Paus dan Katolik Prancis Serukan Perdamaian dengan Muslim

Karikatur yang seringkali cabul dan membuat umat Muslim merasa dihina.

ap
Paus Francis
Rep: Meiliza Laveda Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, VATICAN CITY -- Paus Fransiskus menyatakan kedekatannya dengan komunitas Katolik Prancis setelah kasus serangan di Nice terjadi. Dia mempersembahkan doa bagi para korban dan harapan agar warga Prancis bersatu demi melawan kejahatan.

Baca Juga

Menurut Associated Press, serangan itu merupakan salah satu dari tiga serangan pada Kamis (29/10) yang dikaitkan dengan ekstremis di Basilika Notre-Dame di Nice. Kala itu, seorang pria dilaporkan meneriakkan “Allahu Akbar” atau “Tuhan Maha Besar” dan menikam penjaga katedral dan dua wanita. Satu di antaranya dibawa ke kafe terdekat tetapi meninggal.

“Ini adalah momen yang menyakitkan,” kata juru bicara Vatikan, Matteo Bruni dalam sebuah pernyataan, Kamis (30/10).

Menurutnya, terorisme dan kekerasan tidak boleh ditoleransi. Terlebih, serangan ini terjadi di tempat yang penuh cinta, rumah Tuhan.

"Paus diberitahu tentang situasi ini dan dekat dengan komunitas Katolik yang berduka," ujar dia.

Bruni menambahkan, Paus berdoa untuk para korban dan orang yang mereka cintai agar kekerasan berhenti. Serta mereka dapat kembali satu sama lain sebagai saudara dan saudari, bukan musuh sehingga masyarakat Prancis dapat merespons bersatu untuk kebaikan melawan kejahatan.

Komentar Paus Fransiskus disampaikan dalam sebuah surat yang dikirimkan kepada Uskup André Marceau dari Nice dan ditandatangani oleh Menteri Luar Negeri Vatikan, Kardinal Pietro Parolin. Dia sangat mengutuk dengan cara apa pun atas tindakan teror yang kejam.

Menurut laporan Wali Kota Nice Christian Estrosi, seorang tersangka telah ditangkap dan sedang dirawat di rumah sakit setelah terluka selama penangkapan. Beberapa laporan menunjukkan saat insiden terjadi, pria itu bekerja dengan bantuan seorang kaki tangannya. Penyelidikan masih dilakukan.

 

Hanya beberapa jam setelah serangan itu, seorang pria tewas setelah menyerang agen polisi di Avignon, Prancis. Seorang lainnya ditangkap setelah melukai seorang penjaga di depan Konsulat Prancis di Jeddah, Arab Saudi. Masih belum jelas apakah serangan tersebut saling berkaitan.

Kelompok Muslim di Prancis juga mengutuk serangan di Nice. Mereka meminta kepada semua Muslim di Prancis membatalkan semua perayaan untuk Maulid Nabi, hari libur yang dimulai Rabu.

Polisi berpatroli di jalan di luar Basilika Notre-Dame di Nice, Prancis selatan, setelah serangan pada Kamis. Kasus ini mendorong perdana menteri untuk mengumumkan Prancis meningkatkan status peringatan keamanannya ke level tertinggi.

Ketegangan di antara populasi Muslim di Prancis telah tinggi sejak persidangan pada akhir September terhadap 14 orang yang dituduh membantu serangan Januari 2015 di Kantor Majalah Satir Charlie Hebdo, Paris yang telah menerbitkan ulang gambar Nabi Muhammad. Sebanyak 17 staf di majalah itu meninggal.

Polisi forensik memeriksa gereja Notre Dame di Prancis setelah serangan pisau, Kamis (29/10) - (Pool Reuters/Eric Gaillard/Pool via AP)

 

Selanjutnya, pada 5 Oktober, seorang guru sekolah menengah Prancis, Samuel Paty yang telah mempresentasikan sketsa Charlie Hebdo selama kelas tentang kebebasan berekspresi, dipenggal kepalanya di rumahnya di pinggiran kota Paris.

Presiden Prancis, Emmanuel Macron mengutuk para pembunuh Paty sebagai pengecut dan orang barbar. Setelah serangan hari Kamis di Nice, Macron meningkatkan jumlah pasukan yang dikerahkan di jalan-jalan kota Prancis sebagai tindakan pengamanan.

Dalam sebuah wawancara dengan Religion News Service, salah satu Pendiri Kongres Misi Kelompok Katolik dan Pemimpin Knights of Columbus Prancis, Arnaud Bouthéon mengatakan komunitas katolik di Prancis tidak boleh menyerah pada kemarahan. Namun, juga harus memiliki keberanian dalam membela kejahatan.

“Karikatur, yang seringkali cabul dan menyinggung telah berkontribusi membuat umat Muslim merasa dihina dengan membuka jalan menuju kekerasan biadab," kata Bouthéon.

 

Dia menambahkan umat Katolik Prancis menghadapi tantangan menjadi pembawa damai dengan kesederhanaan dan keberanian. Gerakan awam Katolik St. Egidio menggemakan seruan untuk persatuan, mengutip seruan antaragama untuk perdamaian yang ditandatangani di Roma pada 20 Oktober oleh perwakilan Kristen dan Muslim.

"Kami mengundang penganut dari semua agama, khususnya Kristen dan Muslim untuk memisahkan agama dari segala bentuk kekerasan yang dilakukan atas nama Tuhan," kata sebuah pernyataan dari komunitas St. Egidio.

Di Amerika Serikat, Asosiasi Katolik, sebuah kelompok yang berfokus pada kebebasan beragama mengatakan serangan baru-baru ini di Prancis adalah bagian dari serangan global terhadap kebebasan beragama dan sekularisme.

“Serangan-serangan ini terjadi setelah serangkaian pembakaran tak berujung dan serangan perusak terhadap gereja-gereja Katolik di seluruh dunia,” kata Rekan Senior Asosiasi Katolik, Ashley McGuire.

Konferensi para uskup Prancis dalam mengungkapkan kesedihan yang luar biasa atas berita dari Nice mengatakan serangan itu adalah pengingat kemartiran Pendeta Jacques Hamel, yang dibunuh oleh seorang teroris pada Juli 2016 saat merayakan Misa di gerejanya di Normandy. Serangan semacam itu bertujuan menimbulkan kecemasan dalam masyarakat. Mendesak umat Katolik untuk berpegang pada nilai-nilai persatuan dan persaudaraan.

"Terlepas dari rasa sakit yang mencekam kami, umat Katolik menolak untuk menyerah pada rasa takut dan dengan seluruh bangsa, mereka ingin menghadapi ancaman buta dan berbahaya ini," kata para uskup dalam sebuah pernyataan.

Lonceng gereja berbunyi di seluruh Prancis pada Kamis, memanggil umat untuk berdoa bagi para korban. “Semua gereja di Nice ditutup dan di bawah perlindungan polisi,” kata Uskup Nice, Marceau dalam sebuah pernyataan. 

 

https://religionnews.com/2020/10/29/after-nice-attacks-pope-francis-and-french-catholics-react-calls-for-peace-with-muslims/

 
Berita Terpopuler