Jejak Pemikiran Kiai Ibrahim

Kiai Ibrahim adalah penerus yang langsung diterima dari KH Ahmad Dahlan

Jejak Pemikiran Kiai Ibrahim | Suara Muhammadiyah
Rep: suaramuhammadiyah.id (suara muhammadiyah) Red: suaramuhammadiyah.id (suara muhammadiyah)

SUARA MUHAMMADIYAH

“Apakah kemajuan anda semua ini karena KH Ahmad Dahlan ataukah karena Allah. Kalau karena Kyai H Ahmad Dahlan, sekarang ini Kyai H Ahmad Dahlan sudah wafat, sudah diambil kembali oleh yang punya. Tetapi kalau kemajuan anda semua karena Allah, Allah gesang salaminipun (Allah hidup selamanya), serta pasti akan menolong umatnya yang menjalankan perintah-Nya dan sesuai kehendak-Nya”.

Kiai Ibrahim adalah tokoh penerima estafet kepemimpinan yang langsung diterima dari KH Ahmad Dahlan. Ketika dalam keadaan sakit, KH Ahmad Dahlan berpesan agar kepemimpinan Muhammadiyah setelah beliau diamanahkan kepada Kiai Ibrahim. Namun, saat itu beliau menolak karena merasa tidak mampu memimpin organisasi dan pergerakan Islam itu. Pada Kongres Muhammadiyah ke-14 di Yogyakarta bulan Maret 1923, dengan suara bulat para peserta memilih Kiai Ibrahim untuk melanjutkan kepemimpinan KH Ahmad Dahlan menjadi Voorzitter Hoofdbestuur (Ketua Pimpinan Pusat) Muhammadiyah Hindia Belanda saat itu.

Satu Minggu setelah KH Ahmad Dahlan wafat, di Yogyakarta diadakan pertemuan Muhammadiyah. Sebelum acara pertemuan itu dimulai, Kiai Ibrahim menyampaikan sambutan. Dalam sambutannya dia mengatakan, “Sebelum saya memulai khutbah, pada pembukaan perkumpulan pada hari ini, saya sangat berterimakasih kepada semuanya yang sudah menyempatkan hadir di perkumpulan (pertemuan) Muhammadiyah, perkumpulan anda semua ini. Misalnya wakil pemerintah, wakil perkumpulan, wakil Ranting-Ranting Muhammadiyah, ataupun para warga semuanya. Ringkas kata, ucapan terimakasih saya kepada semua yang ada di sini. Semoga kehadiran anda semua menambah kebaikan perkumpulan ini dan selanjutnya bermanfaat kepada diri kita pribadi dan orang banyak”.

“Adapun ucapan saya terhadap wakil surat kabar (pers), mudah-mudahan surat kabar anda bisa menjadi sarana meluruskan keadaan yang sebenarnya, tidak bergeser (berbeda) dengan keadaan yang sebenarnya. Karena kabar yang benar dapat dijadikan penerang, menjelaskan kepada yang tidak tahu, itu semua dapat menjadi sebuah kebaikan, tetapi kabar yang tidak nyata (tidak sesuai) dengan kenyataannya malah akan menjadi sumber kegelapan, dapat membuat kerusakan.”

Selanjutnya dia mengatakan, seluruh bangsa itu bersaudara, sama yang menurunkan, dapat dikatakan sedaging dan sedarah, sesama sebagai umatnya Gusti Allah. Jadi sangat tidak benar kalau yang satu merasa lebih daripada yang lain. Terhadap kemanusiaannya. Juga sangat tidak benar apabila yang kuat mencelakakan yang lemah, karena yang benar mestilah menolongnya. Siapa yang kuat, padahal untuk mencelakakan yang lemah dengan sarana kekuatannya itu, itu namanya menggunakan sesuatu pada tempat yang salah. Sudah menjadi watak manusia untuk suka mentang-mentang, maka Gusti Allah menurunkan utusan dan juga kitab.

Adapun yang terakhir adalah Kanjeng Nabi Muhammad saw dengan dipinjami kitab yang bernama kitab Al-Qur’an. Qur’an itulah yang menjadi petunjuk dan pedoman kehidupan, jangan sampai berjalan di jalan yang salah atau menyimpang dari jalan yang sudah ditetapkan Gusti Allah. Perkumpulan Muhammadiyah pada dasarnya ikut berikhtiar supaya menjalankan perintah Allah, dengan sebisa-bisanya dan sesampai-sampainya. Dari keyakinan Muhammadiyah, agama Islam itu bisa menyelamatkan manusia mulai dari dunia sampai di akhirat.

Dalam sambutan itu juga, Kiai Ibrahim menambahkan, bahwa tahun-tahun terakhir ini, banyak kejadian yang berbeda dengan adat kebiasaan, misalnya rendahnya harga uang, dalam arti mahalnya harga barang-barang, mundurnya perdagangan teman-teman yang di sini dan sebagainya. Keadaan di luar tanah Jawa juga banyak yang terjadi berbeda dengan kebiasaan, misalnya majunya penyebaran agama Islam di Inggris, menangnya Turki melawan Griekenland, keberanian Khalifah, dan sebagainya.

Itu semua menggerakkan hati orang-orang disini. Bentuknya bermacam-macam ada yang semakin bersemangat dalam menyiarkan agama, agama apa saja. Ada yang semakin bersemangat dalam bekerja mencari harta, ada yang sangat rajin dalam ikut memperbincangkan para aparatur negara dan sebagainya. Ringkas kata bermacam-macam kemajuannya. Semua itu sudah pasti sesuai dengan kecakapan, kesenangan, dan kemampuannya.

Pada tahun pertama ini banyak keadaan yang terlihat sepertinya akan menghalang-halangi kemajuan perkumpulan Islam. Sedang bagi Muhammadiyah sendiri, saat ini sedang dalam sorotan orang banyak. Orang banyak itu bermacam-macam, ada yang mengatakan baik ada pula yang menyatakan jelek.

Semua itu sudah menjadi hal yang lumrah dan wajar, maka saudara-saudara Muhammadiyah jangan sampai berkecil hati, semakin hari harus semakin baik dalam bertindak menuruti perintah Allah, jangan sampai kegiatan tahun yang akan dijalankan kalah baik dengan tahun yang telah dijalani karena kalau terjadi demikian itu namanya mundur.

Sama saja dapat dikatakan mundur. Jangan sampai merasa suka kalau dipuji orang, dan jangan berkecil hati kalau dicela orang, karena yang menetapkan buruk dan baik itu hanyalah Gusti Allah sendiri. Tetapi celaan dan pujian itu harus diambil pelajarannya. Terlebih lagi kritik atau celaan yang menjelek-jelekkan.

Dalam keadaan yang seperti ini, Pembimbing Muhammadiyah yang paling besar, yaitu KH Ahmad Dahlan semakin parah sakitnya sampai akhirnya wafat. Muhammadiyah merasakan kehilangan yang sangat besar. Untungnya putra-putra Kyai H Ahmad Dahlan itu sudah pada dewasa bisa diserahi Muhammadiyah. Terlebih lagi apakah kita semua tidak berniat untuk bertindak sendiri dan hanya dibimbing saja. Susah kalau seperti itu.

Akhirnya pertanyaan Kiai Ibrahim pada warga Muhammadiyah, “Apakah kemajuan anda semua ini karena Kyai H Ahmad Dahlan ataukah karena Allah. Kalau karena Kyai H Ahmad Dahlan, sekarang ini Kyai H Ahmad Dahlan sudah wafat, sudah diambil kembali oleh yang punya. Tetapi kalau kemajuan anda semua karena Allah, Allah gesang salaminipun (Allah hidup selamanya), serta pasti akan menolong umatnya yang menjalankan perintah-Nya dan sesuai kehendak-Nya”.

Di akhir pidatonya, Kiai Ibrahim mengingatkan pada semuanya saja serta pada saya sendiri: “Agama Islam itu agama yang mengajak persatuan, tidak mengajak berpisah-pisah. Apalagi orang Islam itu seharusnya menjadi satu. Melihat kejadian akhir-akhir ini, sepertinya persatuan orang Islam sudah bisa diharapkan. Tidak hanya setanah Jawa atau se Hindia tetapi se….jagad”.

Perkembangan yang menonjol pada masa kepemimpinan Kiai Ibrahim, antara lain adalah didirikannya Fonds Dachlan (1924), yakni lembaga yang bertujuan untuk mengumpulkan beasiswa bagi anak-anak orang miskin.

Kiai Ibrahim melakukan perbaikan badan perkawinan untuk menjodohkan puta-putri keluarga Muhammadiyah yang sudah masanya menikah; khitanan massal dan lain-lain.

Muktamar Muhammadiyah di Surabaya tahun 1925, menghasilkan keputusan penting, antara lain penyelenggaraan shalat Idul Fitri dan Idul Adha di lapangan, penggunaan tahun Hijriyah dalam surat menyurat dan adminsitrasi Muhammadiyah. (Imron Nasri)

 
Berita Terpopuler