Demo Anti-Lockdown di Belanda Berujung Rusuh dan Penjarahan

Ratusan orang dalam demo anti-lockdown di Belanda ditangkap polisi

EPA
Warga Amsterdam, Belanda, di tengah pandemi Covid-19, ilustrasi
Rep: Fergi Nadira Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, AMSTERDAM -- Para pengunjuk rasa anti-lockdown di Belanda kian masif melancarkan aksinya di dua kota karena pemberlakuan kebijakan baru terkait pembatasan aktivitas warga untuk mengekang penularan virus corona tipe baru atau Covid-19. Akibatnya, polisi Belanda melaporkan lebih dari 240 penangkapan karena demonstrasi yang berujung rusuh.

Baca Juga

Kerusuhan terjadi pada hari kedua kebijakan pembatasan atau lockdown untuk mengekang virus corona diberlakukan lebih ketat termasuk jam malam. Para pendemo menjarah toko, membakar kendaraan, hingga membakar rumah sakit tes Covid-19.

Polisi kemudian menggunakan meriam air, anjing pelacak, dan petugas berkuda untuk membubarkan protes di pusat kota Amsterdam pada Ahad sore. Polisi mengatakan, hampir 200 orang termasuk yang melempar batu dan kembang api telah ditahan di Amsterdam saja.

Lembaga penyiaran nasional mengatakan, polisi anti huru hara telah dikerahkan di setidaknya 10 kota setelah jam malam diberlakukan pada pukul 21.00, Sabtu (23/1) waktu setempat. Pengunjuk rasa kemudian berunjuk rasa langsung membakar kendaraan, melempar polisi dengan batu, hingga merusak properti umum sebagai aksi protes jam malam itu.

Foto-foto yang beredar di televisi Belanda menunjukkan sekelompok pemuda menjarah toko, melempar sepeda dan membakarnya di kota selatan Eindhoven. Pernyataan pemerintah setempat mencatat, sedikitnya 55 orang ditangkap di Eindhoven.

Demonstrasi di Museum Square kota juga terjadi sehari setelah pemerintah memberlakukan jam malam untuk pertama kalinya sejak Perang Dunia Kedua. Polisi membersihkan alun-alun setelah orang-orang mengabaikan instruksi untuk pergi dan menahan mereka yang menyerang polisi dengan batu dan kembang api di jalan-jalan terdekat.

 

Dilansir laman BBC, kerusuhan menyebar ke seluruh negeri seperti di Amsterdam, Tilburg, dan Enschede, tempat para pemuda melemparkan batu ke rumah sakit dan membakar pusat pengujian Covid-19. Ketua Dewan Keamanan Nasional Hubert Bruls mengatakan bahwa, meskipun dia memahami rasa frustrasi para pengunjuk rasa, semakin banyak warga Belanda yang bertahan sekarang, semakin cepat mereka bisa mendapatkan kembali kebebasan mereka. Dia menyebut mereka yang terlibat dalam kekerasan itu bukan demonstran, tapi "corona hooligan".

Pekan lalu, Parlemen memilih dengan suara tipis untuk menyetujui aturan jam malam. Keputusan ini dipengaruhi oleh pernyataan bahwa varian Covid-19 yang pertama kali diidentifikasi di Inggris akan menyebabkan lonjakan kasus baru di negara tersebut. Infeksi baru dari Covid-19 di Belanda secara umum telah menurun selama sebulan, dan turun lagi pada Ahad menjadi 4.924 kasus baru.

Pemerintah mencatat, ada 13.540 kematian di Belanda akibat Covid-19, sementara tercatat 944 ribu infeksi. Pada Sabtu malam, polisi telah menangkap 25 orang di seluruh negeri dan memberikan 3.600 denda untuk pelanggaran jam malam. Sekolah dan toko non-esensial di Belanda telah ditutup sejak pertengahan Desember, menyusul penutupan bar dan restoran dua bulan sebelumnya.

 
Berita Terpopuler