JSH Terima 182 Aduan Hoaks Vaksinasi Covid-19

Publik dibingungkan banjirnya hoaks vaksinasi sehingga mengambil keputusan keliru.

Antara/Irfan Anshor
Petugas menunjukkan alat bukti gawai yang digunakan tersangka untuk menyebarkan berita bohong (hoaks) saat rilis di Mapolres Blitar, Jawa Timur, Rabu (18/3/2020). Satreskrim Polres Blitar mengamankan empat orang tersangka penyebar hoaks mengenai COVID-19 dengan mencatut nama Bupati Blitar Rijanto.
Rep: Arie Lukihardianti Red: Agus Yulianto

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Informasi bohong atau hoaks vaksinasi Covid-19 yang tersebar di dunia maya, cukup banyak. Imbasnya, masyarakat takut dan panik untuk disuntik vaksin Covid-19. 

Tim Jabar Saber Hoaks (JSH) sudah mengklarifikasi, 51 hoaks vaksinasi Covid-19. Sedangkan aduan terkait hoaks vaksinasi Covid-19 selama Januari 2021 mencapai 182 aduan. Senior Fact Checker JSH Alfianto Yustinova mengatakan, persebaran hoaks vaksinasi Covid-19 tergolong cepat karena beredar melalui media sosial dan aplikasi percakapan. 

"Setelah penyuntikan pertama vaksin, aduan semakin meningkat. Banyak sekali hoaks soal vaksinasi Covid-19 yang muncul," ujar Alfianto di Gedung Sate, Kota Bandung, Rabu petang (20/1). 

Ilustrasi Hoax - (Mgrol101)

 

 

 

JSH membuka banyak pintu informasi untuk memudahkan masyarakat menyampaikan aduan. Selain melalui media sosial, JSH menyediakan nomor hotline 082118670700 yang dapat diakses masyarakat. 

Alfianto mengatakan, tema hoaks vaksinasi Covid-19 terus berganti dari waktu ke waktu. Jika pada awal hoaks membicarakan soal kehalalan vaksin Covid-19, saat ini hoaks mayoritas membahas cip dalam vaksin Covid-19. 

Selain itu, kata Alfianto, banyak hoaks terkait bahaya vaksin Covid-19. Salah satunya, informasi soal santri yang pingsan usai disuntik Covid-19. 

"Beredar video santri yang pingsan setelah disuntik Covid-19. Padahal, video tersebut sudah ada sejak 2018. Saat itu, santri disuntik vaksin difteri. Hoaks yang menyesatkan seperti itu banyak ditemukan," katanya. 

Masyarakat, kata dia, diharapkan lebih teliti dan kritis saat mengakses informasi. Jika ragu akan informasi yang didapatkan, masyarakat dapat mengonfirmasi ke JSH sebelum memercayai informasi tersebut. 

 

Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Bandung (Unisba) Santi Indra Astuti mengatakan, hoaks vaksinasi Covid-19 dapat memicu kebingungan di tengah masyarakat. Sebab, masyarakat sulit membedakan infomasi yang benar dan bohong. 

"Tentu saja yang paling utama adalah menghambat upaya mengatasi pandemi. Publik dibingungkan dengan banjir hoaks vaksinasi, sehingga (masyarakat) mengambil keputusan yang keliru,"  kata Santi. 

Hoaks vaksinasi Covid-19, kata dia, beredar melalui beragam saluran. Santi mengatakan, hoaks yang tersebar di grup aplikasi percakapan akan sulit dilacak. Selain itu, hoaks tersebut akan mudah dipercayai oleh anggota grup. 

"Karakter grup aplikasi percakapan juga unik. Dalam grup, selalu ada opinion maker yang posisi sosialnya di grup sangat terhormat. Misalnya, yang sepuh-sepuh, yang senior, yang dianggap sangat berilmu, sangat beragama," katanya. 

 

Opinion leader, kata dia, justru pihak yang sangat rentan terpapar oleh hoaks. Maka, ketika hoaks beredar di grup aplikasi percakapan, anggota lain tidak berani mengklarifikasi karena takut dianggap 'cari perkara'.

 
Berita Terpopuler