan secara daring dulu," kata dia.

Sebelumnya, di lingkungan pesantren itu, setidaknya 180 santri dan staf yang dinyatakan terkonfirmasi positif Covid-19. Sebanyak 60 santri yang positif menjalani isolasi di lingkungan pesantren, sementara sisanya isolasi di rumahnya masing-masing karena sudah dijemput keluarganya. 

Kepala Bidang Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit, Dinas Kesehatan dan Pengendalian Penduduk Kabupaten Tasikmalaya, Atang Sumardi, mengatakan untuk mencegah terulangnya kasus di pesantren itu, harus dilakukan rapid test antigen sebelum para santri kembali masuk.

 

Sementara untuk pesantren lain diimbau tetap menerapkan protokol kesehatan secara ketat.  Dia mengakui, kemunculan klaster penyebaran Covid-19 di lingkungan pesantren sulit untuk diantisipasi. Sebab, aktivitas di pesantren itu pasti berkerumun.  

 
Berita Terpopuler