Victoria Perlonggar Pembatasan Saat Jadi Pusat Covid-19

Masyarakat di Victoria, Australia malah mengecam aturan yang membatasi gerak mereka.

James Ross/AAP Image via AP
Pejalan kaki bermasker melintas di psat bisnis Melbourne, Australia, Rabu (22/7). Pemerintah Australia melaporkan rekor baru kasus Covid-19 di Victoria dan memicu kekhawatiran gelombang kedua.
Rep: Lintar Satria Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Pemerintah Negara Bagian Victoria, Australia melonggarkan peraturan pembatasan sosial virus corona. Selama beberapa pekan terakhir Victoria menjadi pusat wabah Covid-19 di Negeri Kanguru, sehingga pemerintah pun menerapkan kebijakan yang cukup ketat.

Baca Juga

Namun, masyarakat mengecam peraturan yang membatasi ruang gerak mereka itu. Pada Kamis (20/8), pemerintah Victoria mengatakan warga Melbourne, ibu kota Victoria, dapat keluar dari rumah mereka sejauh 5 kilometer untuk berolahraga.

Sebelumnya, warga yang berjalan lebih dari 5 kilometer akan didenda. Australia mengerahkan banyak polisi untuk menegakkan peraturan pembatasan sosial yang diberlakukan demi menahan laju penyebaran virus corona.

Langkah mundur itu diumumkan usai Perdana Menteri Victoria Daniel Andrews berselisih dengan warga Melbourne. Masyarakat kota terbesar kedua di Australia itu marah karena tidak diizinkan berjalan-jalan di lingkungan rumah mereka sendiri.

Di awal pandemi, Negeri Kanguru dianggap negara yang berhasil mengatasi pandemi. Mereka menutup perbatasan internasional, menerapkan peraturan pembatasan sosial dan menggelar tes massal lebih dulu dibandingkan negara lain.

Namun, jumlah kasus infeksi mulai kembali merangkak naik sehingga pemerintah menutup perbatasan antara negara bagian hingga Natal. Pekan lalu, Andrews mengatakan ia memahami rasa frustasi masyarakat. Tapi ia menolak menyebutkan kapan karantina wilayah di Victoria dicabut. 

 
Berita Terpopuler