Twitter Hapus Cicitan Khamenei Soal Vaksin Covid-19

Khamenei melarang impor vaksin Covid-19 dari AS dan Inggris.

EPA-EFE/HO HANDOUT
Twitter Hapus Cicitan Khamenei Soal Vaksin Covid-19. Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei berbicara selama pertemuan dengan pemerintah Iran mengenai krisis ekonomi di Teheran, Iran, 24 November 2020.
Rep: Ali Mansur Red: Ani Nursalikah

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Twitter menghapus cicitan Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei yang menyebut vaksin Covid-19 yang dibuat di AS dan Inggris dirancang mencemari orang, Jumat (8/1). Khamenei melarang impor vaksin Covid-19 dari AS dan Inggris dengan alasan dia tidak mempercayai kedua negara Barat tersebut.

 

"Impor vaksin Amerika dan Inggris dilarang ... Bukan tidak mungkin mereka ingin mencemari negara lain ... Vaksin Prancis juga tidak dapat dipercaya," kata Khamenei dalam sambutannya yang disiarkan di televisi pemerintah dan juga diposting di akun media sosialnya, dikutip dari Al Arabiya, Sabtu (9/1).

 

Twitter telah menghapus tweet di akun bahasa Inggris dan Arab Khamenei tentang vaksin yang dibuat di AS dan Inggris. Twitter mengatakan cicitan itu melanggar aturan platform media sosial. Tetapi cicitan yang sama tetap tersedia di akun Persia Khamenei.

 

Tidak lama setelah pidato Khamenei, Masyarakat Bulan Sabit Merah Iran membatalkan pengiriman 150 ribu dosis vaksin Pfizer-BioNTech Covid-19 yang telah disumbangkan oleh dermawan AS. Masyarakat Bulan Sabit Merah akan bertindak atas kata-kata pemimpin tertinggi Iran tersebut, termasuk terkait termasuk impor vaksin Covid-19. 

 

 

"Iran malah akan mengimpor vaksin dari negara-negara non-Barat - mungkin Rusia, China atau India," kata juru bicara Masyarakat Bulan Sabit Merah, Mohammad-Hassan Ghosiyan.

Larangan Khamenei atas impor vaksin dari AS dan Inggris memicu kritik di kalangan warga Iran secara online. Kritik itu mengatakan pemimpin tertinggi tidak memiliki keahlian untuk memiliki keputusan akhir tentang masalah tersebut. Warga Iran baru-baru ini meluncurkan kampanye online yang mendesak otoritas negara tidak menunda pembelian vaksin dari luar negeri.

 

Menurut Kementerian Kesehatan, virus corona telah membunuh hampir 55 ribu dari lebih dari 1,2 juta orang yang terinfeksi di Iran.

 
Berita Terpopuler