Erick Thohir Pastikan Pemerintah Berdayakan Media Lokal

BUMN tetap terus beriklan meskipun 90 persen perusahaan terkait BUMN terdampak Covid-

Kementerian BUMN
Menteri BUMN Erick Thohir
Rep: Mimi Kartika Red: Agus Yulianto

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan, pihaknya tetap terus beriklan meskipun 90 persen perusahaan terkait BUMN terdampak Covid-19. Hanya 10 persen perusahaan BUMN dapat bertahan di tengah pandemi ini yang bergerak di bidang telekomunikasi, perbankan, dan pertanian, sedangkan sektor pariwisata, kereta api, bandara mengalami kondisi yang sangat berat.

"Kalau mengenai periklanan, saya rasa BUMN terus beriklan walaupun mohon maaf kondisinya 90 persen BUMN terdampak karena Covid, hanya 10 persen yg sustain terhadap Covid," ujar Erick dalam acara Hari Pers Nasional 2021 yang disiarkan daring dari Jakarta, Senin (8/2).

Dia mengatakan, komitmen memberdayakan media lokal menjadi sebuah keharusan dan kepastian. Selama teknis dari ukuran berskala dan kuantitatif yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja organisasi dalam tujuan mencapai target organisasi atau Key Performance Indicator (KPI) dijaga.

"Inysa Allah saya support media lokal dan kita terus sinergikan. Insya Allah kami di BUMN apalagi saya juga bukan orang lain, saya juga orang media dan tentu punya hal-hal yang bisa kita diskusi lebih dalam dan Insya Allah komitmen itu ada," kata Erick.

Menurut dia, perekonomian Indonesia akan benar-benar bangkit pada kuarter 2022, di mana 2021 terjadi transisi. Erick optimistis, BUMN akan melakukan percepatan inovasi dan transformasi pascapandemi Covid-19 di masa mendatang.

"Bagaimana kita membangun Indonesia dengan modal bukan dengan utang," tutur dia.

 

 

Di sisi lain, Ketua Forum Pemimpin Redaksi (Pemred) Kemal E Gani mengakui, pandemi Covid-19 telah membuat pendapatan media merosot hingga 50-70 persen. Hal ini juga yang menyebabkan perusahaan media melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK), pemotongan gaji, bahkan hingga melakukan penutupan.

"Ini yang dihadapi media nasional kita sejak pertengahan tahun lalu," kata Kemal dalam kegiatan yang sama.

Kemal mengatakan, di tengah semakin banyaknya media yang berguguran karena disruptif teknologi digital, pandemi makin memperparah industri media massa. Sebab, pendapatan media selama ini berasal dari pajak iklan dan program komunikasi dari perusahaan BUMN maupun swasta.

 

Kendati demikian, Kemal mengatakan, pers dan media massa tetap dituntut untuk memberikan informasi yang kredibel, akurat dan berimbang kepada masyarakat. Hal ini karena, media massa tetap dibutuhkan masyarakat saat ini di tengah gempuran disinformasi atau hoaks di media sosial.

 
Berita Terpopuler