Apakah Ada Nabi Perempuan?

Perempuan dan laki-laki memiliki kapasitas yang sama menjadi ulama dan cendekiawan.

Mgrol120
Apakah Ada Nabi Perempuan?. Ilustrasi
Rep: Meiliza Laveda Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mayoritas ulama adalah laki-laki. Namun, apakah ada juga ulama perempuan? Perempuan dan laki-laki memiliki kapasitas yang sama untuk menjadi ulama dan cendekiawan.

Baca Juga

Dalam beberapa sumber Islam, ada beberapa nama perempuan yang menjadi ulama atau bahkan layak disebut nabi. Dijelaskan dalam buku Perempuan Ulama di Atas Panggung Sejarah oleh K.H. Husein Muhammad, ahli tafsir besar Imam Al-Qurthubi mengatakan menurut pendapat shahih, Sayyidah Maryam adalah nabi perempuan karena Tuhan menurunkan wahyu kepadanya seperti kepada nabi-nabi lain.

Imam Al-Qurthubi wafat pada tahun 671 H, mengambil pandangan tersebut berdasarkan firman Allah surat Ali-Imran ayat 42 berbunyi

وَاِذْ قَالَتِ الْمَلٰۤىِٕكَةُ يٰمَرْيَمُ اِنَّ اللّٰهَ اصْطَفٰىكِ وَطَهَّرَكِ وَاصْطَفٰىكِ عَلٰى نِسَاۤءِ الْعٰلَمِيْنَ

"Wa iz qalatil-mala'ikatu ya maryamu innallahasṭafaki wa tahharaki wasṭafaki 'ala nisa'il-'alamin."

Artinya: “Dan (ingatlah) ketika para Malaikat (Jibril) berkata, “Wahai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, menyucikan kamu, dan melebihkan kamu di atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu).”

Mayoritas besar ulama memang tidak mengakui Maryam sebagai nabi. Namun, mereka mengakui ada tokoh-tokoh besar perempuan yang menjadi teladan bagi masyarakat.

 

Seorang tokoh utama Islam, Imam Abu Al-Hasan Al-Asy’ari mengatakan tidak ada seorang perempuan yang menjadi nabi, melainkan “ash-shiddiqah”, yakni perempuan-perempuan yang jujur dan tepercaya. Sementara dalam kitab Al-Asybah wa an-Nazhair, pada bab Al-Qaul fi Ahkam al-Untsa, Imam Jalaludin As-Suyuthi menyatakan para ulama berbeda pendapat mengenai perihal perempuan sebagai nabi.

Di antara mereka, ada yang berpendapat Sayyidah Maryam adalah nabi. Kemudian, dikatakan dalam kitab tersebut, “Imam Taqiyuddin as-Subki, dalam kitab Al-Halbiyyat mengatakan, ‘Kenabian Maryam ini mendapat dasar legitimasi dari ayat suci Alquran (surat Maryam). Nama Sayyidah Maryam disebut bersama-sama para nabi. Hal ini menjadi indikasi ia adalah nabi. Sementara, kenabian perempuan lainnya diperdebatkan, seperti Ummi Musa (ibunda Nabi Musa), Sayyidah Asiyah (istri Fir’aun), Sayyidah Hawa, dan Sayyidah Sarah (istri Nabi Ibrahim). Menurut pandangan kami, semuanya bukanlah nabi.”

Sedangkan dalam buku Fath Al-Mun’im; Syarah Shahih Muslim, Dr. Musa Syahin Lasyin mengatakan, “Dikutip dari Imam Al-Asy’ari bahwa di antara kaum perempuan, ada sejumah nabi. Ibnu Hazm menyebut hanya enam: Hawa, Sarah, Hajar, Ummi Musa, Asiyah, dan Maryam. Dan, ia mengutip mengenai ini dari mayoritas ahli fiqh. Al-Qurthubi mengatakan, ‘Yang benar ialah Maryam adalah nabi.’ Iyadh mengatakan pendapat sebaliknya. Al-Hasan berpendapat, ‘Tidak ada seorang perempuan pun yang menjadi nabi. Tidak juga dari golongan jin.’”

Dari perdebatan ulama di atas, Husein Muhammad dalam bukunya mengatakan tampak jelas para perempuan tersebut adalah ulama dengan seluruh maknanya yang terhormat. Intelektualitas dan kepribadian perempuan sangat mengungguli kebanyakan laki-laki.

 

Dari sejaran peradaban Islam sejak masa Rasulullah SAW sampai hari ini memperlihatkan tentang keulamaan dan aktivitas sosial perempuan yang mencakup ekonomi, budaya, dan politik. Sama halnya dengan laki-laki, perempuan terbukti mampu bekerja dan berjuang memakmurkan kehidupan.

 
Berita Terpopuler