Senyuman Bisa Kurangi Rasa Sakit Saat Disuntik

Buat yang takut jarum suntik, cobalah tersenyum saat diimunisasi.

google.com
Vaksinasi Covid-19 di Moskow. Peneliti dari University of California menyebut senyuman dapat menumpulkan respons fisiologis terkait jarum yang membuat stres dengan menurunkan detak jantung.
Rep: Idealisa Masyrafina Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mungkinkah senyuman yang tulus menjadi kunci agar vaksinasi tidak terasa terlalu menyakitkan? Peneliti dari University of California, Irvine, mengiyakan.

Senyuman yang tulus, yang memunculkan sudut mulut dan menciptakan kerutan di sekitar mata, dapat mengurangi rasa sakit akibat suntikan jarum hingga 40 persen. Menurut para peneliti, ini juga menumpulkan respons fisiologis terkait jarum yang membuat stres dengan menurunkan detak jantung.

Anehnya, seringai juga menciptakan tanggapan yang sama. Namun, wajah yang datar tidak akan mendapatkan tanggapan serupa.

Peneliti Sarah Pressman, seorang profesor ilmu psikologi, menjelaskan bahwa saat menghadapi kesusahan atau kesenangan, manusia membuat ekspresi wajah yang sangat mirip yang melibatkan aktivasi otot mata, mengangkat pipi, dan membuka gigi.

"Kami menemukan bahwa gerakan ini, sebagai lawan dari ekspresi netral, bermanfaat dalam mengurangi ketidaknyamanan dan stres," kata Pressman dilansir WebMD, Senin (7/12).

Penelitian ini mungkin dapat langsung dipraktikkan masyarakat saat vaksin Covid-19 bergulir. Studi ini melibatkan 231 orang yang melaporkan tingkat rasa sakit, emosi dan kesusahan mereka ketika disuntik dengan larutan garam menggunakan jarum ukuran 25, yang merupakan jenis yang biasanya digunakan dengan suntikan flu.

Peserta diminta untuk mengungkapkan senyuman tulus, senyuman palsu, seringai, atau ekspresi netral. Mereka yang tetap tersenyum atau menyeringai mengatakan kepada peneliti bahwa suntikan itu hanya menyakitkan sekitar setengah dari kelompok netral.

Menurut Pressman, studi ini menunjukkan metode sederhana, gratis dan bermakna secara klinis untuk membuat suntikan jarum tidak terlalu buruk.
Penemuan tersebut dipublikasikan secara online di jurnal Emotion.

"Mengingat banyaknya situasi kecemasan dan pemicu rasa sakit yang ditemukan dalam praktik medis, kami berharap pemahaman tentang bagaimana dan kapan tersenyum dan meringis membantu mengembangkan strategi pengurangan rasa sakit yang efektif yang menghasilkan pengalaman pasien yang lebih baik."tuturnya.

Baca Juga

 
Berita Terpopuler