Presiden Belarusia Minta Dukungan Rusia Secara Langsung

Lukashenko menghadapi krisis paling parah dalam 26 tahun masa kekuasaannya.

EPA
Presiden Belarusia Alexander Lukashenko.
Rep: Dwina Agustin Red: Christiyaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW  -- Presiden Belarusia, Alexander Lukashenko, akan meminta dukungan dari Presiden Rusia Vladimir Putin pada pertemuan langsung pada Senin (14/9). Upaya ini menimbang lima pekan berturut-turut protes besar menuntut dia mundur dari jabatannya.

Lukashenko menghadapi krisis paling parah dalam 26 tahun masa kekuasaannya. Kondisi ini membuatnya akan melakukan perjalanan ke resor Laut Hitam Rusia di Sochi untuk meminta uluran tangan Putin.

Dukungan ekonomi dan militer dari Moskow dapat membantu memberi keseimbangan yang menguntungkan Lukashenko. Dia menghadapi banyak tuduhan dari oposisi termasuk mencurangi pemilihan presiden bulan lalu hingga pasukan keamanan melakukan tindakan keras.

Sekitar 100 ribu pengunjuk rasa turun ke jalan di ibu kota Minsk pada akhir pekan ini. Mereka mengejek Lukashenko dengan teriakan "Kamu tikus" dan polisi mengatakan mereka menahan lebih dari 400 orang.

Meski belum turun langsung, tindakan Putin sejauh ini menunjukkan dia tidak ingin melihat pemimpin negara tetangga bekas Soviet digulingkan oleh tekanan jalanan. Pemimpin Kremlin itu mengatakan bulan lalu bahwa telah membentuk pasukan polisi cadangan atas permintaan Lukashenko, tetapi pasukan itu akan dikerahkan hanya jika diperlukan.

Kantor berita Rusia, RIA mengutip pernyataan Kementerian Pertahanan menyatakan, Rusia akan mengirim pasukan terjun payung ke Belarus pada Senin. Momen ini dilakukan untuk latihan militer bersama sebagai bentuk persaudaraan Slavia hingga 25 September.

Rusia juga menawarkan untuk merestrukturisasi utang Belarusia dan mendukung sistem perbankan. Biaya dukungan Moskow lebih lanjut bisa jadi adalah penerimaan Lukashenko atas dominasi Rusia yang lebih besar dalam hubungan antara kedua negara.

Kremlin telah lama mendorong integrasi politik dan ekonomi yang lebih dekat dengan Minsk, termasuk mata uang gabungan. Namun Lukashenko telah menolak tekanan dari negara tetangga yang lebih kuat.

Baca Juga

 
Berita Terpopuler