Ancaman Teror di Benua Hitam, Mozambik-Tanzania Waspada

Mozambik dan Tanzania sepakat lawan bersama teror Al-Shabaab

EPA/FACUNDO ARRIZABALAGA
Mozambik dan Tanzania sepakat lawan bersama teror Al-Shabaab. Peta Zambia, Mozambique, Botswana, dan Zimbabwe yang berada di Benua Afrika.
Rep: Umar Mukhtar Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, DODOMA – Mozambik dan Tanzania akan bekerja sama untuk melakukan operasi bersama melawan kelompok teroris di sepanjang perbatasan bersama. Kerja sama ini dilakukan setelah ada pertemuan antara kepala polisi Tanzania dan mitranya dari Mozambik.

Baca Juga

Pekan lalu Kepala Polisi Tanzania Simon Nyakoro Sirro bertemu dengan mitranya dari Mozambik Bernadino Rafael di kota selatan Mtwara, sebuah wilayah yang berbatasan dengan Tanzania dan Mozambik, untuk membahas berbagai masalah keamanan. Fokusnya pada pemberontakan jihadis yang berkembang di Mozambik Utara dan di Tanzania Selatan.

Berbicara kepada media setelah pertemuan mereka, Sirro mengatakan, warga Tanzania harus tetap tenang. Kolaborasi antara dua pasukan polisi akan mengarah pada patroli bersama dan berbagi informasi intelijen. "Sejujurnya Anda tidak bisa membunuh orang dan tetap merasa aman dan bangga," kata dia dilansir di The Africa Report, Rabu (25/11).

"Mereka menipu diri sendiri. Warga Tanzania harus tenang, kami akan bekerja sama untuk memastikan bahwa kami menemukan penjahat di perbatasan dan menangani mereka," sambung Sirro.

Sementara itu, mitranya dari Mozambik, Rafael, mengimbau warga yang tinggal di daerah perbatasan untuk melaporkan tanda-tanda ketidakamanan. Mereka berencana untuk melakukan operasi bersama termasuk bertukar informasi untuk mencari pelaku.

Rafael mengaku sedih dengan laporan serangan di wilayah Mtwara di mana lebih dari 175 rumah dibakar dan orang-orang terbunuh oleh kelompok teroris yang melarikan diri ke Mozambik. 

Dia berjanji akan bekerja dengan Tanzania untuk menemukan para penjahat. "Kami datang ke Tanzania untuk mengikuti pelatihan dan pengalaman lagi ... Kami sebenarnya telah berbicara tentang bagaimana bekerja sama di perbatasan untuk mengalahkan musuh bersama kami," tambahnya. 

Satu dekade sebelum kekerasan, ada sekte agama, Al-Shabaab (tidak terkait dengan al-Shabaab di Somalia), yang aktif di beberapa distrik di Cabo Delgado. Sebagai kelompok agama, mereka mengupayakan praktik Islam radikal dan hukum Syariah, dan menentang segala bentuk kerjasama dengan pemerintah. 

 

Namun seiring berjalannya waktu, Al-Shabaab mulai berkembang, termasuk sel militer bersama dengan wacana yang lebih keras pada akhir 2015, hingga anggotanya mulai bertempur pada 2017. Atau lebih tepatnya pada tanggal 5 Oktober 2017 ketika sekelompok pemberontak menduduki kota distrik dan pelabuhan Mocimboa da Praia selama dua hari. 

Kota ini hanya 60 kilometer di selatan basis pengembangan gas utama di Palma dan pelabuhan itu penting untuk memasok proyek gas. Para pemberontak diakui sebagai pria lokal. Sejak itu, pertempuran telah meluas dengan cepat, dengan lebih dari 2000 orang tewas dan diperkirakan 430 ribu orang mengungsi setelah meninggalkan rumah mereka. Pemerintah Mozambik telah kehilangan kendali atas tiga distrik pesisir. 

Para pemberontak telah menduduki Mocimboa da Praia dua kali lagi tetapi mereka merebut kembali kota itu pada 12 Agustus lalu, meski terjadi pertempuran sengit dengan pasukan pemerintah. Dalam tiga dekade terakhir, provinsi Cabo Delgado telah menyaksikan masuknya fundamentalis Kristen dan Muslim serta badan-badan bantuan internasional agama yang datang dengan tujuan untuk mengubah penduduk setempat ke agama mereka masing-masing.

Namun generasi baru pengkhotbah Islam, yang berasal dari Afrika Timur atau Mozambik, dilatih di luar negeri. Sekembalinya ke provinsi, mereka mendirikan masjid dengan alasan bahwa para imam setempat bersekutu dengan partai berkuasa Frelimo yang menggunakan mereka untuk memperkaya kantongnya dari wilayah yang kaya sumber daya dan mayoritas Muslim. 

Gerilyawan Al Shabaab (ilustrasi) - ()

Para pengkhotbah generasi baru ini dapat memberikan uang untuk membantu penduduk setempat memulai bisnis dan menciptakan lapangan kerja. Mereka juga berpendapat bahwa masyarakat yang lebih adil akan dicapai berdasarkan hukum syariah Islam.

Di pihak Tanzania, para pemberontak melakukan serangan besar pertama mereka ke negara itu setelah mereka memenggal kepala lebih dari 20 penduduk setempat di desa perbatasan, Kitaya pada bulan Oktober. Orang-orang bersenjata itu sedang meneriakkan Allahu Akbar (Tuhan itu Maha Besar). Hal ini mendorong pihak berwenang untuk meningkatkan pengawasan dan menambah jumlah tentara ke Mtwara. 

Awal Mei tahun ini, Menteri Pertahanan Tanzania Hussein Mwinyi mengatakan akan mengirim pasukan ke perbatasannya dengan Mozambik untuk menahan ancaman keamanan yang ditimbulkan Al Sunnah wa Jama'ah, sebuah kelompok yang dilaporkan berafiliasi dengan ISIS.

 

Sumber: https://www.theafricareport.com/51870/will-tanzania-and-mozambiques-joint-efforts-stamp-out-islamist-insurgents/  

 
Berita Terpopuler