Izinkan Aku Menghadap-Mu

Pencipta lagu “Wudhu” yang dinyanyikan Bimbo meninggal dipicu Covid-19.

Dokumentasi Hendarmin/ Republika
Hendarmin menyerahkan buku karyanya kepada Jokowi dan KH Said Aqil Siradj.
Red: Karta Raharja Ucu

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Priyantono Oemar, Jurnalis Republika

Jauh di belahan Eropa, seorang pasien Covid dikirim ke ICU rumah sakit menyusul pasangannnya yang telah lebih dulu dirawat di ICU. Barney (81 tahun), pasien itu, didiagnosis terpapar Covid-19 pada 31 Desember 2020. Sedangkan istrinya, Blossom (79), pada 2 Januari 2021. Barney sebelumnya dirawat di bangsal Covid.

Mereka dirawat di RS sejak 7 Januari. Tetapi, karena secara medis jiwa mereka tak akan tertolong, muncul tawaran kepada keluarga agar keduanya dipertemukan sebelum ajal tiba. Anak mereka bercerita, ketakutan terburuk bagi keluarga adalah jika kedua orang tua mereka mati terpisah.

Karenanya, usulan itu pun diterima meski tetap dihantui kekhawatiran. Jangan-jangan, ayah mereka meninggal dalam perjalanan ke ruang ICU.

"Itu sudah dinilai risiko karena ayah sangat buruk sehingga mereka khawatir dia bisa mati dalam perjalanan ke ICU untuk bersama ibu. Tapi, ternyata tidak. Dia bertahan. Dia menunggunya,” ujar Lynne, salah satu anak Barney-Blossom, seperti dikutip belfastlive.co.uk Senin (1/2) atau Selasa (2/2) waktu Indonesia.

Di ruang ICU, mereka meninggal dalam waktu berdekatan dan saling berpegangan tangan pada 20 Januari 2021. Barney meninggal pada pukul 16.55 dan Blossom meninggal pada pukul 17.01.

“Mereka pulang dan kami percaya mereka bersama dalam perjalanan duniawi terakhir mereka, berpegangan tangan, memegang manik-manik rosario. Mereka meninggal bersama,” kata Lynne.

Lynne memuji para tenaga medis untuk usaha yang menyentuh ini. "Para perawat dan staf medis menunjukkan emosi yang luar biasa. Emosi yang harus dirasakan dan dibawa pulang oleh para profesional itu, bukanlah sesuatu yang dapat dipadamkan," kata Lynne yang kemudian melakukan penggalangan dana sebagai rasa terima kasih kepada rumah sakit dan tim medisnya.

Orang yang secara klinis rentan
Orang tua dan orang dengan komorbid menjadi persoalan tersendiri di belahan dunia mana pun selama pandemi Covid ini. Di Irlandia Utara, pemerintah memberikan perlindungan kepada mereka yang rentan secara medis ini dari serangan Covid-19.

Mereka adalah orang-orang yang produktif sebelum ada pandemi, tetapi kemudian diwajibkan isolasi mandiri di rumah agar tidak terpapar Covid-19. Yaitu, para penyintas kanker, orang-orang dengan penyakit asma parah, orang dengan kondisi langka, orang yang mempunyai persoalan dengan sistem kekebalan tubuh, perempuan hamil dengan kondisi jantung yang serius, orang yang ada di daftar transplantasi, orang tanpa limpa, orang yang harus cuci darah.

Emmy Kelly, manajer Perwakilan & Kampanye Irlandia Utara, mengatakan, ada kesalahpahaman besar bahwa orang yang secara klinis sangat rentan dianggap hidupnya akan segera berakhir, terbatas hidupnya, sudah lanjut usia, atau 'toh akan mati juga'. “Sebelum ada Covid-19, banyak dari mereka bahkan menganggap diri mereka tidak rentan secara medis, apalagi merasa hidup mereka sangat kecil nilainya,” kata Kelly seperti dikutip belfastlive.co.uk edisi 30 Januari 2021.

Selama menjalani isolasi dalam masa perlindungan itu, mereka merasa dibuang dan dilupakan. James (41 tahun) menerima surat perlindungan pada Maret 2020. Namun, jika sewaktu-waktu perusahaan memintanya bekerja, ia tak yakin perusahaannya memberikan perlindungan agar dirinya tak terpapar Covid-19.

Selama masa perlindungan, Nikki (43) mengeluhkan susahnya akses makanan selama berbulan-bulan setelah pandemi muncul. Dipuji basa-basi oleh pemerintah karena telah memberi kontribusi lewat tinggal di rumah.

“Kami telah melakukan pengorbanan terbesar dan betapa membebani kesehatan mental kami, tetapi tanpa bantuan yang berarti,” kata Nikki.

John, juga orang secara klinis rentan, mengaku merasa lega ketika diumumkan ada lockdown, meski hanya mendapat kiriman makanan seminggu sekali. Namun, ketika status lockdown dicabut dan anak-anak kembali masuk sekolah, ia merasakan kesulitan.

Ia mengaku gugup sepanjang hari. “Memberi tahu orang-orang untuk belajar hidup dengan virus yang kemungkinan besar akan membunuh mereka bukanlah bahasa yang menyenangkan untuk didengar,” kata dia.

Michaela Hollywood (30 tahun), advokat hak-hak disabilitas, mengaku telah ditawari vaksinasi, tetapi bukan karena alasan sebagai kelompok rentan, melainkan karena alasan pekerjaan. Michalea adalah orang rentan penderita atrofi otot tulang belakang tipe 2.

Ia menyebut, ada banyak orang rentan berusia 65-69 tahun, tetapi belum mendapat tawaran vaksinasi. “Ini sangat sulit untuk diterima, terutama ketika kami telah begitu sabar dan telah melakukan segala daya kami untuk memastikan bahwa kami melakukan bagian kami untuk menghentikan penyebaran,” kata dia.

Untuk para orang tua, prioritas vaksinasi ternyata untuk mereka yang berusia di atas 80 tahun untuk tahap pertama bersama dengan para tenaga medis. Sudah ada 200 ribu yang disuntik vaksin di Irlandia Utara. Tahap kedua baru menyasar ke usia 65-80 tahun.

Pada Februari, kata Ketua Komite Dokter Umum Irlandia Utara, dr Alan Stout, diharap sebagian besar usia 65-80 tahun dapat divaksinasi, namun pelaksanaannya sangat ditentukan oleh pasokan vaksin. "Tahap ketiga yang saya tidak yakin akan kita dapat mengatasi Covid, memberantas penyakit itu sama sekali,” kata Stout, Senin (1/2).

Meski vaksin tak menjamin pemberantasan Covid-19, optimisme tetap perlu digaungkan. Vaksinasi memang sedang dijalankan di tengah banyaknya respons, tak hanya di Indonesia, tetapi juga di negara-negara lain. Termasuk di Amerika Serikat.

Wlky.com pada 1 Februari 2021 melaporkan, masih adanya pertanyaan tentang efektivitas vaksinasi mengatasi Covid-19 di Amerika Serikat. Sampai pertanyaan tersebut terjawab, menurut Kepala Tenaga Medis Norton Healthcare dr Steve Hester, perlu desakan kepada setiap orang yang telah divaksinasi untuk memastikan diri mereka tetap mengikuti protokol kesehatan.

“Jika Anda telah divaksinasi dan terpapar, kami belum tahu apakah Anda dapat menularkannya,” kata Hester. Meskipun vaksin akan memberi perlindungan, kata Hester, “Vaksin itu tidak akan dapat melindungi orang-orang di sekitar Anda.”

Menurut Hester, vaksin ini dimaksudkan untuk mengurangi gejala yang akan dirasakan jika terinfeksi. Hal ini dapat membuat penurunan jumlah pasien rawat inap dan jumlah kematian. Namun, kata dia, karena dibuat kurang dari setahun lalu, masih ada hal-hal yang belum diketahui.

“Ada saat-saat di mana segala sesuatunya tidak berbalik secepat yang kita inginkan,” kata Hester. “Anda dapat melihat kembali ke masa polio, cacar air, dari sudut pandang sejarah, untuk melihat bahwa itu tidak terjadi dalam semalam.”

Petugas medis lokal, Cosette Ailiff, pekan ini akan mendapatkan suntikan vaksin kedua. Terlepas dari skeptisisme yang dia dengar dari orang lain, dia menganggap mendapat vaksinasi adalah suatu keharusan.

“Apa pun, untuk mencoba dan membantu mengurangi risiko orang lain terpapar Covid-19 atau meninggal karenanya,” kata Ailiff.

Setelah mendapatkan vaksinasi kedua, dia berencana isolasi mandiri dan bekerja dari rumah sebanyak yang dia bisa. Namun, dia mengakui, ini mungkin tidak terjadi pada banyak orang lain yang telah divaksinasi. Mereka yang sejak pandemi tak bisa mengunjungi keluarga, setelah divaksinasi tergoda untuk mengunjungi keluarga.

“Beri kami keyakinan biar kami aman”
Saat di rawat di rumah sakit, Hendarmin Ranadireksa menghibur diri dengan bernyanyi bersama istrinya melalui aplikasi Whatsapp, setelah melewati masa kritis. Lagu The Prayer (Celine Dion dan Andrea Boceli) menjadi pilihan, untuk saling menguatkan. Yang di rumah sakit mendapat perawatan, yang di rumah isolasi mandiri demi membantu mengurangi angka baru orang yang terpapar Covid.

When shadows fill our day (Saat bayang-bayang mengisi hari kita)
Lead us to a place (Arahkan kami ke suatu tempat)
Guide us with Your grace (Bimbing kami dengan rahmat-Mu)
Give us faith so we’ll be safe (Beri kami keyakinan agar kami aman)

Yani Hardjakusumah, istri Hendarmin, semasa remaja pernah bergabung dalam Yanti Bersaudara, bersama saudari-saudarinya; Tina dan Iin. Yanti kependekan dari Yani, Tina, Iin. Setelah Yani dan Tina menikah, Iin bergabung dengan Bimbo, yang dimotori kakak tertua, Sam Hardjakusumah.

Menurut putri Hendarmin, Dinda Gayatri Ranadireksa, di usia tuanya dan pernah memiliki kanker, Hendarmin sangat disiplin membantu mengurangi penyebaran Covid-19, dimulai dari keluarga. Di rumah, ia rajin berolahraga jalan kaki dan yoga setiap hari. Jika ada yang akan keluar rumah selalu diingatkan dengan tegas karena takut terpapar Covid.

Sebagai orang yang rentan terpapar Covid-19, setiap ada tamu yang datang ke rumah selalu disemprot disinfektan. Hendarmin memang cukup aktif di berbagai organisasi kebangsaan.

Ia menjadi sekjen Forum Bandung yang diketua Prof Dr Sudjana Sapiie. Ia juga aktif di Satu Indonesia bersama Sarwono Kusumaatmadja.

“Selalu banyak tamu yang ke rumah karena bapak dianggap sebagai tempat bertanya atau berdiskusi berbagai urusan,” jelas Dinda.

Pada Kamis (28/1), kondisi pencipta lagu --bersama Jaka Bimbo-- “Wudhu” itu drop lagi sehingga masuk ICU dan Jumat (29/1) pagi mengembuskan napas terakhirnya karena dipicu Covid-19. Di halaman RS Dustira, Cimahi, jenazah alumni Arsitektur ITB angkatan 1962 itu berada di mobil. Beberapa orang terlihat menshalatkan jenazah dengan barisan yang berjarak.

Lagu “Wudhu” karya Hendarmin-Jaka Bimbo pun mengalun di Facebook Dinda, sehari sesudahnya. Soal lagu ‘Wudhu’ ditulis Hendarmin karena banyak orang yang tidak tahu esensinya. Misal wudhu asal basah saja, padahal kalau soal bersih, mandi juga akan jauh lebih bersih.

“Tetapi wudhu itu adalah esensi kita siap menghadap Sang Pencipta, artinya lebih dari sekadar bersih-bersih fisik. Jauh di atas itu, kita menjadi lebih ‘bersih’ dalam ucapan, penglihatan, dan segala tindak-tanduk kita,” jelas Dinda tentang penjelasan lagu itu yang ia dapat dari ayahnya.

Lagu ini ada di album Bimbo Wudhu yang diluncurkan pada 1991. Setahun sebelumnya, anggota Perhimpunan Mahasiswa Bandung (PMB) angkatan 1962 ini mengakhiri masa baktinya sebagai sekretaris umum MUI Bandung periode 1985-1990:

Kubasuh kakiku
Kusucikan langkahku
Allahu ya Rabbi
Izinkan aku menghadap-Mu.

 
Berita Terpopuler