Risiko Penundaan Dosis Kedua Vaksin Covid-19

Penundaan dosis kedua vaksin Covid-19 bisa picu masalah besar.

AP/Steve Parsons/PA Pool
Selebritas asal Inggris Lionel Blair, 92, menerima vaksin Covid-19 Pfizer-BioNtech di pusat vaksin NHS yang didirikan di lapangan pacuan kuda di Epsom, Inggris, Rabu 16 Desember 2020. Jadwal pemberian dosis kedua vaksin di Inggris bergeser akibat aturan baru dari Pemerintah.
Rep: Idealisa Masyrafina Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Regulator Inggris telah menyetujui rejimen dosis baru menyusul persetujuan vaksin Oxford. Aturan terbaru itu bertujuan untuk mempercepat vaksinasi massal.

Para ahli yang menasihati Pemerintah Inggris, termasuk Komite Bersama untuk Vaksinasi dan Imunisasi (JCVI), mengatakan bahwa fokusnya haruslah segera memberikan dosis pertama vaksin bagi orang-orang yang berisiko daripada menyediakan dua dosis yang diperlukan dalam waktu secepat mungkin.

Baca Juga

Ini berarti dosis kedua dari vaksin Oxford-AstraZeneca dan Pfizer-BioNTech akan diberikan 12 pekan dari yang pertama, dilansir The Sun, Senin (4/1). Menteri Kesehatan Matt Hancock menjelaskan bahwa data dari Oxford yang menunjukkan perlindungan yang sangat efektif dari dosis pertama.

Di lain sisi, dokter telah memperingatkan perubahan ini akan memengaruhi puluhan ribu pasien lanjut usia dan pasien rentan. Banyak dari mereka yang akan mendapatkan dosis kedua dari vaksin Pfizer dalam beberapa hari dan pekan mendatang, terpaksa membuat janji ulang untuk vaksinasi.

Itu terjadi ketika Pemerintah Inggris mengungkapkan lebih dari 940 ribu orang di Inggris telah menerima vaksin Covid-19 pada 27 Desember 2020. Sebanyak 944.539 orang diberi dosis pertama antara tanggal 9 dan 27 Desember, termasuk 786 ribu di Inggris, 92.188 di Skotlandia, 35.335 di Wales, dan 31.016 di Irlandia Utara.

Di antara mereka yang mendapatkan dosis kedua pekan ini adalah orang Inggris pertama yang mendapatkan suntikan vaksin Pfizer, Margaret Keenan, yang berusia 91 tahun. Ketua Komite Dokter Umum British Medical Association (BMA), Dr Richard Vautrey, mengatakan bahwa sangat tidak adil bagi puluhan ribu pasien yang paling berisiko untuk mencoba membuat jadwal ulang untuk bisa divaksinasi.

"Keputusan untuk meminta dokter, dalam waktu sesingkat itu, untuk membuat janji temu ulang bagi pasien dalam tiga bulan dari sekarang, juga akan menyebabkan masalah logistik yang sangat besar di hampir semua tempat dan praktik vaksinasi," jelas Dr Vautrey.

Untuk melakukan kontak, bahkan dengan dua ribu pasien lanjut usia atau rentan, menurut Dr Vautrey, akan membutuhkan tim yang terdiri dari lima staf di tempat praktik sekitar sepekan. Itu tidak dapat dilakukan.

Dr Vautrey mengatakan, BMA akan mendukung praktik yang menghormati perjanjian yang ada dengan masyarakat terdaftar untuk vaksinasi lanjutan. BMA menyerukan Pemerintah untuk melakukan hal yang sama.

"Pemerintah harus melihat bahwa adalah benar bahwa pemesanan yang ada untuk anggota tertua dan paling rentan dari masyarakat kita dihormati, dan juga harus secepat mungkin menerbitkan alasan ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan untuk pendekatan barunya," jelasnya.

Asosiasi Dokter telah menulis kepada Menteri Kesehatan Matt Hancock dan JCVI yang menguraikan kekhawatiran mereka hari ini. Dalam sebuah cuitan, mereka mengatakan memiliki keprihatinan yang nyata dan serius tentang perubahan mendadak pada rezim vaksin Pfizer.

"Ini merusak proses persetujuan sekaligus sama sekali gagal mengikuti ilmu pengetahuan," kata Asosiasi Dokter.

Namun, Hancock mengatakan, proses baru itu akan memungkinkan lebih banyak orang untuk mendapatkan vaksin lebih cepat dan membantu negara keluar dari pandemi pada musim semi.

"Ini berita yang sangat baik untuk mempercepat peluncuran vaksin. Ini membawa hari kita bisa mendapatkan hidup kita kembali normal." kata Hancock.

Kesenjangan 12 pekan dalam rejimen pemberian dosis, menurut Hancock, penting karena itu berarti bahwa mereka dapat memberikan dosis pertama ke lebih banyak orang dengan lebih cepat dan mereka dapat memperoleh perlindungan dari dosis pertama yang diberikan kepada Anda.

Apalagi para ilmuwan dan regulator telah melihat data dan menemukan bahwa masyarakat telah mendapatkan apa yang mereka sebut 'perlindungan yang sangat efektif' dari dosis pertama.

"Dosis kedua masih penting, terutama untuk perlindungan jangka panjang, tetapi itu berarti bahwa kita akan dapat memvaksinasi lebih banyak orang lebih cepat daripada sebelumnya," ujarnya.

 
Berita Terpopuler