Di Puncak Popularitas Bagong: Ki Seno Nugroho Tutup Usia

Sosok dalang inovatif Ki Seno Nugroho tutup usia pada Selasa (3/11) malam.

Wihdan Hidayat / Republika
Suasana rumah duka dalang Ki Seno Nugroho di Sedayu, Bantul, Yogyakarta, Rabu (4/11). Dalang Ki Seno meninggal di usia 48 tahun di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping pada Selasa (3/11) malam. Ki Seno juga dikenal dengan dalang milenial, karena banyak penontonnya anak muda saat pentas. Saat pandemi Covid-19 Ki Seno sering tampil secara virtual untuk penggemarnya.
Rep: Wahyu Suryana Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Kabar duka menyelimuti dunia seni, khususnya pedalangan Yogyakarta. Salah satu dalang muda, Ki Seno Nugroho, meninggal dunia pada Selasa (3/11) malam sekitar pukul 22.15 di Rumah Sakit (RS) PKU Muhammadiyah Gamping.

Kepala Dinas Kebudayaan (Disbud) Kabupaten Sleman, Aji Wulantara, mengatakan bahwa Ki Seno Nugroho merupakan sosok dalang muda yang inovatif. Ia berpendapat, Ki Seno mampu melakukan adaptasi dengan perkembangan zaman yang ada.

"Kegiatannya, profesinya, dan wayang kulitnya bisa diterima seluruh lapisan masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, muda, dan orang tua," kata Aji, Rabu (4/11).

Baca Juga

Keterangan foto: Suasana rumah duka dalang Ki Seno Nugroho di Sedayu, Bantul, Yogyakarta, Rabu (4/11). Dalang Ki Seno meninggal pada usia 48 tahun di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping pada Selasa (3/11) malam. Ki Seno juga dikenal dengan dalang milenial karena banyak penontonnya anak muda saat pentas. Saat pandemi Covid-19, Ki Seno sering tampil secara virtual untuk penggemarnya. - (Wihdan Hidayat / Republika)

Aji menilai, popularitas Ki Seno merupakan gambaran kebangkitan wayang kulit, utamanya wayang kulit Yogyakarta. Sebab, selama ini, ia memandang, beberapa dalang gaya Solo mampu memberikan sebuah atraksi yang jauh lebih inovatif.

Kehadiran Ki Seno Nugroho dengan inovasinya, menurut Aji, menunjukkan, pedalangan Yogyakarta mampu beradaptasi dengan zamannya. Dalang Yogyakarta pun bisa bersaing tidak cuma secara nasional, tapi internasional.

Menurut Aji, apa yang selama ini sudah dilakukan Ki Seno Nugroho harus menjadi contoh bersama. Ia berharap, dalang-dalang Yogyakarta khususnya, dan Indonesia umumnya, mampu mencontoh jejak Ki Seno Nugroho.

"Agar tumbuh seni yang baru, sehingga wayang kulit akan tetap eksis sebagai warisan budaya dunia yang tetap dipertahankan komunitas," ujar Aji.

  • Keterangan foto: Suasana rumah duka dalang Ki Seno Nugroho di Sedayu, Bantul, Yogyakarta, Rabu (4/11). Dalang Ki Seno meninggal pada usia 48 tahun di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping pada Selasa (3/11) malam. Ki Seno juga dikenal dengan dalang milenial karena banyak penontonnya anak muda saat pentas. Saat pandemi Covid-19, Ki Seno sering tampil secara virtual untuk penggemarnya. - (Wihdan Hidayat / Republika)

 

Pada saat ini, Ki Seno jelas fenomena baru dalang 'gaya Yogyakarta', setelah surutnya Ki Timbul Hadiparayitno dan Ki Hadi Sugito. Layaknya kedua dalang senior, tata cara mendalang Ki Seno sangat memukau. Dia bisa memainkan berbagai macam figur tokoh wayang dengan baik. Tak hanya gestur gerak ragawi, Ki Seno mampu memainkan tata bicara karakter sosok wayang yang saling sangat berbeda satu sama lain.

''Ki Seno mengingatkan juga pada sosok dalang Solo Ki Anom Suroto.Antawacana bagus sekali. Suara setiap tokoh wayang  bisa diketahui meski tak menyaksikan pertunjukannya secara langsung. Dan sangat luar biasa bila Ki Seno memainkan tokoh punakawan Bagong,'' kata seorang penggemar wayang dari Boyolali.

Dan bagi penggemar wayang, adanya inovasi yang mengejutkan selain kemahiran Ki Seno memainkan tokoh Bagong. Hal itu adalah cara memahami selera di zaman milenial ini. Ki Seno akrab dengan dunia virtual. Tayangannya dalam beberapa tahun terakhir bisa dinikmati secara langsung melalui tayangan youtube.

Yang sangat mengejutkan adalah viewer para penikmat tayangan Ki Seno di media virtual itu. Jumlahnya sangat banyak dan bisa mencapai ratusan ribu. Tak hanya itu, chanelnya sudah disubcride juga oleh ratusan ribu viewer. Gaya Ki Seno mendekatkan wayang ke generasi milineal sangat luar biasa. Wayang dan dunia virtual sangat akrab.

''Dalam mendalang memang saya sengaja mengurangi sajian berat, seperti terlalu banyak berbahasa 'jawa tinggi' dan menggunakan istilah bahasa kawi. Saya ingin generasi muda akrab. Dalam 'janturan' (mengkisahkan) sebuah tokoh dan kerajaan saya tak lagi banyak atau mencuplik semuanya dalam bahasa kawi seperti dalam suluk. Saya sengaja memotongnya karena jelas generasi masa kini tak mudeng,'' kata Ki Seno dalam dialog di Goro-Goro wayangannya.

Hasilnya, sampai hari ini Ki Seno berada dalam jajaran atas dalang kondang. Kalau dilihat jadwalnya dalam sebulan tak ada yang lowong. Bahkan orang sering mendapat jatah bisa mengundangnya dalam beberapa bulan ke depan.

Tak hanya itu bila dalam masa pandemi banyak dalang yang kehilangan 'job', Ki Seno ternyata tidak demikian. Dia melakukan inovasi dengan pertunjukan wayang 'Climen' (wayang yang dipertunjukan secara terbatas dan ditampilkan melalui tayangan media virtual di Youtube). Dan hari-hari terakhir ini Ki Seno sangat sibuk dengan wayang Climen yang hampir-hampir hadir setiap malam. Bedanya, kalau dalam pertunjukan biasa durasinya mulai pukul 21.00-04.00, dalam wayang Climen pertunjukannya dimulai dari sekitar pukul 20.00 hingga lepas tengah malam.

Dan ada yang unik saat Ki Seno menyoal durasi pertunjukannya. Menurut dia dalam sebuah dialog dalam pertunjukan wayangnya, Ki Seno mengatakan pokoknya sebelum adzan Shubuh terdengar wayangnya bisa berjalan. Tapi begitu adzan tiba maka wayangannya harus sudah berhenti.

''Kami menghirmati yang sholat Subuh. Maka wayangan harus sudah berhenti ketika Subuh tiba,''ujarnya.

Dan memang sosok dalang Ki Seno yang disebut oleh salah satu putra Sultan Hamengku Buwono ke IX, KGPH Yudaningrat, sebagai Ki Bagong ini jelas berkontribusi besar dalam mengembalikan wayang ke zaman generasi milenial. Gusti Yudaningrat yang kerap kali menonton pertunjukan wayangannya hingga pelosok desa pun seakan telah memberikan restunya. Dan ini jelas sangat berati bagi seorang dalang karena mendapat pengayoman dari salah satu anggota kerajaan. Alhasil, semua pasti kehilangan sosok Ki Seno.

Selamat jalan Ki Seno. Allahummagfirlahu warhamhu.

 
Berita Terpopuler