'Pemilu Palestina Ajang Rekonsiliasi Hamas-Fatah'

Kalau Hamas dan Fatah kompak, perjuangan diplomasi Palestina akan lebih efektif.

AP/Adel Hana
Aktivis Palestina mengibarkan bendera Palestina sambil memegang kertas suara pemilu saat menggelar demonstrasi menyerukan pemilu dan bergabungnya Fatah dan Hamas di Gaza City, Palestina, Rabu (25/1).
Rep: Ronggo Astungkoro Red: Agus Yulianto

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Staf Khusus Presiden, Diaz Hendropriyono, menilai, pemilihan umum Palestina merupakan momentum rekonsiliasi konflik internal mereka, yakni antara Hamas dengan Fatah. Dia optimistis Indonesia akan ikut berperan dalam memfasilitasi proses rekonsiliasi tersebut.

“Hubungan Indonesia dan Palestina sudah seperti saudara, kita pasti bantu apabila diminta. Ketika kita musibah kecelakaan pesawat Sriwijaya, saudara kita di Palestina turut menggelar Shalat Ghaib bagi korban. Ini menunjukkan kedekatan kita,” ujar Diaz dalam keterangannya, Sabtu (23/1).

Diaz menyebut, dukungan tersebut dapat berupa partisipasi Indonesia sebagai pengamat pemilu. Indonesia, kata dia, dapat menjadi negara pertama yang mengakui hasil pemilu nantinya. Indonesia juga bisa mengajak negara-negara sahabat, terutama yang tergabung dalam Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), untuk mengakui hasil pemilu itu.

“Uni Eropa saja mendukung sebagai pengamat, kita juga harus siap kalau diminta,” ujar Diaz.

Diaz menuturkan, kondisi politik dunia terkini akan sangat kondusif bagi perjuangan Palestina yang wilayahnya diokupasi oleh Israel. Dilantiknya Joe Biden, kata dia, membuka lembaran baru bagi proses perdamaian. Donald Trump, ia lihat, selama ini cenderung berat sebelah dan tidak mau mendengarkan Palestina.

 

 

Pemilu Palestina - (onjerusalem)

 

"Di bawah poros Trump-Netanyahu, perdamaian di wilayah Palestina menemui jalan buntu. Semoga semua akan berubah tahun ini. Apabila rekonsiliasi Hamas-Fatah berlangsung mulus, bukan tidak mungkin bahwa kemerdekaan dan perdamaian akan tercapai,” kata dia.

Diaz pun memuji keputusan Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, untuk mengadakan pemilu pertama kali sejak 2006 lalu. Dia melihat, pemilu itu merupakan momentum rekonsiliasi Hamas-Fatah, dua fraksi utama dalam konflik internal Palestina.

“Saya optimis pemilu ini akan menjadi momentum rekonsiliasi. Kalau Hamas dan Fatah kompak, perjuangan diplomasi Palestina akan lebih efektif karena legitimasinya jelas,” ujar dia.

Dia menerangkan, konflik internal berkepanjangan antara Hamas dengan Fatah menyulitkan Palestina memperjuangkan kemerdekaan. Menurut dia, keputusan mengadakan pemilu merupakan keputusan yang tepat sekaligus menunjukkan kenegarawanan Abbas, yang akan maju sebagai kandidat petahana dari Fatah.

 

“Keputusan mengadakan pemilu ini bukti bahwa selain Presiden Mahmoud Abbas adalah negarawan sejati, juga menunjukkan komitmen Abbas terhadap demokrasi dan perdamaian di Palestina. Sikap ini harus 100 persen," kata Ketua Umum Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) itu.

 
Berita Terpopuler