Strategi Marketing Kemenkeu Tawarkan ORI019 di Masa Pandemi

Kemenkeu menargetkan penawaran instrumen ORI019 sebesar Rp 10 triliun.

Tim Infografis Republika.co.id
Obligasi Ritel Indonesia (ORI).
Rep: Adinda Pryanka Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menargetkan penawaran instrumen Obligasi Negara Ritel (ORI) seri ORI019 sebesar Rp 10 triliun. Instrumen ini sudah ditawarkan sejak Senin (25/1) hingga Kamis (18/2) dengan imbal hasil 5,57 persen per tahun. 

Baca Juga

Direktur Surat Utang Negara Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kemenkeu Deni Ridwan menyebutkan, pihaknya sudah menyiapkan beberapa strategi marketing untuk mencapai target. Di antaranya mengoptimalkan kegiatan marketing melalui platform elektronik seperti webinar dan media sosial. 

"Strategi marketing ini relatif sama dengan penerbitan SBN laina di masa pandemi," ujarnya kepada Republika.co.id, Senin (25/1). 

Selain itu, Deni menambahkan, Kemenkeu juga menjalin kerjasama dengan beberapa institusi terkait, misalnya sekolah pasar modal. Sosialisasi kepada calon investor maupun mereka yang telah berinvestasi sebelumnya juga dilakukan melalui radio dan televisi.

Penawaran ORI019 dilakukan secara online (e-SBN) yang berlangsung sejak Senin pukul 09.00 WIB hingga 18 Februari pukul 10.00 WIB. Minimum pemesanannya adalah Rp 1 juta dengan maksimum sebesar Rp 3 juta.

Proses pemesanan pembelian ORI019 secara online dilakukan melalui empat tahap. Pertama, registrasi/pendaftaran, yang dilanjutkan dengan pemesanan, pembayaran dan setelmen/konfirmasi. Pemesanan pembelian disampaikan melalui sistem elektronik yang disediakan Mitra Distribusi yang memiliki interface dengan sistem e-SBN.

 

Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kemenkeu Luky Alfirman menuturkan, hasil penawaran ORI019 akan ditujukan termasuk untuk penanganan pandemi. 

"Salah satunya adalah program vaksinasi yang sedang dicanangkan pemerintah," tuturnya dalam Launching ORI019 secara virtual pada Senin pagi.

Pada tahun ini, pemerintah bersama DPR telah menetapkan batas defisit anggaran APBN di level 5,7 persen. Luky menuturkan, dengan level defisit tersebut, dibutuhkan pembiayaan utang yang cukup tinggi.

Pemenuhan pembiayaan APBN melalui utang akan dioptimalkan melalui berbagai sumber pembiayaan, terutama dari pasar dan dukungan Bank Indonesia (BI). Upaya in dijalankan dengan mempertimbangkan berbagai kondisi, termasuk proyeksi penerimaan dan kebutuhan belanja pemerintah, biaya dan risiko utang serta sentimen dan kondisi pasar keuangan global maupun domestik.

Salah satu upaya pembiayaan APBN melalui utang tahun ini akan dipenuhi melalui penerbitan enam Surat Berharga Negara (SBN) ritel konvensional dan syariah. "Ada jenis ORI, Saving Bonds Ritel (SBR), Sukuk Tabungan (ST) dan Sukuk Ritel (SR). Seri pertamanya dimulai dengan penerbitan ORI019," kata Luky.

 

 
Berita Terpopuler