Ilmuwan Temukan Instrumen Musik Tertua Berusia 18 Ribu Tahun

Para peneliti memperkirakan usia instrumen musik tertua sekitar 18.000 tahun.

Rep: Dwina Agustin Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Cangkang kerang besar yang terabaikan di museum selama beberapa dekade kini dianggap sebagai instrumen kerang tertua yang diketahui. Benda ini masih berfungsi, menghasilkan suara yang dalam dan sedih, seperti peluit kabut dari masa lalu.

Para peneliti memperkirakan usianya sekitar 18.000 tahun. Temuan mereka dipublikasikan di jurnal Science Advances pada Rabu (10/2).

Cangkang tersebut ditemukan selama penggalian gua pada 1931 dengan lukisan dinding prasejarah di Pyrenees Prancis. Benda ini pun diasumsikan sebagai cangkir minum seremonial.

Arkeolog dari University of Toulouse baru-baru ini mengambil pandangan baru atas dugaan sebelumnya. Mereka memutuskan bahwa itu telah dimodifikasi ribuan tahun yang lalu untuk digunakan sebagai alat musik tiup.

Untuk membuktikan dugaan terbaru ini, arkeolog pun mengundang pemain terompet Prancis untuk memainkannya. "Mendengarnya untuk pertama kalinya, bagi saya itu adalah emosi yang besar dan stres yang besar," kata arkeolog, Carole Fritz.

Fritz khawatir bahwa memainkan cangkang berukuran 31 sentimeter dapat merusaknya, tetapi ternyata tidak. Kerang tua itu pun menghasilkan nada C, C sharp, dan D yang jelas.

Cangkang kerang ini telah digunakan secara luas dalam tradisi musik dan upacara, termasuk di Yunani kuno, Jepang, India, dan Peru. Instrumen kerang yang ditemukan di gua Marsoulas sekarang adalah contoh tertua yang diketahui.

Baca Juga


Menurut arkeolog Toulouse lainnya, Gilles Tosello, sebelumnya, instrumen cangkang kerang yang ditemukan di Suriah berusia sekitar 6.000 tahun. Penemuan terbaru dibuat setelah inventarisasi terbaru di Museum Sejarah Alam Toulouse.

Para peneliti melihat beberapa lubang yang tidak biasa di cangkang. Yang terpenting, ujung cangkang pecah, menciptakan lubang yang cukup besar untuk ditiup. Tosello menjelaskan,  pemeriksaan mikroskopis mengungkapkan bahwa pembukaan tersebut adalah hasil dari pengerjaan yang disengaja, bukan keausan yang tidak disengaja.

Dengan memasukkan kamera medis kecil, peneliti menemukan bahwa lubang lain telah dibor dengan hati-hati di ruang dalam cangkang. Mereka juga mendeteksi jejak pigmen merah di mulut kerang, sesuai dengan pola dekoratif yang ditemukan di dinding gua Marsoulas.

"Ini klasik, arkeologi yang benar-benar solid," kata  arkeolog di University of California, Berkeley, Margaret Conkey,  yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut.

Conkey menjelaskan, penemuan ini mengingatkan bahwa hidup mereka jauh lebih kaya dan lebih kompleks dari sekedar perkakas batu dan hewan besar. Gua Marsoulas tidak terletak di dekat lautan, jadi orang prasejarah pasti berpindah-pindah atau menggunakan jaringan perdagangan untuk mendapatkan cangkang.

"Apa yang membuat cangkang kerang begitu menarik adalah bahwa rongga spiral yang dibentuk oleh alam sangat mahir dalam beresonansi secara musik," kata komposer di Montreal yang telah mempelajari akustik cangkang keong dan tidak terlibat dalam makalah ini, Rasoul Morteza.

Para arkeolog berencana memanfaatkan  penggunakan replika 3D untuk terus mempelajari berbagai nada yang bisa dihasilkan dari benda tersebut. Tosello berharap bisa mendengar instrumen kuno dimainkan di dalam gua tempat ditemukannya.

"Sungguh menakjubkan ketika ada benda yang terlupakan di suatu tempat, dan tiba-tiba benda itu muncul kembali ke dalam cahaya," kataTosello.

 
Berita Terpopuler