Pandemi Covid-19 Hingga Pemilu AS Warnai IHSG Sepanjang 2020

Secara year to date, IHSG masih terkoreksi 5,09 persen.

Dhemas Reviyanto/ANTARA
Sepanjang 2020, IHSG terkoreksi 5,09 persen ke level 5.979.
Rep: Retno Wulandhari Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketidakpastian perekonomian dunia akibat pandemi Covid-19 mewarnai pergerakan pasar saham domestik sepanjang 2020. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sempat tembus di atas level 6.300 pada awal tahun bahkan anjlok hingga level 3.900 seiring penyebaran virus tersebut di dalam negeri. 

Baca Juga

Kejatuhan IHSG ditandai dengan diumumkannya kasus positif pertama Covid-19 di Indonesia pada 2 Maret 2020. IHSG kemudian jatuh secara bertahap dan menyentuh level terendahnya di posisi 3.911 pada 24 Maret 2020. Kondisi ini diperparah dengan sentimen global terutama hubungan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Cina. 

Meski secara year to date (ytd) IHSG masih terkoreksi 5,09 persen, bursa saham Indonesia perlahan mulai menunjukkan perbaikan. Kondisi indeks mulai membaik seiring diluncurkannya berbagai program pemulihan ekonomi nasional yang disertai upaya-upaya pengembangan vaksin. 

Direktur Utama PT BRI Danareksa Sekuritas Friderica Widyasari Dewi mengatakan perkembangan vaksin Covid-19 menjadi sentimen positif bagi pasar saham. "Harapan terhadap vaksin semakin meningkatkan confidence masyarakat dalam berinvestasi di pasar modal," kata Friderica belum lama ini. 

Untuk pertama kalinya IHSG kembali menyentuh level 5.000 pada awal Juni 2020 dan terus berlanjut hingga kembali ke level 6.000 pada pertengahan Desember 2020 meskipun pada akhir perdagangan Rabu (30/12) ditutup di level 5.979. Menurut Friderica, perbaikan indeks ini didorong oleh optimisme pemulihan ekonomi dan perkembangan vaksin covid-19.

 

Selain itu, kemenangan Joe Biden atas Donald Trump dalam pemilihan presiden AS juga dinilai berdampak positif bagi pasar saham. Sentimen eksternal tersebut membuat IHSG bertahan di zona hijau meski Indonesia resmi dinyatakan resesi setelah pertumbuhan ekonomi mengalami kontraksi dua kuartal berturut-turut. 

Kepala riset Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Hariyanto Wijaya memproyeksi IHSG akan melanjutkan pemulihannya hingga akhir tahun 2020. "Sesuai view kita, walau Indonesia dalam resesi, IHSG polanya recover," kata Hariyanto. 

Haryanto mengatakan kemenangan Biden ini akan berdampak positif bagi Indonesia terutama di sektor tambang. Dalam kampanyenya, Biden mengusung penggunaan energi bersih atau green energy. Menurut Hariyanto, ini akan berdampak terhadap peningkatan pemanfaatan energi terbarukan. 

Salah satu komoditas yang akan mengalami kenaikan permintaan yaitu nikel. "Dengan green energy, Biden akan membutuhkan nikel untuk keperluan teknologi baterai, Indonesia sendiri merupakan negara dengan produksi nikel terbesar dunia," ujar Hariyanto. 

 

Selain itu, kata Hariyanto, harga komoditas juga akan cenderung naik seiring dengan melemahnya nilai tukar dolar AS akibat Biden Effect. Beberapa faktor tersebut dinilai akan sangat menguntungkan emiten komoditas dan memberikan dorongan yang positif bagi pergerakan IHSG.

 
Berita Terpopuler