Kemenangan Bagi Muslimah, Belgia Cabut Larangan Jilbab

9 dari 10 korban Islamofobia di Belgia adalah perempuan.

AP
Kemenangan Bagi Muslimah, Belgia Cabut Larangan Jilbab. Muslimah Belgia.
Rep: Meiliza Laveda Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Simbol agama termasuk jilbab akan diizinkan digunakan di universitas mulai September 2021 di Wallonia, wilayah Belgia yang berbahasa Prancis. Keputusan tersebut diumumkan oleh pejabat setempat dalam kemenangan anti-Islamofobia dan kelompok wanita Muslim.

Baca Juga

Para wanita Muslim mengaku perlu adanya langkah lebih lanjut untuk mewujudkan pencabutan larangan serupa di seluruh institusi dan tempat kerja. “Keputusan ini sangat penting dan akan berdampak pada banyak wanita. Ini akan memengaruhi keputusan mereka untuk melanjutkan studi, menjadi bagian masyarakat yang normal, mandiri secara finansial, dan mengikuti impian mereka,” kata aktivis yang telah memerangi Islamofobia di Belgia, Fatima Zahra Younsi.

Hingga saat ini, Belgia telah melarang simbol agama, termasuk jilbab yang dikenakan oleh wanita Muslim dalam praktik keagamaannya. Administrator Umum Wallonia-Brussel Education (WBE), Julien Nicaise mengatakan prinsip tersebut diubah atas emansipasi dan perang melawan kesetaraan. WBE adalah lembaga yang mengelola publik berbahasa Prancis di Sekolah.

“Kepentingan umum harus didahulukan. Kita tidak bisa lagi menolak para wanita muda ini dengan dalih mereka memakai kerudung bisa mencegah mereka untuk belajar. Ijazah adalah paspor mereka untuk dimasukkan melalui pekerjaan,” kata Nicaise.

Pengumuman itu muncul setelah bertahun-tahun kampanye anti-Islamofobia dan kelompok hak wanita Muslim di Belgia. “Saya pikir ini adalah keputusan politik, karena kami benar-benar melakukan banyak demonstrasi. Ini juga merupakan keputusan sosial karena semakin banyak Muslim di Belgia yang memakai jilbab,” ujar dia.

Younsi adalah salah satu pendiri Collectif les 100 diplômées (100 Lulusan Kolektif), sebuah LSM yang mendukung para profesional muda yang mengenakan jilbab dan menghadapi diskriminasi. Dia mengatakan kepada TRT World, organisasinya telah melobi untuk pencabutan larangan jilbab di sekolah dan juga melacak insiden pelarangan jilbab di tempat kerja dan lembaga publik di seluruh Belgia.

Belgia tidak menyimpan catatan demografis resmi berdasarkan agama, namun diperkirakan dari populasi hampir 11,5 juta, lebih dari 850 ribu adalah Muslim.

Tidak semua wanita Muslim di Belgia mengenakan jilbab. Meski begitu, keputusan baru ini berpotensi memengaruhi sejumlah besar wanita yang sebelumnya terbatas dalam studi dan kesempatan kerja. Keputusan pencabutan larangan mengenakan jilbab diambil berdasarkan konsensus dalam dewan direksi WBE yang memiliki perwakilan dari semua partai politik.

 

#HijabisFightBack

Dilansir TRT World, Selasa (19/1), berita pelarangan simbol agama, termasuk jilbab di pendidikan tinggi dikabarkan pada Juni yang diputuskan oleh Mahkamah Konstitusi. Keputusan tersebut dikecam oleh para aktivis hak asasi, organisasi anti-Islamofobia, dan kelompok perempuan dan feminis yang memandang hal ini sebagai pelanggaran hak asasi manusia dan sebagai tindakan diskriminatif terhadap perempuan.

Sebagai tanggapan, ribuan orang memprotes secara daring keputusan tersebut dengan tagar seperti, #TouchePasAMesEtudes (Jangan sentuh studi saya) dan #HijabisFightBack. Pada Juli, lebih dari seribu orang yang dari beragam organisasi berkumpul di Brussel untuk mengadvokasi hak mengenakan jilbab di universitas.

Organisasi anti-Islamofobia mengatakan pendapat pengadilan dapat mengarah pada isolasi umat Islam dan mengakar diskriminasi struktural dalam sistem pendidikan. Belgia adalah negara federal yang dibagi menjadi tiga wilayah. Pertama Wallonia yang mayoritas berbahasa Prancis, Flanders yang berbahasa Flemish, dan Wilayah Ibu Kota Brussel.

Setiap daerah memiliki badan pemerintahan dan legislatifnya sendiri yang memutuskan kebijakan pendidikan, ekonomi, dan masalah publik lainnya. Masih belum ada undang-undang federal yang melindungi hak perempuan Muslim untuk mengenakan jilbab di seluruh universitas di Belgia. Menurut Younsi, orang Belgia tidak mendengar pernyataan serupa dari universitas di Brussel atau Wallonia.

Jilbab adalah masalah yang diperdebatkan di sejumlah negara Eropa dan paling terkenal di Prancis. Penelitian telah menunjukkan kejahatan rasial anti-Muslim sangat menargetkan wanita. Misal, di Belgia, ada laporan baru yang menemukan 9 dari 10 korban Islamofobia adalah perempuan.

“Secara ekonomi, masuk akal untuk membuka sekolah untuk semua orang, apa pun kepercayaan mereka. Itu masuk akal,” kata Younsi. 

 

https://www.trtworld.com/magazine/lifting-of-hijab-ban-in-southern-belgium-offers-hope-for-muslim-women-43365

 
Berita Terpopuler