Pelajaran Sejarah, Nasionalisme, dan Karakter Bangsa

Dengan belajar sejarah siswa mendapatkan ibrah dari para tokoh dari generasi lalu.

Dokumentasi Pribadi
Cecep Darmawan, Guru Besar UPI dan Wakil Ketua ICMI Orwil Jawa Barat
Red: Karta Raharja Ucu

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Prof Cecep Darmawan, Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia dan Tim Penguatan Pendidikan Karakter Kemendikbud 2016)

Pekan ini publik diramaikan dengan isu diubahnya mata pelajaran sejarah dari pelajaran wajib menjadi pilihan dalam bocoran draft pemaparan dengan judul “Sosialisasi Penyederhanaan Kurikulum dan Asesmen Nasional” tertanggal 25 Agustus 2020. Selain itu, isi draf tersebut memaparkan pelajaran sejarah Indonesia akan mengalami reduksi dan pengintegrasian pada kelas dan jenjang tertentu, serta khusus untuk SMK, pelajaran sejarah justru akan dihilangkan dalam rencana kurikulum 2021.

Menepis isu yang berkembang tersebut, akhirnya Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makarim membuat klarifikasi dalam akun instagramnya. Ia menyatakan tidak ada sama sekali kebijakan, regulasi, atau perencanaan penghapusan mata pelajaran sejarah dalam kurikulum nasional.

Munculnya isu tersebut disebabkan adanya presentasi internal yang menyebar ke publik terkait dengan persoalan penyederhanaan kurikulum. Nadiem menegaskan wacana tersebut masih dalam bentuk kajian internal secara mendalam dan belum final. Bahkan ia menyebut pihaknya memiliki puluhan versi berbeda yang saat ini masih dalam proses pembahasan melalui FGD dan uji publik.

Meskipun isu tersebut masih berupa draft presentasi, setidaknya diskursus seperti itu amat disayangkan. Pelajaran sejarah merupakan pelajaran yang sangat penting dan amat berharga bagi pembangunan karakter bangsa Indonesia.

Pelajaran sejarah sejatinya menjadi fondasi bagi upaya manifestasi membangun kesadaran kolektif warga ke masa depan. Pendidikan sejarah tidak boleh diabaikan.

Bung Karno sebagai salah satu founding father mengingatkan agar masyarakat jangan sekali-kali melupakan sejarah alias “Jas Merah”. Melalui pelajaran sejarah, dapat dibentuk jati diri dan karakter bangsa sebagaimana yang disebutkan oleh Bung Karno sebagai “nation and character building”.

Bung Karno sangat paham untuk membangun karakter bangsa, maka rakyat tidak boleh melupakan sejarah. Di sinilah arti penting kita mempelajari sejarah perjuangan bangsa.

Untuk itu, melalui pelajaran sejarah, para siswa dapat menjadi memperkuat karakter dan jiwa nasionalismenya. Pelajaran sejarah justru akan mengakseleratif program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dari Kemendikbud.

Nilai-nilai utama dari PPK seperti religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, dan integritas dapat diinternalisasikan melalui pelajaran sejarah. Pelajaran sejarah amat lekat dengan sejarah tokoh dan perjuangan bangsa Indonesia di masa lampau yang dapat memperkuat nilai nasionalisme dalam PPK. Dengan belajar sejarah, para siswa dapat memperoleh ibrah dari para tokoh dari generasi sebelumnya.

Pendidikan sejarah merupakan pelajaran berharga bagi pembentukan identitas, jati diri bangsa, patriotisme dan nasioalisme. Bangsa yang besar adalah bangsa yang kuat dan mengakar akan kepribadian dan sejarahnya sendiri.

Hilangnya pelajaran sejarah justru akan mendegradasi rasa patriotisme dan nasionalisme masyarakat khususnya generasi muda yang akan menjadi tumpuan di masa depan. Jangan sampai generasi muda kita kehilangan identitas nasionalnya karena tidak mengenal sejarah bangsanya.

Dengan demikian, perlu adanya upaya untuk membangun kesadaran kolektif generasi muda penerus bangsa terhadap nilai-nilai sejarah bangsanya sendiri. Kesadaran inilah yang akan membentuk rasa patriotisme dan nasionalisme yang menjadi modal bagi integrasi bangsa dan negara Indonesia.

Namun anehnya, alih-alih memperkokoh pendidikan sejarah, malah muncul ide mereduksi pelajaran sejarah. Ide ini kontraproduktif dan harus dibuang jauh-jauh.

Pendidikan sejarah harus tetap menjadi mata pelajaran wajib di persekolahan. Negara Amerika Serikat bisa maju karena di persekolahan di sana, anak didiknya dituntut memahami dan menguasai sejarah kebesaran bangsanya. Disamping sejarah, di sana muncul gerakan civic education dengan adagiumya “Amerikanisasi”, yakni gerakan mengamerikan bangsa Amerika.

Bagi Bangsa Indonesia, dulu dalam kurikukum 1984 ada pelajaran PSPB (Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa). Ide yang cemerlang untuk membekali anak bangsa memahami sejarah perjuangan bangsanya.

Karenanya, saat ini Kemendikbud mestinya melakukan upaya revitalisasi pelajaran sejarah sebagai salah satu wahana pendidikan karakter bagi generasi muda. Upaya revitalisasi tersebut dapat dilakukan dengan meng-update pengetahuan sejarah yang lebih komprehensif kepada para guru, sehingga dapat memberikan pengetahuan sejarah yang lebih luas dan mendalam kepada para siswanya.

Di samping itu, para guru pun punya misi untuk membangun pentingnya pendidikan karakter melalui pelajaran sejarah, sehingga proses pengajarannya tidak hanya membentuk pengetahuan atau hafalan semata. Lebih jauh dari itu, para siswa dapat mengambil hikmah atau pelajaran dari pengetahuan sejarah yang diimplementasikan dalam bentuk perilaku sehari-hari di lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat. Upaya-upaya tersebut sejalan dengan teori pendidikan karakter dari Thomas Lickona yang mencakup moral knowing, moral feeling, dan moral action.

Pemerintah jangan sampai gagal paham atas kebijakannya selama ini. Kita khawatir berbagai isu yang berkembang berkaitan dengan isu pendidikan nasional, kerap simpang siur dan berakhir dengan klarifikasi. Kemendikbud harus mengubah pola komuniksi publiknya secara baik agar tidak terjadi keriuhan atau kebisingan akibat misinformasi publik. 

Terkait kebijakan penyederhanaan kurikulum mesti berbasis hasil riset dan melibatkan berbagai pakar atau ahli. Kemudian, adakan uji publik secara masif dan transparan. Karenanya, Kemendikbud harus memiliki kebijakan berupa grand design pendidikan nasional kemudian diturunkan menjadi grand design kurikulum nasional, agar kebijakan pendidikan nasional berjalan dengan baik atau on the track.

 
Berita Terpopuler