Ketabahan dan Keteguhan Ibu Megawati

kisah ketabahan dan keteguhan Ibu Megawati

Republika/Putra M. Akbar
Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri memberikan pengarahan pada acara penetapan pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah yang didukung dalam pemilihan kepala daerah (Pilkada) 2020 di DPP PDI Perjuangan, Menteng, Jakarta, Rabu (19/2).
Red: Muhammad Subarkah

REPUBLIKA.CO.ID, -- Oleh Faozan Amar, Direktur Eksekutif Al Wasath Institute dan Dosen FEB UHAMKA 

Januari merupakan bulan istimewa bagi PDI Perjuangan. Di bulan ini, setiap tanggal 10 diperingati sebagai hari ulang tahun PDI Perjuangan yang tahun ini masuk usia ke 48. Berdiri 10 Januari 1973. Dan setiap tanggal 23 adalah merupakan ulang tahun ke 74 Ibu Hj Megawati Soekarnoputri, sang ketua umum yang juga Presiden ke V Republik Indonesia. Lahir di Yogyakarta 23 Januari 1947 dari pasangan Soekarno dan Fatmawati. 

Pada diri Ibu Megawati tak hanya identik dengan PDI Perjuangan tetapi juga merupakan Wakil Presiden dan Presiden perempuan pertama Republik Indonesia. Pada Soekarno, yang merupakan ayah dari Ibu Megawati, melekat sebagai proklamator pendiri bangsa dan Presiden pertama.

Dan PDI Perjuangan, adalah partai pertama yang menang pemilu di era reformasi tahun 1999, serta telah menang pemilu legislatif dua kali berturut-turut, yakni pada pemilu tahun 2014 dan 2019. Istimewanya lagi menempatkan kadernya, Joko Widodo, sebagai presiden ke VII Republik Indonesia dua kali berturut-turut.

Bahkan bukan tidak mungkin, pada Pemilu 2024 nanti PDI Perjuangan akan mencetak hattrick, menang pemilu legislatif dan pemilu presiden tiga kali berturut-turut.  Tentu semua itu bukanlah kebetulan, tetapi dengan perjuangan, derai tawa dan air mata yang menyertainya. 

Dalam buku “Megawati Dalam Catatan Wartawan; Menangis dan Tertawa Bersama Rakyat” (2015), yang merupakan kumpulan tulisan para jurnalis, dengan jelas tergambar nyata yang menjadi intisari dari seluruh romantika, dinamika dan dialektika perjuangan Ibu Megawati. 

Tekanan penguasa Orde Baru yang otoriter telah mengantarkan Ibu Megawati menjadi pemimpin yang tabah dan kuat dalam menjalani kehidupan politik dengan dinamika yang menyertainya. Hingga kemudian pada Pemilu 1999, PDI berubah menjadi PDI Perjuangan dan memenangkan Pemilu untuk pertama kalinya. 

Dalam pandangan Sekretaris  Jenderal PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto (2015), Perjuangan tidak hanya mencerminkan bagaimana perjuangan rakyat melawan rezim otoritarian tetapi juga menjadi jiwa dan semangat seluruh kader Partai. “Perjuangan” dalam nama PDI Perjuangan menjadi nilai-nilai yang menjadi nafas dari seluruh kader PDI Perjuangan.

   Sekarang, ketika PDI Perjuangan menjadi partai penguasa; "Militansi dan kesetiaan kader partai diuji, bukan hanya pada saat partai terpuruk, militansi dan kesetiaan kader partai diuji, justru pada saat kita menang. Saat kita menduduki posisi-posisi penting. Saat palu kekuasaan digunakan untuk memutuskan perbaikan kehidupan rakyat, bangsa dan negara, yang sesuai dengan ideologi Pancasila," demikian penegasan Ibu Megawati saat pidato HUT PDI Perjuangan 48 (Osdar, 2021).

Pernyataan tersebut menjadi penegas ungkapan semakin tinggi pohon semakin besar pula angin yang menerpanya. Karena itu, jika PDI Perjuangan tidak memiliki akar yang menghujam ke bawah, yakni senantiasa setia bersama rakyat, dan batang yang kuat berupa struktur dan personalia organisasi yang rapi, akan mudah tumbang terkena terjangan angin dan badai. Itulah sebabnya Ibu Megawati selalu memerintahkan kepada kadernya baik di eksekutif, legislatif maupun struktur partai, agar jangan malas dan harus turun ke bawah bersama rakyat.

Maka ketabahan dan keteguhan dalam perjuangan ketika menjadi partai yang ditindas Orde Baru, menjadi partai opisisi ketika pemerintahan SBY, maupun ketika menjadi partai pemerintah sekarang ini, penting dan harus terus menerus dilakukan.

 

Ketabahan tidak hanya diajarkan dan diteladankan oleh Ibu Megawati yang mengalir dari ibunya Fatmawati sebagai aktifis ‘Aisyiyah, tetapi juga dipraktikan dalam kehidupan politik, baik ketika menjadi anak Presiden, memimpin partai maupun ketika menjadi Presiden. 

Ibu Megawati terbuka dengan perbedaan pendapat dan tidak baperan. Para loyalisnya yang berkhianat dan mendirikan partai sendiri, tidak pernah dijelek-jelekan, hingga akhirnya ada yang bergabung kembali. Ketika menjadi presiden, ia tidak melakukan balas dendam terhadap Soeharto yang telah memenjarakan ayahnya dan menindasnya ketika memimpin PDI. Menteri yang menjadi lawan politiknya tidak ditangkap dan dibiarkan ikut kompetisi dalam Pemilu secara langsung tahun 2014 hingga menjadi Presiden berikutnya. 

Sewaktu Abu Bakar Ba’asyir akan ditangkap atas perintah Presiden AS George Bush untuk diekstradisi ke Guantanamo, sebagai Presiden dengan tegas Ibu Megawati menolak permintaan tersebut. Ia mengatakan jika tiba-tiba Ba’asyir menghilang maka akan memunculkan kecurigaan dari publik. Sehingga akan menyulitkan pemerintah Indonesia. Hal itu dikemukakan saat menerima agen CIA yang didampingi Duta Besar AS untuk Indonesia Ralph L Boyce, Ahli Indonesia di Dewan Keamanan Nasional (NSC) Karen Brooks, dan juga Fred Burks (Tempo, 30/12/2004).

Permintaan Bush yang ditolak Megawati itu juga diakui Ba’asyir saat membacakan eksepsi di PN Jakarta Selatan, pada 24 Februari 2011. Awalnya Ba'asyir mengutip pernyataan Duta Besar AS ketika berpidato di Universitas Islam Negeri. "Abu Bakar akan kami usahakan supaya tak bisa lagi mengurusi organisasinya," ujar Ba'asyir ketika membacakan nota keberatannya. Ia lalu menceritakan upaya AS meminta Megawati mengizinkan ekstradisi Ba’asyir ke Guantanamo namun ditolak. "Tetapi Megawati menolak tegas sehingga makar pertama ini gagal," kata Ba’asyir (Kompas, 8/1).

Dengan demikian, tuduhan bahwa Ibu Megawati dan PDI Perjuangan memusuhi Islam atau bahkan anti Islam tidaklah benar. Sebagai pemimpin partai yang merasakan pahit manis dan asam garamnya kehidupan perpolitikan di tanah air, Ibu Megawati telah tulus mendarmabaktikan hidupnya untuk bangsa dan negara. 

Ibu Megawati merupakan perpaduan kelembutan hati seorang ibu dan kekerasan hati seorang perempuan yang memegang teguh jalan ideologi Pancasila. Karena itu, ia tahu kapan waktunya harus naik dan turun. Maka ketika menang Pemilu 1999 dan tidak terpilih menjadi Presiden, ia tetap tabah dan setia dengan ideologinya hingga akhirnya terjadi dinamika politik mengantarkanya menjadi Presiden. Wani ngalah luhur wekasane.

Ketika para ketua umum partai politik berebut maju sebagai calon presiden, ia justru menyodorkan nama lain. Padahal amanat Kongres PDI Perjuangan tahun 2010, ketua umum sebagai calon Presiden, dan dengan hak preogratif yang dimilikinya sebagai ketua umum, ia menempuh jalan berbeda. Ibu Megawati orang yang konsisten dengan ideologi, sehingga tidak mudah ditekan dan tak bisa ditarik ke kanan dan kiri, sebab cita-citanya adalah mewujudkan Indonesia Raya.

Maka tidaklah berlebihan ketika Ibu Megawati menerima gelar doktor kehormatan bidang politik dan pemerintahan dari Universitas Padjajaran Bandung, Rabu 25 Mei 2016, Ketua Tim Promotor Prof Dr H Obsatar Sinaga MSi antara lain mengatakan, “Menariknya meski sudah tidak menjabat presiden, Megawati masih bisa menentukan siapa presiden berikutnya, “ kata Obsatar yang disambut gelak tawa hadirin saat itu (Osdar, 9/1). 

Selamat ulang tahun Ibu Megawati Soekarnoputri. Semoga panjang umur, sehat selalu dan terus menginspirasi untuk negeri.  

 

 
Berita Terpopuler