Harga Pangan Melonjak, Turki Berupaya Keras Tekan Inflasi

Inflasi tahunan Turki diperkirakan menjadi 14,2 persen

AP
Bendera Turki di jembatan Martir, Turki
Rep: Fergi Nadira Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Data resmi pemerintah Turki yang dirilis Senin (4/1) waktu setempat menunjukkan, bahwa harga konsumen Turki naik tipis dari yang diharapkan karena biaya makanan melonjak pada Desember. Oleh karenanya, Kementerian Keuangan Turki mengatakan, negara akan mengambil sikap yang menentukan dalam perang melawan inflasi.

Data Institut Statistik Turki (TurkStat) menunjukkan bahwa inflasi tahunan naik menjadi 14,6 persen dari 14 persen pada November. Angka itu menjaga tekanan pada bank sentral untuk mempertahankan kebijakan moneter yang ketat bahkan setelah menaikkan suku bunga secara tajam pada akhir tahun 2020.

TurkStat mencatat, month-on-month harga konsumen naik 1,25 persen pada Desember, yang di atas ekspektasi pasar. "Kami akan mengambil sikap tegas dalam memerangi inflasi dengan pendekatan holistik," kata Menteri Keuangan Turki Lutfi Elvan di Twitter seperti dikutip laman Daily Sabah, Selasa (5/1).

"Kami akan mendukung kebijakan moneter dengan langkah-langkah yang diambil dalam dimensi struktural. Tahun 2021 akan menjadi tahun reformasi yang berfokus pada stabilitas makroekonomi," ujarnya menambahkan.

Dalam jajak pendapat Reuters, para ekonom memperkirakan inflasi tahunan Turki akan menjadi 14,2 persen bulan lalu. Dibandingkan dengan November ketika melonjak menjadi 14,03 persen. Jajak pendapat tersebut mengharapkan kenaikan bulanan 0,9 persen.

Sementara, survei Bloomberg juga memperkirakan inflasi tahunan sebanyak 14,2 persen. Sebanyak 19 ekonom yang disurvei oleh Anadolu Agency (AA) pada pekan lalu memproyeksikan angka tersebut naik menjadi 14,34 persen.

Baca Juga

Inflasi dan mata uang Turki, lira yang lemah mendorong Bank Sentral Republik Turki (CBRT) untuk membalikkan siklus pelonggaran pada pertengahan 2020. Di bawah gubernur barunya, Naci Agbal, bank sentral telah menaikkan suku bunga 675 poin sejak November saja, menjadi 17 persen. Agbal berjanji untuk memperketat kebijakan jika diperlukan untuk menjaga harga tetap terkendali.

Sementara itu, Elvan mengatakan, bahwa pada periode ini, atau ketika kebijakan moneter difokuskan pada inflasi, maka kebutuhan dukungan tambahan yang dapat dibawa oleh kondisi pandemi akan diberikan melalui kebijakan keuangan publik yang selektif dan tepat sasaran. "Kami juga akan mengambil langkah-langkah untuk memastikan struktur disiplin fiskal yang berkualitas dan stabil," ujarnya.

Sementara, lira telah menguat dalam dua bulan terakhir, para analis mengatakan kenaikan harga impor sebelumnya terus mengangkat inflasi yang lebih luas. Kepala ekonom Sekerbank, Gulat Elif Yildirim mengatakan, makanan dan valas membebani data. Menurutnya, inflasi makanan dapat terus menjadi indikator inflasi terpenting pada 2021.

"Pertarungan struktural melawan inflasi diperlukan, terutama dalam harga pangan, daripada kenaikan suku bunga," katanya kepada Reuters. Dia tidak mengharapkan kenaikan suku bunga lagi bulan ini.

Kenaikan harga tahunan tertinggi terjadi pada aneka barang dan jasa sebesar 28,12 persen. Makanan dan minuman non-alkohol, serta harga transportasi, keduanya naik lebih dari 20 persen year-on-year pada bulan lalu. Cuaca kering berperan dalam peningkatan biaya pertanian dan produksi.

Di sisi lain, kelompok sandang dan alas kaki mengalami inflasi negatif dengan minus 0,32 persen. Secara bulanan, kenaikan tertinggi terjadi pada kelompok perabot dan perlengkapan rumah tangga sebesar 3,46 persen, sedangkan penurunan terbesar terjadi pada kelompok sandang dan alas kaki sebesar 3,18 persen.

Indeks harga produsen secara terpisah naik 2,36 persen month-on-month di bulan Desember, dengan kenaikan tahunan sebesar 25,15 persen. Pada 2021 ini, kebijakan akan tetap ketat untuk menurunkan inflasi dengan cara bertahan lama dan mencapai target 5 persen pada 2023.

 
Berita Terpopuler