Momentum Memajukan Ekonomi Umat Lewat Berjamaah

Konsep berjamaah diharapkan mendorong pertumbuhan BSI demi perkuat ekonomi umat

BNI Syariah
Irfan Syauqi Beik, pengamat Ekonomi Syariah FEM IPB
Red: Ichsan Emrald Alamsyah

REPUBLIKA.CO.ID, Irfan Syauqi Beik/Pengamat Ekonomi Syariah FEM IPB

Mergernya tiga BUS menjadi Bank Syariah Indonesia (BSI) merupakan momentum yang sangat tepat untuk melakukan akselerasi penguatan industri perbankan syariah nasional, sekaligus penguatan perekonomian umat secara keseluruhan. BSI diharapkan dapat membuka akses sumberdaya keuangan yang lebih luas bagi pengembangan unit-unit bisnis syariah yang dimiliki umat.

Apalagi hal ini diperkuat dengan komitmen keberpihakan BSI pada UMKM, yang diharapkan dapat membantu memitigasi dampak pandemi dan resesi yang dirasakan oleh umat saat ini.

Sementara di sisi lain kita pun berharap agar umat dapat memperkuat keberpihakannya pada BSI, dengan memanfaatkan keberadaan BSI sebagai fasilitator transaksi keuangan dari bisnis yang dilakukan. Kita tidak boleh ragu dengan kemampuan teknologi digital banking yang dimiliki bank-bank syariah termasuk BSI.

Rasanya tidak ada alasan untuk tidak memanfaatkan bank syariah dalam menunjang kegiatan bisnis yang dilakukan, termasuk transaksi secara online. Antara bank syariah dan umat, keduanya saling membutuhkan dan perlu untuk saling mendukung.

Inilah esensi ekonomi berjamaah. Semua saling memperkuat, bahu membahu, sehingga ekosistem perekonomian syariah yang ada akan semakin kuat dan semakin terintegrasi. 

Salah satu rahasia mengapa Rasulullah SAW mampu menggusur dominasi pasar Yahudi di Madinah pasca hijrah, yaitu Pasar Bani Qainuqa, dan menggantinya dengan Pasar Manakhah, adalah karena konsep berjamaah antara satu komponen umat dengan komponen lainnya. Berjamaah dari sisi penawaran (supply) maupun dari sisi permintaan (demand).

Semua saling mendukung dan memperkuat, baik sahabat yang pengusaha maupun sahabat yang menjadi konsumennya. Semua menyatu dalam gerakan ekonomi yang kemudian melahirkan kesejahteraan yang hakiki. 

Dalam konteks perbankan syariah, berjamaah itu hendaknya ditunjukkan baik pada sisi funding, dengan menabung dan meningkatkan saldo rekening kita di bank syariah bersama-sama, maupun pada sisi financing, dimana kita memanfaatkan produk-produk pembiayaan syariah untuk memperkuat pengembangan bisnis syariah. Juga pada pemanfaatan produk layanan dan jasa lainnya. 

Dengan konsep berjamaah (kolaborasi) yang dijalankan ini, diharapkan dapat membantu mempercepat upaya BSI untuk masuk ke dalam kelompok sepuluh bank syariah terbesar di dunia. Saat ini, bank syariah dengan aset terbesar nomor 10 di dunia menurut The Asian Banker, adalah Bank Rakyat Malaysia, yang memiliki total aset hingga RM 109,62 miliar (Rp 381,44 triliun) per Desember 2019.

Artinya, untuk menembus 10 besar diperlukan sinergi bersama seluruh komponen umat, agar total aset BSI yang ada bisa melebihi total aset Bank Rakyat Malaysia dan bank-bank syariah global lainnya. Bank Rakyat Malaysia, yang didirikan pada tahun 1954 ini pada awalnya adalah bank konvensional yang kemudian dikonversi menjadi bank syariah pada tahun 2002 lalu, dan mencatatkan perkembangan yang positif hingga saat ini.

Meski demikian, penulis perlu mengingatkan bahwa kehadiran BSI bukan semata-mata untuk memperbesar nilai aset perbankan syariah, namun juga untuk memperbesar manfaat sosial dan kemaslahatan yang ada.

Inilah yang menjadi salah satu keunggulan dari bank syariah, dimana aspek manfaat sosial dan kemaslahatan, yang antara lain ditunjukkan dengan penunaian kewajiban zakat perusahaan dan penyaluran pembiayaan qardh al hasan (pinjaman tanpa bunga), merupakan value proposition yang membedakan bank syariah dengan bank konvensional secara signifikan. Inilah bentuk integrasi antara aspek komersial dengan aspek sosial dalam satu paket institusi yang bernama bank syariah. 

Penguatan sisi sosial bank syariah juga diharapkan dapat membantu upaya untuk mereduksi kembali angka kemiskinan, yang saat ini diperkirakan naik menyentuh angka 11-13 persen dari jumlah penduduk pada akhir tahun 2020.

Proyeksi paling optimis menyatakan angka kemiskinan berada di level 10,2 persen. Dengan situasi seperti ini tentu semua institusi ekonomi syariah termasuk BSI, memiliki tanggung jawab moral untuk terlibat dalam upaya penurunan angka kemiskinan di negara kita

 

Oleh karena itu, kita berharap bahwa kelahiran BSI, selain ikut membantu mengatasi masalah kemiskinan dan mendorong pertumbuhan ekonomi, juga mampu membangkitkan kembali izzah umat ini, serta mendorong lahirnya arus baru perekonomian nasional yang mampu menciptakan perbaikan ekonomi masyarakat ke arah yang lebih baik. Wallaahu a’lam.  

 
Berita Terpopuler