Kremlin Tolak Berdialog dengan Demonstran Pendukung Navalny

Demonstran pendukung Navalny dianggap sebagai pengacau dan provokator oleh Kremlin

Republika/Dwi Murdaningsih
Salah satu sudut kompleks Kremlin Moskow, Rusia
Rep: Rizky Jaramaya Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Kremlin menyebut para pengunjuk rasa yang melakukan aksi protes terhadap politikus oposisi Alexei Navalny sebagai "pengacau dan provokator". Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan, pemerintah tidak mungkin melakukan dialog dengan para demonstran.

Baca Juga

"Tidak akan ada dialog dengan pengacau dan provokator," ujar Peskov. 

Sebelumnya polisi anti huru hara membubarkan aksi protes yang menuntut pembebasan kritikus Kremlin Alexei Navalny pada Ahad (31/1). Polisi menahan lebih dari 5.000 orang yang melakukan perlawanan. 

Dalam aksi protes besar-besaran tersebut, polisi memberlakukan pengamanan yang sangat ketat di jantung kota Moskow. Polisi menutup sejumlah ruas jalan di dekat Kremlin, menutup stasiun metro dan mengerahkan ratusan polisi anti huru hara. 

Polisi mengatakan, para pengunjuk rasa dapat menghadapi tuntutan pidana karena menyerukan aksi demonstrasi tanpa izin. Selain itu, polisi memperingatkan bahwa mereka dapat menyebarkan virus korona. Sekutu Navalny menggunakan media sosial untuk mengubah lokasi unjuk rasa berulang kali. Mereka menyebarkan kerumunan di berbagai bagian Moskow dan mempersulit polisi untuk membubarkannya.

 

Di St Petersburg dan Moskow, polisi menggunakan kekerasan untuk menahan pengunjuk rasa. Polisi terlihat menggunakan alat kejut listrik. Seorang pengunjuk rasa kepalanya tampak berlumuran darah dan diperban. Menurut OVD-Info, setidaknya 5.021 orang ditahan termasuk 1.608 di Moskow. Istri Alexei Navalny, Yulia Navalnaya termasuk di antara mereka yang ikut ditahan, namun tak lama kemudian dibebaskan. 

Alexei Navalny ditangkap pada 17 Januari setelah kembali ke Moskow dari Jerman. Dia berada di Jerman untuk menjalani perawatan medis akibat insiden peracunan zat saraf yang hampir membunuhnya pada tahun lalu. Navalny menuding Presiden Rusia Vladimir Putin telah memerintahkan pembunuhan terhadap dirinya. Namun tudingan itu dibantah oleh Kremlin.

 
Berita Terpopuler