Islam di Myanmar, Pernah Lampaui Jumlah Umat Budha Lokal  

Jumlah umat Islam di Myanmar pernah melampaui penganut Budha lokal

Republika/Edwin Dwi Putranto
Jumlah umat Islam di Myanmar pernah melampaui penganut Budha lokal. Ilustrasi Muslim Myanmar
Rep: Umar Mukhtar Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Muslim Rohingya diklasifikasikan sebagai salah satu kelompok yang paling teraniaya di dunia karena menjadi objek genosida sistematis oleh tentara Myanmar. 

Namun situasi umat Muslim di Myanmar sekarang ini berbeda dengan zaman dulu ketika orang-orang Muslim pertama kali datang ke Myanmar. 

Para sejarawan berpendapat bahwa kemunculan pertama umat Islam di Myanmar terjadi pada abad ke-7 ketika para pelancong Arab hendak menuju ke Tiongkok. Perjalanan mereka dimulai melalui delegasi dari Madagaskar ke wilayah Myanmar.

Namun, baru pada abad ke-9 Masehi, umat Islam mulai menyebar secara signifikan di wilayah Myanmar, sebelum berdirinya Kekaisaran Burma Pertama pada 1055 oleh Raja Anorata.

Para pelancong Muslim tiba di Myanmar melalui pantai Taninthari. Sebagian besar adalah pedagang, pengembara, pelaut, tawanan perang, pengungsi atau pelarian dari perbudakan di berbagai belahan dunia. 

Artinya, Muslim yang datang ke Myanmar berasal dari Persia, Turki, India, Cina, atau Malaysia.

Baca juga : 5 Dzikir Khusus Harian yang Disukai Allah SWT dan Manfaatnya

Kehadiran umat Islam pada waktu itu terkonsentrasi di desa-desa selatan dan permukiman dekat perbatasan Thailand saat ini. Jumlah mereka berlipat ganda di selatan hingga melebihi jumlah umat Buddha lokal. Mereka juga menikah dengan banyak kelompok etnis di Myanmar seperti Arakanese, Shan, Karen, Mon, dan lainnya.

 

Meski Budha adalah agama dominan di Myanmar, Muslim dari berbagai belahan dunia menetap di wilayah tersebut dan berbaur serta berkontribusi pada penyebaran Islam di antara mereka. Bahkan, di masa lalu, banyak Muslim yang mampu menduduki posisi kunci di negara bagian.

Misalnya penasihat raja, pejabat kerajaan, pejabat yang bertanggung jawab atas otoritas pelabuhan, dan walikota. Tak sedikit pula Muslim di Myanmar yang mahir dalam perdagangan dan kedokteran saat itu.

Terlebih, Raja Anawata, yang mendirikan Kekaisaran Burma pada 1055, memiliki unit militer Muslim dalam pasukannya dan pengawal pribadinya. Dia juga menunjuk putranya yaitu seorang guru Arab Muslim bernama Rahman Khan, yang kemudian menjadi gubernur Bago.

Banyak pengembara Arab, Persia, Eropa, dan Cina mendokumentasikan penyebaran Muslim di Myanmar. Hal ini sebagaimana dinyatakan dalam salah satu catatan Tiongkok bahwa penduduk kota Pathen semuanya Muslim, dan tiga raja Muslim India memerintahnya pada abad ke-13. 

Hadirnya Muslim di Myanmar juga berkaitan dengan Raja Myanmar Alingbaya yang menyerang negara-negara bagian India pada pertengahan abad ke-18. Saat itulah, raja tersebut mendeportasi banyak Muslim ke Myanmar sebagai tawanan perang pada periode sejarah yang terputus-putus. 

Selama masa pemerintahan Raja Baghdau, Myanmar menyerang kembali India dan menangkap hampir 20 ribu Muslim, yang semuanya kemudian menetap di Myanmar. Karena itu, selain adanya migrasi, tawanan perang juga berkontribusi meningkatkan jumlah Muslim di Myanmar, terutama selama periode pendudukan Inggris di negara itu. 

Ketika Myanmar menyaksikan gelombang baru imigrasi Muslim India, maka dibuatlah perjanjian imigrasi antara kedua negara pada 1941 untuk membatasi imigran dari India. Perjanjian ini dihentikan secara resmi setelah kemerdekaan Myanmar pada 1948. 

Sumber: https://arabicpost.net/%d8%ab%d9%82%d8%a7%d9%81%d8%a9/2021/02/01/%d8%a7%d9%84%d8%a5%d8%b3%d9%84%d8%a7%d9%85-%d9%81%d9%8a-%d9%85%d9%8a%d8%a7%d9%86%d9%85%d8%a7%d8%b1/

 
Berita Terpopuler