Inggris Resmi Akhiri Perjalanan dengan Uni Eropa

Perpisahan terjadi 11 bulan setelah Inggris berada pada masa transisi yang tak pasti.

AP Photo/Virginia Mayo
Seorang warga mengibarkan bendera Inggris dan Uni Eropa
Rep: Adinda Pryanka Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Proses perpisahan yang panjang dan terkadang sengit antara Inggris dengan Uni Eropa (UE) akhirnya berakhir pada Kamis (31/12). Perpecahan ekonomi ini membuat UE lebih kecil dan Inggris lebih bebas, namun lebih terisolasi di dunia yang bergejolak.

Baca Juga

Seperti dilansir di AP News, Inggris meninggalkan pasar tunggal blok Eropa pada 11 malam waktu London, tengah malam di Brussel. Kebijakan ini menyelesaikan perubahan ekonomi tunggal terbesar yang dialami negara tersebut sejak Perang Dunia II.

Kesepakatan perdagangan Inggris-UE yang berbeda akan membawa pembaruan terhadap pembatasan dan birokrasi. Tapi, bagi pendukung Brexit Inggris, ini berarti merebut kembali kemerdekaan nasional dari UE dan segala peraturannya.

Perdana Menteri Boris Johnson menyebutkan, perpisahan dengan UE merupakan momentum luar biasa bagi Inggris. "Kami memiliki kebebasan di tangan kami dan sekarang terserah kami untuk memanfaatkannya sebaik mungkin," tuturnya dalam video pesan Tahun Baru.

Perpisahan ini terjadi 11 bulan setelah Inggris berada pada masa transisi yang penuh dengan ketidakpastian. Kondisi keduanya seperti pasangan yang terpisah, namun masih hidup bersama, saling bertanya-tanya apakah mereka tetap bisa berteman. Kini, Inggris akhirnya resmi keluar.

Brexit menjadi hari yang ditunggu banyak orang sejak Inggris memberikan suara dalam referendum 2016 untuk meninggalkan UE. Tapi, realisasinya justru antiklimaks. Kebijakan lockdown Inggris untuk membatasi penyebaran virus corona membatasi pertemuan massal untuk merayakan maupun berduka atas momen Brexit, meski segelintir pendukung memutuskan bersulang di luar Parlemen ketika lonceng Big Ben berbunyi 11 kali.

Perjanjian perdagangan bebas antara Inggris dengan UE sudah disegel pada malam Natal. Keputusan diambil setelah melalui proses negosiasi menegangkan selama berbulan-bulan untuk memberikan kepastian bahwa Inggris dan 27 negara UE dapat terus membeli dan menjual barang tanpa tarif atau kuota.

Perdagangan bebas akan membantu melindungi 660 miliar pound (894 miliar dolar AS) dalam perdagangan tahunan antara kedua belah pihak dan ratusan ribu pekerjaan yang bergantung padanya.

Tapi, dunia usaha menghadapi tantangannya sendiri. Mereka harus menyiapkan banyak biaya dan dokumen baru, termasuk deklarasi bea cukai dan pemeriksaan perbatasan. Pedagang sedang berjuang untuk mencerna aturan baru yang diberlakukan melalui kesepakatan perdagangan 1.200 halaman.

 

Pelabuhan Dover di Selat Inggris serta rute penumpang dan kargo Eurotunnel juga bersiap untuk melakukan penundaan ketika langkah-langkah baru diberlakukan. Di sisi lain, pemerintah Inggris bersikeras, sistem perbatasan dan infrastruktur yang mereka butuhkan untuk mengimplementasikan Brexit sudah siap.

Youngs Transportation di Inggris harus menangguhkan layanannya ke UE hingga 11 Januari untuk memastikan seluruh persiapan selesai. "Kami perkirakan, butuh waktu seminggu atau lebih untuk terbiasa dengan sistem baru ini," kata pimpinan perusahaan, Rob Hollyman.

Bahkan, sektor jasa, yang merupakan 80 persen dari ekonomi Inggris, bahkan tidak tahu aturan bisnisnya dengan UE pada tahun ini. Banyak detail yang dinilai belum dituntaskan.

 

 

Ratusan juta individu di Inggris dan UE juga bersiap menghadapi perubahan dalam kehidupan sehari-hari mereka. Warga negara Inggris dan UE telah kehilangan hak otomatis untuk tinggal dan bekerja di wilayah lain. Mulai sekarang, mereka harus mengikuti aturan imigrasi dan mendapatkan visa kerja.

 
Berita Terpopuler