Muslim Rwanda Belum Adopsi Ibadah Daring

Belum ada masjid yang mengakomodasi jamaahnya untuk mengikuti ajaran secara daring.

The New Times/Craish Bahizi
Muslim Rwanda Belum Adopsi Ibadah Daring. Muslim Rwanda sholat berjamaah di Masjid Kacyiru saat pandemi 2019.
Rep: Kiki Sakinah Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, KIGALI -- Pandemi Covid-19 memaksa kegiatan keagamaan ditangguhkan sementara. Namun, sejumlah organisasi berbasis agama telah menemukan cara berdakwah dan layanan ibadah bagi jamaahnya.

Baca Juga

Pemeluk agama selain Islam di Rwanda sudah mengadakan doa daring. Doa tersebut disiarkan langsung di berbagai platform, seperti Youtube, Facebook, dan pertemuan Zoom. Kegiatan ibadah daring tersebut membantu umat untuk tetap berhubungan dan menyemangati satu sama lain.

Akan tetapi, seperti dikutip dari The New Times, Selasa (26/1), komunitas Muslim di Rwanda belum benar-benar mengikuti tren ibadah daring tersebut. Sebab, masjid-masjid belum menerapkan langkah-langkah online yang nyata untuk tetap terlibat dengan jamaah mereka di tengah pembatasan.

Penasihat Mufti di Rwanda, Sheikh Suleiman Mbarushimana, dalam wawancara dengan The New Times mengatakan Rwanda tidak memiliki masjid yang bisa mengakomodasi jamaahnya untuk mengikuti ajaran secara daring. "Namun, ibadah online adalah sesuatu yang tengah dipikirkan, dan di masa depan, kami dapat mengadopsi lebih banyak langkah-langkah ini jika situasi Covid-19 terus berlanjut," kata Sheikh Suleiman.

Namun, meski masjid belum memanfaatkan layanan ini, Mbarushimana mengatakan ada beberapa ajaran dakwah online yang dapat diakses umat Islam yang ditawarkan oleh beberapa syekh secara individu melalui platform seperti Youtube. Selain itu, Voice of Africa, radio agama Islam di Rwanda juga menyiarkan ajaran agama dan umat Islam bisa mengikutinya.

Radio tersebut juga memiliki kanal Youtube di mana doa dan ajaran agama tersedia. Seorang Muslim dari Provinsi Timur Rwanda, Hariru Mutaganzwa, mengatakan di rumahnya, ia memiliki cara untuk beribadah.

 

Di tengah penangguhan pertemuan fisik kala pandemi ini, dia juga kerap membaca buku yang membantunya tetap berada di jalan yang baik. Selain itu, ia juga terkadang menggunakan internet untuk mengikuti beberapa ajaran dakwah di masa lalu atau yang disediakan oleh beberapa pakar tertentu.

Kendati begitu, ia mengakui mungkin ada tantangan dalam beribadah di rumah. Misalnya, tidak berhubungan dengan para pemimpin agamanya secara langsung.

"Anda terkadang bisa gagal menghormati semua peraturan Tuhan karena Anda tidak terhubung dengan para pemimpin dan mendengarkan ajaran mereka. Hal lain tentang masa sulit ini adalah Anda merindukan orang-orang, teman yang biasa Anda temui di masjid," ujarnya.

Selain itu, ia mengungkapkan, ada risiko berkurangnya kemajuan dalam pengetahuan agama di tengah pembatasan saat ini. Sebab ketika berhubungan dengan orang lain, ada cara bagi mereka berbagi ilmu dan mengajukan pertanyaan terkait dengan agama.

Selain itu, seorang Muslim lainnya asal Kigali mengatakan dia mengikuti ajaran agama di Radio Voice of Africa. Ia juga mencoba beribadah dari rumah selama mereka tidak bisa berkumpul secara fisik.

 

https://www.newtimes.co.rw/news/covid-19-muslim-community-yet-adopt-online-prayers

 
Berita Terpopuler