BNPB Imbau Warga Tetap Waspada Kemungkinan Gempa Susulan

Gempa susulan signifikan dapat memicu longsoran landslide dan runtuhan batu rockfall.

Antara/Akbar Tado
Sejumlah warga mengungsi di dataran tinggi di Mamuju Sulawesi Barat, Kamis (15/1/2021). Untuk menghindari terjadinya gempa bumi susulan sebagian warga mencari tempat pengungsian tinggi dan aman.
Red: Andi Nur Aminah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengimbau masyarakat tetap tenang dan waspada terhadap kemungkinan gempa susulan di Sulawesi Barat. "Masyarakat diimbau tetap tenang dan waspada terhadap kemungkinan gempa susulan yang kekuatannya signifikan," kata Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Jumat (15/1).

Baca Juga

Ia menambahkan, gempa susulan signifikan dapat memicu adanya longsoran landslide dan runtuhan batu rockfall. Sehingga, masyarakat di kawasan perbukitan dengan tebing curam perlu waspada.

Ia menyampaikan, belajar dari sejarah bahwa pesisir Majene, Sulawesi Barat, pernah dilanda gelombang tsunami yang dipicu adanya gempa bumi seperti pada 1969. Maka, masyarakat khususnya yang berada di wilayah pantai atau pesisir agar waspada. Apabila merasakan gempa bumi kuat diimbau segera menjauhi pantai.

"Untuk terus meningkatkan kewaspadaan, masyarakat juga diminta agar tidak mudah percaya dengan segala informasi yang belum jelas sumbernya," katanya.

Ia menambahkan, masyarakat juga diimbau untuk tidak percaya berita bohong atau hoaks mengenai prediksi dan ramalan gempa bumi yang akan terjadi dengan kekuatan lebih besar dan akan terjadi tsunami.

Sementara itu, hasil analisis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan bahwa gempa bumi tektonik yang mengguncang wilayah Majene, Sulawesi Barat, merupakan jenis gempa kerak dangkal atau shallow crustal earthquake. Gempa ini diakibatkan adanya aktivitas sesar aktif.

Adapun hasil analisis itu didapatkan dengan memperhatikan lokasi pusat gempa atau episentrum dan kedalaman hiposentrumnya. Baik gempa signifikan pertama maupun yang kedua.

"Baik gempa signifikan pertama dan kedua yang terjadi merupakan jenis gempa kerak dangkal," papar BMKG.

 

Sebagaimana informasi sebelumnya, gempa bumi yang pertama sebagai pembuka atau foreshock dilaporkan terjadi pada Kamis (14/1) pukul 13.35 WIB dengan magnitudo 5,9 pada episentrum 2,99 LS dan 118,89 BT atau di darat pada jarak empat kilometer (km) arah Barat Laut Majene, Sulawesi Barat, kedalaman 10 km. Selanjutnya, gempa yang kedua atau mainshock terjadi pada Jumat (15/1) pukul 01.28 WIB dini hari dengan magnitudo 6,2. Adapun episentrumnya 2,98 LS dan 118,94 BT atau di darat pada jarak enam km arah Timur Laut Majene, Sulawesi Barat, kedalaman 10 km. "Diduga kuat pemicu gempa ini adalah Sesar Naik Mamuju," ucap BMKG.

Hal itu dibuktikan dari hasil analisis mekanisme sumber yang menunjukkan bahwa gempa memiliki mekanisme pergerakan naik atau thurst fault. BMKG juga mengatakan bahwa mekanisme sesar naik ini mirip dengan pembangkit gempa Lombok yang terjadi pada 2018 yang mana bidang sesar membentuk kemiringan bidang sesar ke daratan.

Lebih lanjut, mengenai Sesar Naik Mamuju, BMKG mengatakan bahwa hal itu memiliki magnitudo dengan target mencapai 7,0 dengan laju geser sesar adalah dua milimeter (mm) per tahun. Sehingga, sesar aktif ini harus diwaspadai karena mampu memicu gempa kuat.

 

 
Berita Terpopuler