Ilmuwan Oxford Ulas Efektivitas Vaksin Lawan Corona Afrika

Varian baru virus corona dari Afrika Selatan disebut lebih menular.

AP
Vaksin Covid-19 (ilustrasi).
Rep: Gumanti Awaliyah Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ilmuwan dari University of Oxford, Sir John Bell mengatakan bahwa strain (galur) baru virus corona Afrika Selatan menular lebih cepat daripada strain baru di Inggris. Ia juga menyebut masih ada tanda tanya besar mengenai kemampuan vaksin Covid-19 melawan varian baru corona tersebut.

"Mutasi virus yang muncul di Afrika Selatan benar-benar memiliki perubahan substansial dalam struktur protein," kata John Bell kepada Times Radio, dikutip The Sun pada Senin (4/1).

Baca Juga

Bell menyebut, mungkin vaksin yang ada saat ini tidak bisa mematikan strain baru sepenuhnya. Bisa jadi, strain baru ini masih akan memiliki efek residu.

"Mungkin butuh satu bulan, atau enam pekan, untuk mendapatkan vaksin. Jadi mohon semua orang tetap tenang. Ini akan baik-baik saja,” kata dia.

Di sisi lain, Sir John memperingatkan bahwa umat manusia bisa terjebak dalam permainan "kejar-kejaran" saat varian baru meluas. Strain baru, bernama 501.V2, ditemukan tepat sebelum Natal 2020 di Inggris.

Varian baru tersebu dianggap tidak lebih mematikan dari Covid-19 yang diketahui saat ini. Kendati begitu, strain baru yang sangat menular ini bertanggung jawab atas lonjakan kasus corona pada gelombang kedua pandemi di Afrika Selatan, dengan satu juta kasus pekan lalu.

Profesor Lawrence Young, ahli onkologi molekuler di University of Warwick, menilai bahwa dua kasus galur baru corona tersebut hanyalah "puncak gunung es". Artinya, kasus itu hanyalah puncak gunung yang terlihat, sementara di bawahnya masih terdapat begitu banyak es sebagai dasarnya.

“Jika jenis ini menyebar cepat seperti yang ditunjukkan oleh data dari Afrika Selatan, maka saya kira beberapa kasus baru-baru ini mungkin hanya puncak gunung es, saya kira,” kata Young.

 
Berita Terpopuler