Sudah Seminggu Ini Warga Kesulitan Air Bersih di Pengungsian

Selain krisis air bersih, korban gempa Mamuju-Majene juga alami trauma mendalam.

Antara/Akbar Tado
Anggota TNI membangun sarana Mandi Cuci Kakus (MCK) darurat di tenda pengungsian, Mamuju, Sulawesi Barat, Kamis (21/1/2021). Pembangunan MCK itu untuk membantu pengungsi memenuhi kebutuhan sanitasi untuk kesehatan yang tinggal di tenda pengungsian.
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Antara, Amri Amrullah, Rr Laeny Sulistyawati

"Sudah seminggu ini warga kesulitan air bersih di pengungsian, karena air bersih PDAM yang ada di rumah penduduk sama sekali tidak mengalir," kata Ramadhan, seorang pengungsi di Mamuju, Jumat (22/1).

Baca Juga

Menurut Ramadhan, air bersih sulit didapatkan warga korban gempa akibat instalasi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) setempat ikut rusak akibat gempa berkekuatan 6,2 magnitudo. Ia mengatakan, warga tidak bisa memenuhi kebutuhan hidupnya akibat tidak adanya air bersih untuk kebutuhan MCK dan memasak.

PDAM Mamuju belum beroperasi normal karena instalasinya di So'do Kali Mamuju mengalami kerusakan, demikian juga sejumlah jaringan pipa PDAM Mamuju di Desa Pattidi yang rusak parah. Saat ini, PDAM Mamuju sedang berusaha memperbaiki instalasi yang rusak itu, dibantu petugas PDAM Kabupaten Polman yang datang membantu.

"Kami sudah berusaha memperbaiki jaringan PDAM Mamuju, dengan mendaki gunung, semoga berhasil agar masyarakat Mamuju kembali mendapatkan pelayanan air bersih," kata Ramadhan.

Kepala Bagian Teknik PDAM Mamuju Hasri di Mamuju mengatakan, instalasi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat belum beroperasi normal. Selain instalasi PDAM di So'do Kali Mamuju, instalasi jaringan air PDAM Mamuju di Desa Pattidi juga rusak parah.

Menurut dia, PDAM Mamuju sedang berusaha memperbaiki instalasi rusak tersebut dibantu petugas PDAM Kabupaten Polman yang datang membantu.

"Kami sudah berusaha memperbaiki jaringan PDAM Mamuju, dengan mendaki gunung, semoga berhasil agar masyarakat Mamuju kembali mendapatkan pelayanan air bersih," katanya.

Infografis Duka di Awal Tahun - (republika)

Tidak hanya kekurangan air bersih, korban bumi berkekuatan 6,2 magnitudo yang mengguncang wilayah Kabupaten Mamuju dan Kabupaten Majene, pada Jumat dini hari (15/1) lalu, menyisakan trauma yang mendalam bagi warga di daerah itu.

"Sampai saat ini (Kamis/hari keenam pascagempa), saya belum berani berlama-lama di dalam rumah. Setiap berada di dalam rumah, ada perasaan takut dan was-was akan terjadinya gempa lagi," kata seorang warga Mamuju Syukur, Kamis (22/1).

Warga tersebut mengaku, masih bertahan di depan rumahnya bersama para tetangganya yang mencoba bertahan, tidak pergi mengungsi jauh dari kawasan perumahan tempatnya tinggal.

"Kami sempat berpikir untuk mengungsi meninggalkan Kota Mamuju setelah ada informasi bahwa akan terjadi gempa susulan dengan kekuatan yang lebih besar, bahkan akan diikuti tsunami. Kami sempat panik, apalagi para ibu-ibu dan anak-anak. Setelah kami pertimbangkan, akhirnya kami putuskan untuk tetap bertahan di sini," ujar Syukur.

Bukan hanya para orang tua yang mengalami traumatik pascagempa berkekuatan 6,2 magnitudo itu, para anak-anak juga mengalami trauma. Bahkan, kata warga tersebut, anaknya setiap mendengar suara yang keras langsung histeris dan menjerit ketakutan.

"Malam kejadian itu, suasananya sangat mencekam. Saat terjadi gempa, gemuruh tembok yang patah ditambah suara keras benda-benda yang jatuh membuat kami, terlebih anak-anak sangat ketakutan. Inilah yang selalu membayangi kami setiap berada di dalam rumah," ucapnya.

"Sampai saat ini, anak saya mengalami demam, apalagi saat mendengar suara yang keras, demamnya langsung naik. Insya Allah, jika kondisi sudah benar-benar aman, saya akan membawa keluarga refreshing untuk menghilangkan traumatik akibat gempa ini," tutur Syukur.

Warga lainnya Adnan juga mengaku, jika berada di dalam rumahnya yang rusak akibat gempa selalu dibayang-bayangi rasa takut dan khawatir terjadi gempa susulan. Padahal, enam hari pascagempa 6,2 magnitudo itu, hanya beberapa kali terjadi gempa susulan, dengan skala yang lebih kecil. Namun warga kata Adnan, masih selalu dihantui rasa takut akan terjadinya gempa susulan yang lebih besar.

"Setiap berada di dalam rumah, perasaan saya seolah oleng, padahal tidak terjadi gempa. Mungkin ini yang disebut traumatik, sebab kami selalu dibayang-bayangi perasaan takut," tuturnya.

Warga korban gempa di Mamuju berharap, ada pendampingan psikologis di tenda-tenda pengungsian, agar warga korban gempa secara berangsur bisa menghilangkan perasaan traumatis dampak gempa.

"Khususnya untuk anak-anak, perlu pendampingan khusus agar tidak menjadi bayang-bayang mereka kelak," kata Adnan.

Guna memulihkan kondisi psikologis dan sosial pascagempa, Kementerian Sosial (Kemensos) turut mendukung pemulihan psikososial bagi para pengungsi. Hal ini disampaikan oleh Pekerja Sosial Ahli Muda Kementerian Sosial (Kemensos) Republik Indonesia Dika Yudhistira Rizqy.

"Kemensos memastikan kebutuhan penyintas dapat terpenuhi, terlebih kebutuhan pemulihan psikososial," ujar Dika dalam keterangan pers kepada wartawan, Kamis (21/1).

Dika menjelaskan bahwa Kemensos telah mengerahkan tim Layanan Dukungan Psikososial (LDP) bagi para penyintas untuk membantu pemulihan trauma yang dirasakan oleh masyarakat terdampak gempabumi.

"Tim LDP Kemensos yang berasal dari Taruna Siaga Bencana (Tagana), Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) dan SDM Program Keluarga Harapan. Adapun relawan yang ikut turun sebanyak 30 orang yang tersebar di Kabupaten Majene dan Mamuju untuk kegiatan pelayanan sosial," jelas Dika.

"Sampai hari ini, sebanyak 201 Tagana yang terlibat dari Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah telah bergabung untuk mendukung pemenuhan kebutuhan sosial sekaligus pemulihan psikologis bagi para pengungsi," lanjutnya.

Komandan Satgas (Dansatgas) Penanggulangan Bencana Kasrem Kolonel Yusuf Sampetoding yang mewakili Danrem 147 melaporkan bahwa saat ini kondisi Kabupaten Mamuju dan Majane, Sulawesi Barat (Sulbar) sudah berangsur pulih dari hari-hari sebelumnya pascagempa yang mengguncang provinsi ini. Beberapa fasilitas publik di sana mulai berfungsi.

"Berdasarkan dengan pendataan yang sudah dibuat oleh Dansatgas, beberapa fasilitas publik yang ada sudah mulai berfungsi kembali, keadaan sudah mulai berangsur membaik," ujar Yusuf dalam Konferensi Pers Penanganan Bencana Pasca Gempa M6,2 Sulawesi Barat pada Rabu (20/1).

Yusuf mengatakan, bahwa berdasarkan pemantauan di lapangan, beberapa toko sudah kembali dibuka dan mendapatkan penjagaan kepolisian. Kemudian beberapa toko sudah kembali buka dengan pengawasan ketat kepolisian.

Pihaknya berharap perekonomian di Sulawesi Barat khususnya Kabupaten Mamuju maupun Majene bisa berangsur pulih, sehingga mayarakat bisa hidup dengan normal kembali. Berdasarkan data yang diperoleh per Rabu (20/1), Dansatgas memperoleh 318 titik pengungsian, di mana 299 berada di Kabupaten Mamuju dan 17 titik di Kabupaten Majene. Pihaknya memperoleh data berupa 318 titik pengungsian, di mana 299 berada di Mamuju dan 17 titik di Majene.

"Untuk di Mamuju masih terus berlangsung pendataannya, sedangkan di Majene sudah lengkap semua. Harapan kami, mudah-mudahan dalam waktu dekat semuanya bisa terdata," katanya.

Hingga kemarin, tercatat total korban jiwa yang meninggal dunia akibat gempa yang mengguncang Sulawesi Barat (Sulbar), Kamis (14/1) dan Jumat (15/1) sebanyak 91 jiwa. Para korban gempa berasal dari daerah yang terdampak bencana yaitu Mamuju dan Majene.

"Korban jiwa meninggal dunia ada 91 jiwa, terdiri dari Mamuju 80 jiwa dan Majene 11 orang," kata Komandan Korem 142/Taroada Tarogau Mamuju Brigjen Polisi Firman Dahlan saat konferensi virtual Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Kamis (21/1).

Sementara itu, dia melanjutkan, korban yang mengalami luka-luka berat sebanyak 404 orang, kemudian luka sedang 240 orang, dan luka ringan 1.474 orang. Kini ia menyebutkan mulai banyak korban luka yang sembuh meski secara bertahap.

Firman menyebutka,n korban yang dinyatakan hilang sebanyak tiga orang di Majene. Sementara itu, ia menyebutkan total jumlah pengungsi bencana secara keseluruhan yaitu sebanyak 77.562 orang.

"Pengungsi ini ada di dua kabupaten yaitu Majene 19.735 pengungsi, kemudian Kabupaten Mamuju sebanyak 57.827 orang," ujarnya. 

In Picture: Pengungsi Korban Gempa Sulbar Kembali ke Daerah Asal

Sejumlah pengungsi gempa Majene dan Mamuju, Sulawesi Barat turun dari pesawat Hercules milik TNI Angkatan Udara saat tiba di Landasan Udara Adi Soemarmo, Boyolali, Jawa Tengah, Kamis (21/1/2021). Sebanyak 102 warga pengungsi gempa Majene dan Mamuju, Sulawesi Barat tersebut di pulangkan ke daerah asal kelahiran mereka yaitu Jawa Tengah dan Jawa Timur. - (Antara/Aloysius Jarot Nugroho)

 
Berita Terpopuler