Menunggu Kelahiran Bank Syariah Indonesia

Bank Syariah Indonesia akan memiliki aset Rp 214,6 triliun dan modal inti Rp 20 T.

Antara/Dhemas Reviyanto
(dari kiri) Direktur Wholesales Banking PT Bank Syariah Mandiri Kusman Yandi, Ketua Project Management Office Integrasi dan Peningkatan Nilai Bank Syariah Hery Gunardi, Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo, Direktur Utama PT Bank BRIsyariah Tbk Ngatari dan Direktur Utama PT Bank BNI Syariah Abdullah Firman Wibowo berfoto bersama usai penandatanganan akta penggabungan tiga bank syariah milik Himbara di Jakarta, Rabu (16/12/2020). Penandatanganan akta penggabungan ini merupakan bagian dari proses merger tiga bank syariah milik Himbara.
Rep: Lida Puspaningtyas Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Syariah Indonesia Tbk akhirnya akan resmi dilahirkan pada 1 Februari 2021. Sebuah perjalanan panjang yang akhirnya berbuah juga. Mulai dari inisiasi hingga proses penggabungan tiga bank anak usaha Bank BUMN, butuh waktu setidaknya hampir 10 tahun.

Baca Juga

Rencana mendirikan bank syariah skala besar yang bisa bersaing dengan jejeran bank nasional sudah tertuang dalam Masterplan Arsitektur Keuangan Syariah Indonesia yang diluncurkan pada Desember 2015. Rencana tersebut kemudian berlanjut dalam Masterplan Ekonomi dan Keuangan Syariah Indonesia 2019-2024.

Proses rancangan Masterplan tersebut setidaknya memakan waktu hingga tiga tahunan. Penguatan bank syariah menjadi salah satu agenda utama. Bank harus bisa menyamai bank-bank BUKU IV yang sudah eksis, bisa mengelola APBN, hingga menjadi bank operasional untuk gaji-gaji ASN.

Sejak 2015, wacana ini hanya bergulir tanpa kejelasan realisasi. Hingga pada Maret 2020, Menteri BUMN Erick Thohir secara mengejutkan menunjuk Hery Gunardi, yang saat itu menjadi Wakil Direktur Bank Mandiri, sebagai Ketua Project Management Office merger tiga bank syariah milik BUMN.

 

Penunjukkan Hery bukan tanpa alasan. Ia punya latar belakang dan pengalaman mengawal proses merger saat pembentukan Bank Mandiri pada tahun 1998-1999 silam.

“Saya ditunjuk sejak bulan Maret, saat itu masih bisa disambi, tapi kemudian berbagai proses yang banyak jadi tidak bisa disambi lagi,” katanya dalam suatu kesempatan diskusi virtual.

Hery kemudian menjabat posisi Direktur Utama PT Bank Mandiri Syariah menggantikan Tony EB Subari yang ditunjuk sebagai Direktur Operasional di perusahaan induk, Bank Mandiri. Hery resmi akan menjadi Presiden Direktur Utama Bank Syariah Indonesia setelah penunjukkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) Bank BRI Syariah pada 15 Desember 2020.

Direktur Utama PT Bank Syariah Mandiri Toni EB Subari (kiri) bersama Direktur Utama PT Bank BRIsyariah Tbk Ngatari (tengah) dan Direktur Utama PT Bank BNI Syariah Abdullah Firman Wibowo (kanan) menunjukkan berkas usai menandatangani Rancangan Penggabungan Bank Syariah di Jakarta, Selasa (20/10/2020). PT Bank BRIsyariah Tbk, PT Bank Syariah Mandiri dan PT Bank BNI Syariah telah mempublikasikan Ringkasan Rancangan Penggabungan Usaha (merger) yang mencakup penjelasan mengenai visi, misi dan strategi bisnis bank hasil penggabungan yang merupakan bagian dari tahapan rencana penggabungan ketiga bank syariah milik negara. - (ANTARA/Dhemas Reviyanto)

BRI Syariah menjadi perusahaan cangkang yang menerima penggabungan dua bank lain, Mandiri Syariah dan BNI Syariah, karena statusnya yang merupakan perusahaan terbuka. BSI nanti akan menjadi perusahaan publik dengan kode emiten BRIS meski porsi saham public menyusut jadi 4,4 persen.

Tahun 2020, semua proses penggabungan dikebut. Direktur BRIsyariah, Ngatari yang akan jadi Wakil Presiden Direktur BSI menjanjikan semua sarana pelayanan akan beroperasi normal seperti biasanya. Masing-masing perusahaan juga masih menjalankan bisnis sesuai RBB 2020.

Sehingga sejumlah program dan acara masing-masing masih berjalan. Proses integrasi akan dilakukan pada 1 Februari 2021 saat legal merger. Nasabah tiga bank disebut tidak akan merasakan banyak perubahan kecuali dari sisi tampilan.

“Tentu nanti akan ada perubahan atmosfer, kami redesain kembali menjadi lebih inklusif, produk-produk dipilih yang terbaik,” kata Hery.

 

Tiga bank akan berganti logo, cabang-cabang yang berdekatan direlokasi, produk layanan perbankan akan jadi lebih banyak dan variatif. BSI menjanjikan tidak ada pemutusan kerja dan akan menjaring talenta internal untuk posisi-posisi yang sebelumnya belum ada.

Masih belum dijelaskan berapa lama proses integrasi akan berjalan. Namun BSI sudah punya rencana bisnis untuk 2021. Direktur BNI Syariah yang juga akan menjabat Wakil Presiden Direktur BSI, Abdullah Firman Wibowo mengatakan fokus bisnis 2021 akan menggabungkan keunggulan tiga bank.

Di segmen ritel, BSI akan memiliki ragam solusi keuangan dalam ekosistem Islami seperti terkait keperluan ibadah haji dan umrah, zakat, infak, sedekah, wakaf (ZISWAF), produk layanan berbasis emas, pendidikan, kesehatan, remitansi internasional, dan layanan dan solusi keuangan lainnya yang berlandaskan prinsip syariah yang didukung oleh kualitas digital banking dan layanan kelas dunia.

Di segmen korporasi dan wholesale, BSI akan memiliki kemampuan untuk masuk ke dalam sektor-sektor industri yang belum terpenetrasi maksimal oleh perbankan Syariah. Selain itu, bank akan dapat turut membiayai proyek-proyek infrastruktur yang berskala besar dan sejalan dengan rencana Pemerintah dalam pembangunan infrastruktur di Indonesia.

“Di samping itu, BSI akan menyasar investor global lewat produk-produk Syariah yang kompetitif dan inovatif,” katanya.

Di segmen UKM dan Mikro, BSI akan terus memberikan dukungan kepada para pelaku UMKM melalui produk dan layanan keuangan Syariah yang sesuai dengan kebutuhan UMKM baik secara langsung maupun melalui sinergi dengan bank-bank Himbara dan Pemerintah Indonesia.

BSI akan mencapai total aset Rp 214,6 triliun dengan modal inti lebih dari Rp 20,4 triliun. Bank didukung dengan keberadaan lebih dari 1.200 cabang, 1.700 jaringan ATM, serta didukung 20 ribu lebih karyawan di seluruh Indonesia.

 

Komposisi pemegang saham pada Bank Hasil Penggabungan adalah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) 51,2 persen, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BNI) 25,0 persen, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) 17,4 persen, DPLK BRI - Saham Syariah dua persen dan publik 4,4 persen. 

 
Berita Terpopuler