Teori Konspirasi di Balik Penyerbuan ke Capitol Hill

Kelompok QAnon diduga berada di lingkaran pendukung Donald Trump.

AP/Jose Luis Magana/FR159526 AP
Pendukung Presiden Donald Trump naik ke platform pelantikan di Front Barat Capitol AS pada Rabu, 6 Januari 2021, di Washington.
Rep: Lintar Satria Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, Media-media dan pengamat Amerika Serikat (AS) menilai, penyerbuan pendukung Donald Trump didorong oleh teori-teori konspirasi. Terutama, teori konspirasi QAnon. Pendukung QAnon kerap terlihat di berbagai acara kampanye Trump tahun lalu.

Pada Juli 2020 lalu jurnal ilmiah ilmu pertahanan Combating Terrorism Center (CTC) di West Point memublikasikan artikel yang memprediksi QAnon dapat menimbulkan ancaman terhadap keamanan nasional AS. Prediksi tersebut berdasarkan rekaman jejak teori konspirasi yang kerap mendorong kekerasan di Barat.

Di Journal of Design and Science, Direktur MIT Center for Civic Media, Ethan Zuckerman menulis, QAnon sebuah teori konspirasi besar, semacam meta-narasi yang mengaitkan politik kontemporer dengan rasialisme yang sudah mengakar selama ratusan. Gagasan terbesarnya, semua presiden AS, mulai dari John F. Kennedy hingga Barack Obama bekerja sama dengan elite global yang disebut 'The Cabal'.

Tujuan mereka untuk menekan demokrasi Amerika dan melaksanakan agenda-agenda jahat. Dalam jurnal yang terbit pada 2019 lalu itu, Zuckerman menulis hampir dipastikan elite Yahudi, seperti George Soros dan keluarga Rothschild dimasukkan ke dalam kelompok tersebut.

Baca Juga

Tetapi, menurutnya, QAnon lebih bersifat antielite dibandingkan anti-Semit. Dalam artikel yang berjudul "QAnon and the Emergence of the Unreal itu", Zuckerman menulis teori konspirasi tersebut memiliki banyak versi. Salah satunya, the Cabal ingin menghancurkan kebebasan Amerika dan menaklukan bangsa-bangsa untuk mendirikan pemerintahan dunia.

"Pada akhirnya, QAnon adalah teori konspirasi yang penuh harapan 'badai segera tiba'. Donald Trump diam-diam bekerja sama dalam sebuah liga dengan Robert Mueller untuk menangkap Hillary Clinton, Barack Obama, dan anggota Deep State (musuh negara) yang berusaha menghancurkan bangsa," tulis Zuckerman.

Pendukung teori konspirasi QAnon, yakin Trump akan mengajukan surat penangkapan lalu diikuti sidang militer dan eksekusi. Dalam artikelnya di media AS, Barrons, Wakil Presiden Pusat Ekstremisme Organisasi Hak sipil, Anti-Defamation League (ADL) Oren Segal, menulis orang-orang percaya yang percaya QAnon yakin the Cabal mengendalikan pemerintah di seluruh dunia.

"(Mereka ada di) sistem perbankan, Gereja Katolik, dan industri pertanian dan farmasi, serta industri media dan hiburan, semua elemen-elemen ini bekerja sepanjang waktu untuk memastikan orang-orang di seluruh dunia miskin, abai, dan diperbudak oleh elite, pendukung QAnon, yakin Trump memiliki kualifikasi untuk membawa elite global itu ke pengadilan," tulis Segal pada bulan Oktober 2020 lalu.

Segal menulis awalnya QAnon mempromosikan Trump lawan dari musuh negara yang disebut 'deep state'. Sebuah kelompok pedofilia yang berkaitan dengan teori konspirasi lainnya yang bernama teori Pizzagate. Teori konspirasi itu meluas ke gagasan mengenai the globalist cabal atau cabal of globalist.

QAnon yakin, the Cabal adalah kelompok elite yang menculik anak-anak, menyiksa mereka, lalu mempersembahkannya pada setan. Menurut Segal, gagasan ini didorong sikap anti-Semit yang menekan orang-orang Yahudi selama ratusan tahun.

Kata cabal diambil dari Kabbalah, interpretasi ajaran Yahudi, yang berubah maknanya dalam bahasa Inggris menjadi kelompok politik rahasia. Segal mengatakan, memasukan isu pelecehan dan eksploitasi anak ke dalam gagasan QAnon untuk mendorong sifat urgensinya dan memicu pengikutnya mengambil tindakan ekstrem. "Sejumlah pengikut QAnon telah melakukan aksi kekerasan," kata Segal.

Dalam artikel di Jurnal CTC yang berjudul "The QAnon Conspiracy Theory: A Security Threat in the Making?" disebutkan QAnon muncul pada hari Sabtu tanggal 28 Oktober 2017 di sebuah utas politik di situs 4chan. Situs yang populer dikalangan sayap kanan AS.

Dalam artinya yang ditulis Amarnath Amarasingam dan Marc-André Argentino itu disebutkan QAnon muncul ketika pengguna anonim mengunggah sebuah utas berjudul “Calm
Before the Storm” . Dalam utas tersebut anonomi menulis 'Hillary Clinton akan ditangkap antara pukul 07.45 pagi - 20.30 malam EST hingga Senin pagi 30 Oktober 2017'.  

Pengguna itu menggunakan nama Q’s nom de plume yang mengacu pada Q clearance, level izin di Departemen Energi AS. Tetapi QAnon dapat ditelusuri ke teori konspirasi Pizzagate. Sebuah teori konspirasi mengenai kata-kata terenkripsi dan simbol satanik yang terdapat dalam email kepala tim kampanye Hillary Clinton, John Podesta yang diretas.

Amarasingam dan Argentino menulis kekerasan yang dilakukan oleh pengikut QAnon membuat mereka dapat menyimpulkan teori konspirasi itu berkontribusi pada radikalisasi seseorang. Memperkuat apa yang disebut Ideologically Motivated Violent Extremists (IMVE).

Mereka mengutip FBI yang mengatakan QAnon dan teori konspirasi lainnya dapat 'mendorong sebagian atau seluruh motif sejumlah ekstremis domestik, untuk melakukan tindak kejahatan dan terkadang aktivitas kekerasan'. Sebab teori konspirasi kerap melegitimasi tindak kriminal atau ilegal.

 
Berita Terpopuler